Mengapa kita harus saling menghakimi?? Kembali soal pemakaian kata Allah dan YHWH.

Bjohansyah's picture

Mengamati
perkembangan seputar pemakaian nama Allah, YHWH di kalangan
gereja-gereja di Indonesia membuat saya tertarik untuk sekedar
memberikan urun pendapat, meskipun saya mungkin tidak bisa memberikan
argument-argumen theologis yang memuaskan seperti yang diberikan oleh
sdr Dede Wijaya dan Iah-iah atau Hai-hai (apakah mereka orang yang
sama?), yang terus terang saja bahwa saya senang sekali membaca hasil
karya tulis dan perdebatan/diskusi mereka yang menarik dan juga
memberikan inspirasi baru dan maaf, seringkali saya dengan sengaja
mencomot artikel mereka untuk pojok renungan di bulletin gereja kami
(ampunilah dan kalau boleh, ini sekalian permohonan ijin, terimakasih).

Beberapa
teman sering mendesak saya untuk meninggalkan pemakaian kata Allah dan
bahkan ada yang secara ekstrim memutuskan hubungannya karena saya belum
mau mempergunakan kata YHWH yang sering diucapkan (bukan diterjemahkan)
sebagai kata Yehova atau Yahwe, yang lucunya dulu kita sering kecam
pemakaian kata ini pada saudara-saudara dari saksi-saksi Yehova.
Mengapa, saya masih mempergunakan kata Allah? Apakah saya tidak tahu
bahwa itu nama pribadi umat Muslim dan kalau saya mempergunakannya
berarti saya menyembah tuhannya orang lain atau bahkan dewa air dari
bangsa mesir kuno? Terserah pendapat anda, saya tidak dapat melarang
anda untuk berpendapat seperti ini karena terus terang, saya tidak
pernah peduli dengan penilaian orang tentang saya. Hanya, sungguh saya
prihatinkan adalah bahwa kita tidak mengejar apa yang mendatangkan
damai sejahtera tetapi sibuk dengan mempertahankan kebenaran kita
sendiri dan menyerang bahkan memisahkan orang dari persekutuan meskipun
dengan argumen2 yang Alkitabiah. Firman Tuhan mengatakan: " dan marilah
kita bertumbuh menurut tingkat pengertian yang kita miliki sekarang
ini", mengapa? Kita tidak mengajar dan membiarkan orang bertumbuh
secara wajar tanpa harus memaksakan hukum taurat yang baru disamping
hukum2 taurat yang lebih dulu ada di gereja kita masing-masing.
Mengapa? Kita harus sibuk menghakimi satu dengan yang lain sedangkan
Alkitab berkata bahwa Firman itu yang akan menghakimi kita. Tidakkah?
Kita dapat melihat bahwa perdebatan ini bukan hanya sekedar pengalihan
kita dari tanggung jawab kita akan kelayakkan kita di hadapan TUHAN
untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus
dan berkenan di hadapan Allah. Sudah begitu benarkah kita sehingga kita
berani mengambil batu untuk melempari saudara kita Dan dari apa yang
saya dengar, kata YHWH itu begitu kudus sehingga orang Israel
tidak berani mempergunakan kata itu dalam pemakaian sehari-hari, jadi!
Apakah kita berani mengakui bahwa kita adalah orang yang
sungguh-sungguh hidup dalam kekudusan sehingga kita layak memakai kata
itu dalam percakapan kita. Kelihatannya kita lebih Yahudi daripada
orang Yahudi sendiri.

Sungguh, saya
tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa itu salah, sayapun terkadang
mamakai kata Yehova atau Yahwe dalam doa pribadi dan terlebih sering
menggunakan kata YESUS, sebab saya yakin bahwa YESUS adalah nama Allah
kita seperti yang IA katakan sendiri dalam Yohanes 17, bahwa mulai saat
Firman itu diucapkan, kita harus minta apapun dan berdoa kepada BAPA
dengan nama YESUS.

DR. Jeff Hammond, dalam sebuah seminar di Surabaya
mengatakan bahwa kata Allah itu dipakai dalam bahasa sehari-hari
orang-orang Kristen di Timur Tengah dan Kisah Rasul pasal 2: 4-11
adalah bukti,. Kalau TUHAN yang menciptakan bahasa, tidakkah IA
terlebih memahami bahasa hati kita, karena kita lebih sering meributkan
bahasa kita daripada hati yang dapat berbicara lebih kuat kepada TUHAN.
Tidak salah bila kita memakai kata Yehova dan juga tidak salah bila
kita masih mau memakai kata Allah. Bahkan, kita harus belajar
menghargai mereka yang mengambil sikap dan keyakinan yang berbeda
karena di dunia ini orang dalam proses pencarian identitas diri.
Saksikan keyakinan kita bukan hanya dengan kata-kata tetapi juga dalam
perbuatan kasih yang nyata karena YESUS juga tidak pernah membedakan
orang. dengarlah hati nurani saudara, kita mungkin mengucapkan kata
yang benar, tetapi alangkah lebih baik kalau kita terlebih melakukan
hal yang benar.

saya percaya,
bahwa kita sedang hidup dalam masa gereja yang terakhir seperti yang
tertulis dalam Wahyu 3: 14-22, yaitu gereja Laodikia: gereja yang cuek/
tidak punya kepedulian, sibuk memperkaya dan membenarkan diri tapi nda
punya kebenaran dan belas kasihan. saya memperhatikan perdebatan di
situs kita ini, gereja-gereja yang memperdebatkan: siapa yang paling
Alkitabiah?dan pernyataan; "berbahagialah kalau di kota saudara ada gereja kami dan kalaupun tidak ada, mintalah.".

Hampir
setiap bulan TUHAN membawa saya melayani di daerah-daerah di
Kalimantan dan Sulawesi Selatan bersama teman2 hamba TUHAN dari PESAT
Kaltim yang juga mempergunakan kata Yehova dan tidak lagi mempergunakan
kata Allah, tetapi ini tidak pernah menjadi persoalan diantara kami,
dan (bukan menyombongkan diri dan nda apa2 kalau anda berpendapat
sebaliknya) kami tidak pernah meminta biaya perjalanan dan PK dari
seminar-seminar yang kami layani. Di Kalimantan Selatan ada begitu
banyak tempat yang tidak ada gereja dan di Kalimantan Tengah, ada
banyak tempat yang dulunya desa-desa Kristen, sekarang kembali menjadi
animis karena tidak ada hamba TUHAN dan gereja yang mau melayani, ada
beberapa desa Kristen yang hampir sebagian besar penduduknya menjadi
mualaf oleh karena gereja tidak peduli. gereja lebih peduli pada
acara-acara untuk membesarkan diri daripada membesarkan nama TUHAN.

Mungkin anda
benar dan saya salah, tetapi tolonglah, pakailah kebenaran anda untuk
melakukan hal yang benar sebab YESUS mengasihimu dan YESUS mau hidup
kita memberkati orang lain, terimakasih.

Pak Dede dan
Hai-Hai, juga Iah_Iah, terimaksih, artikel dan perdebatan anda semua
sungguh, sangat memberkati saya untuk lebih memahami perbedaan itu
indah karena membuat hidup jadi lebih bermakna.

Kategori: Bahan Renungan Alkitab

Topic Blog: Penginjilan

Keywords Blog: YAHWE ATAU ALLAH