Forum In-Christ.Net
Welcome, Guest. Please login or register.
April 25, 2024, 02:07:05 PM

Login with username, password and session length
Search:     Advanced search
Dear In-Christ.Netters, pengkategorian forum ICN mulai Juni 2015 telah dirombak. Beberapa board kini telah disatukan untuk meningkatkan efektivitas dan kenyamanan dalam menjelajahi dan berpartisipasi di forum ini.

Silakan berikan masukan/saran bagi kemajuan forum ini di http://www.in-christ.net/forum/index.php/board,3.0.html
2910 Posts in 832 Topics by 4096 Members
Latest Member: JeorgeSmith
* Home Help Search Login Register
+  Forum In-Christ.Net
|-+  Pelayanan
| |-+  Penulis (Moderators: santi, Berlin)
| | |-+  SEDIKIT TIDAK KURANG, BANYAK TIDAK LEBIH
0 Members and 1 Guest are viewing this topic. « previous next »
Pages: [1] Go Down Print
Author Topic: SEDIKIT TIDAK KURANG, BANYAK TIDAK LEBIH  (Read 2631 times)
R0Y LEKA
Lahir baru
*

Karma: 0
Offline Offline

Posts: 1


View Profile
« on: January 23, 2012, 11:55:32 AM »

Hakikat awal kehadiran atau kelahiran manusia ke tengah-tengah dunia adalah dalam suasana kehampaan. Manusia pertama yakni Adam dan Hawa pun mereka hadir di dalam kefanaan taman Firdaus kala itu pun dalam suasana ketelanjangan. Jika demikian maka yang hendak terpahami oleh kita secara pasti bahwa pada dasarnya kita manusia akan selalu berkekurangan. Pemahaman awal tentang kekurangan yang dimiliki kita secara koodrati, sebenarnya menjadi landas pijak kita untuk tidak selalu ingin berkelebihan dan berkelebihan senantiasa.
Demi menjawab apa yang kita ketahui di awal perjalanan pengutusan kita ke tengah-tengah dunia. Alkitabpun mengamanatkan seperti demikian yakni dalam Injil Lukas pasal 22 ayatnya yang 35 Yesus pun memperkatakan hal sebagai berikut "Ketika Aku mengutus kamu dengan tiada membawa pundi-pundi, bekal dan kasut, t  adakah kamu kekurangan apa-apa?". Menyimak akan ayat tersebut yang terlihat Yesus sungguh mempertanyakan suatu hal, yang sebenarnya menentang keberadaan kita saat ini. Pengutusan kita tanpa dibekali apa-apa, dan kala itu sungguh tak ada perasaan berkekurangan, dan  sebuah kehampaan, justru kala pengutusan (kehadiran dan kelahiran) kita yang jadi kekayaan terbesar adalah Anugerah Allah dalam bentuk nafas hidup. Jika demikian maka apakah sulitnya bagi kita manusia untuk senantiasa menaikan rasa ungkapan syukur kita setiap saatnya untuk pemberian nafas kehidupan yang adalah paling berharga di mata yang mengutus kita yakni Tuhan Semesta Alam. 
Apapun kelebihan kita jelaslah kita manusia tak dapat memungkiri bahwa kita akan senantiasa berada dalam kondisi merasa berkekurangan, oleh karenanya manusia dalam segala akal adalah anugerahkan Tuhan diharapkan mampu memaksimalkan semuanya dengan selalu berada dalam kondisi berkecukupan. Suasana dan kondisi berkecukupan dalan penafsiran manusia terkadang bias. Suasana berkecukupan yang seharus tergambar dalam pemikiran kita bersaman sebagai dasar acuan melangkah di hidup ini, yakni  kita senantiasa memahami apa yang diamanati dalam 2 Korintus 8 : 15 yakni  “Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan. ". makna sesungguhnya dari suasana dan kondisi kecukupan termaknai secara baik sebagai situasi atau kondisi dimana tidak kurang dan juga tidak lebih.
Selaku manusia situasi dan kondisi ini merupakan fenomena keberlangsungan hidup, mengapa demikian karena terkadang menusia masih, memunculkan prinsip hidup penuh ketidakpuasan, namun jika disadari sungguh yang memunculkan ketidakpuasan dalam diri pribadi kita hanyalah kedagingan yang sarat akan kahampaan atau ketidakberartian apa-apa hidup ini. Namun dalam segala kepenuhan janji Allah masih perlu kita pegang erat dalam kehidupan kita akan kemustahakan dalam artian mustahil tidak mustahil adalah milik Allah bukanlah milik manusia, karena itu sejumlah ayat dalam Firman Allah senantiasa memberikan penghiburan serta jaminan kekuatan bagi kita manusia seperti menghadapi fenomena hidup cukup yakni pada kitab 2 Korintus 9 : 8 yakni “Dan Allah sanggup  melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan  di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan”. Kalaulah telah ada janji Allah bagi kita manusia apakah lagi yang diragukan dari kehidupan ini? Akan tetapi yang terpenting sebenarnya bagi kita bersama adalah sejauhmana kita mengamini  dan mengimani ayat tersebut, melalui tindakan –tindakan bermakna sehingga tidak  dapat membuat kita manusia  selalu terperangkap dalam tindakan-tindakan yang tidak seharusnya dilakukan.
Tindakan-tindakan yang tidak seharusnya dilakukan oleh kita manusia, dalam pandangan keimanan kita sangat perlu kita perkuat sehingga apapun yang kita lakukan senantiasa sepadan dengan apa yang dikehendaki oleh Allah. Lalu bagaimana berbagai gejolak hidup yang berkecamuk kapan dan dimana saja yakni sibuk-sibuknya mengusahakan kesejahteraan pribadinya masing-masing ketimbang kepeduliannya terhadap sesamanya. Apakah ini merupakan kenyataan hidup yang harus dipahami sebagai fenomena sederhana, tidaklah demikian. Sesungguh yang paling diharapkan dari hidup kita seperti yang diamanatkan oleh Firman Tuhan yakni seperti terlihat pada kitab               Amsal 15 : 16 yang mengamanatkan demikian “Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN dari pada banyak harta dengan disertai kecemasan”. Dengan demikian prinsip hidup yang konsisten untuk takut akan Tuhan adalah yang terbaik dan kelak akan membuahkan ketenangan dan kebahagiaan dalam kehidupan kita, dan bukan seperi apa kata Firman Tuhan yakni hidup yang banyak dilingkupi rasa cemas.
Lalu bagaimana pula penghasilan kita terkadang jadi ukuran kebahagiaan kita manusia, lalu jika demikian apa yang selayaknya kita perhatikan untuk sebuah penghasilan yang sering menjadi ukuran seseorang dalam menilai kebahagian hidupnya.  Di dunia ini banyak tawaran tersedia bagi kita manusia, tawaran-tawaran ini terkadang menjadi momok besar keterpurukan Iman manusia kepada Tuhan dan yang terlihat manusia tidak lagi taku melakukan berbagai penyimpangan-penyimpangan kapan dan dimana saja, sebagai akibat tidak adanya rasa takut akan murka Tuhan atas dirinya. Untuk semua itupun Tuhan telah mengamatkan dalam  FirmanNya pada Amsal 16 : 8  yakni “Lebih baik penghasilan sedikit disertai kebenaran, dari pada penghasilan banyak  tanpa keadilan”.
Selanjutnya jika demikian hidup takut akan Tuhan seperti bagaimanakah yang hendaknya mewarnai keseharian hidup kita, tidak lain dan tidak bukan adalah hidup dalam kepenuhan kasih. Kalaupun kekayaan yang kita miliki adalah bersifat sementara, karena nikmat dunia adalah bersifat temporer semata. Oleh karenan kehidupan yang Takut akan Tuhan seperti yang diamanatkan olehNya,  sebenarnya merupakan suatu hal yang sederhana terlihat namun dalam kenyataannya terasa sulit hendaknya terwujud nyata di kehidupan keseharian kita, namun yang pasti semua yang kita  lakukan dalam kasih mutlak mengandung janji keselamatan berasal dari padaNya seperti yang tertulis dalam Injil Lukas 7 : 47 yakni “Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih 1 . Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih”.
(GORESAN MALAM PUTERA GEMINI 24 JAN 2012)[/i][/sup][/sub]
Logged
Pages: [1] Go Up Print 
« previous next »
Jump to:  

Powered by MySQL Powered by PHP Powered by SMF 1.1.8 | SMF © 2006-2008, Simple Machines LLC Valid XHTML 1.0! Valid CSS!
Page created in 0.035 seconds with 17 queries.