Help Search Login Register  
  Show Posts
Pages: [1]
1  Pelayanan / Konseling / Saya Gay, Sakit Hati, Butuh Pertolongan on: October 27, 2010, 12:31:16 PM
Syaloom,

Saat ini saya benar2 sedang membutuhkan hamba Tuhan dan rekan2 sekalian untuk membantu dan mendoakan saya. Saya seorang pria, usia saat ini 27 tahun.
Saya lahir dari keluarga yg miskin, dan di usia saya msh 5 thn bapak dipanggil Tuhan. Waktu itu saya anak terakhir dgn 2 org abang dan 2 org kakak. Abang yg tertua usianya masih 13 tahun wkt itu. Lalu mama sayalah yg menjadi tulang punggung keluarga, dia bekerja dengan sangat kerasnya, siang malam tanpa lelah, tanpa sokongan dari keluarga. Kehidupan ekonomi kami kian hari kian membaik, bahkan kami sudah bisa dibilang mapan saat ini. Tp harga yg dibayar utk keberhasilan mama mensejahterakan kami secara ekonomi dibayar dengan kurangnya bimbingan, perhatian dan kasih sayang dalam keluarga. Kami anak2 mama saling tidak perduli dan hanya bertanggung jawab atas diri kami masing2. Saat saya SD kelas 5, mama menikah lagi dengan sepupunya Bapak yg usianya jauh di bawah mama, dan dikaruniai satu org adek laki2. Sejak pernikahan mereka, hidup kami menjadi suram terlebih lagi dengan saya, karena sayalah yg selalu ada di rumah dan hampir setiap hari menyaksikan pertengkaran2 mereka, bahkan sampai mama saya berdarah-darah. waktu saya kelas 2 SMP, akhirnya mereka berpisah. Saya tumbuh menjadi seorang pribadi yg pemurung, penyendiri dan sensitif.

Sewaktu SMA, saya sekolah di lain kota. Sekolah saya memang termasuk sekolah terkenal dan favorit, sebagian besar pelajar di sekolah saya perantau, sehingga lingkungan sekolah saya banyak anak kostnya, termasuk saya. Senior2 saya membuat sebuah persekutuan untuk anak2 kost yg dilayani oleh sebuah gereja beserta penginjil2 dari gereja tsb yg dinamakan Pendalaman Alkitab Anugerah Agave, pengurusnya adalah pelajar kelas 2. Waktu itu adalah ibadah pertama utk tahun ajaran baru, dan kami yg pelajar2 angkatan baru diwajibkan mengikutinya. Dalam ibadah tersebut utk pertama kalinya saya merasa hadirat Allah, lalu saya menyerahkan diri saya kepada Yesus Kristus utk menjadi Tuhan saya dan berkuasa atas hidup saya. Setelah itu hidup saya berubah, saya merasa sangat tentram dan damai sejahtera ada dalam diri saya. Suara Tuhan selalu berbicara melalui hati saya utk mengatakan mana yg baik dan yg tidak baik utk saya. Meskipun saya masih seorang penyendiri, namun saya tidak merasa sendirian sebab Tuhan bersama saya. Di kelas 2, secara mutlak saya dipilih utk menjadi ketua pelayanan ini. Roh saya menyala-nyala utk melayani Tuhan, selalu rindu untuk bersekutu dengan Dia, bahkan saya juga memberitakan kabar baik utk keluarga saya, meskipun keluarga saya bukanlah keluarga yg rohani dan mereka menanggapi dingin kabar baik tsb. Namun, sewaktu di kelas 2 SMA jg saya mengalami sebuah peristiwa yg sangat aneh menurut saya. Saya mengalami mimpi basah pertama kalinya, dengan seorang laki2, teman saya sendiri. Padahal dia bukanlah org yg dekat dgn saya. Kami hampir2 tak pernah berbicara dan saya TIDAK memiliki perasaan apapun dgn dia, yg saya tahu saya hanyalah seorang pelayan Tuhan. Setelah mimpi tersebut terjadi, saya segera menyadari keganjilan tersebut dan langsung berdoa "Bapa, hambaMu ini tidak mengerti akan mimpi tsb. Kiranya kehendakMulah yg terjadi."

Di kelas 3, saya menjadi sekelas dengan dia (tdnya kami lain kelas), lalu kami menjadi akrab. Singkat saja utk pertama kalinya saya mengalami romansa dlm kehidupan saya, saya mencintainya. Dia menjadi teman dekat saya, tp sebentar saja, sebab setelah tamat SMA, kami berpisah. Harap dicatat saya tidak pernah melakukan kontak seksual dengan dia.
Setelah itu saya merasa hidup saya sangat hampa. Saya selalu tertuding bahwa saya adalah penduduk sodom dan gomora. Saya sangat malu untuk datang kepada Tuhan, hadirat ALLAH pun tidak lagi saya rasakan. Setiap kali saya berdoa, saya merasa Tuhan tidak memperdulikan dan mendengarkan doa saya. Lalu saya mengambil keputusan utk berjalan sendirian. Dalam rentang waktu 10 tahun belakangan ini, saya sangat jarang berdoa dan bersekutu dengan Tuhan, hampir tak pernah. Kira2 dua tahun semenjak pengalaman cinta pertama saya dengan sahabat saya sendiri, dan tentunya setelah melalui pergumulan batin, akhirnya saya "menerima" keadaan saya sebagai seorang Gay. Saya berprinsip, kalau saya tidak dapat menerima keadaan saya, bagaimana orang lain mau menerima saya. Saya harus menghargai diri saya sendiri, supaya orang lainpun bisa menghargai saya.

Sepuluh tahun terakhir ini, saya berjalan sendirian, tanpa Tuhan. Saya juga jatuh dalam perjinahan, walaupun saya jarang sekali berhubungan dengan gay dan tidak pernah ikut dalam komunitas gay. Dunia gay kebanyakan hanya mencari sensasi kepuasan seksual, sementara yg saya cari adalah nilai2 romansanya.
Lalu tiga bulan yg lalu (awal Juli 2010), saya mengalami lagi jatuh cinta dengan pria lainnya, usianya terpaut jauh di bawah saya. Dalam dua bulan pertama (kami belum jadian), hubungan kami pasang surut, kadang baik kadang dingin. Lalu tanggal 17 Oktober 2010 saya nyatakan cinta saya padanya, dan dia menerima saya. Selama lima hari berikutnya adalah moment2 terindah yg pernah saya rasakan sebagai manusia duniawi. Dengan leluasa saya memeluk dan menciumnya (tidak pernah mulut/bibir), dan mengekspresikan perasaan saya terhadap dia. Sabtu 23 Oktober 2010 dia agak dingin dengan saya, esoknya Minggu 24 Oktober 2010 dia memaki saya dengan kata2 yg sangat kasar. Sebenarnya sebelum jadian dengannya, saya sudah sering disakitinya dengan kebohongan2 dll tp tidak pernah sampai mengucapkan kata2 kasar thdp saya, tp selalu saya yg meminta maaf. Setelah itu biasanya hubungan kami kembali membaik. Lagi, setelah dia memaki-maki saya, saya mendatanginya dengan hati yg hancur dan meminta maaf kepadanya, tapi kali ini dia tak mengacuhkan saya sama sekali. Perasaan saya sangat dalam dengan dia, tak terhitung sudah materi dan pengorbanan yg sudah saya berikan untuknya, tanpa pernah berbalas.

Rekan2, saya tulus mencintainya dan bukan dengan nafsu seksual. Saya suka memeluk, mencium dan menggenggam tangannya. Tapi dengan kejamnya dia memperlakukan saya seperti itu. Hancur hati saya...
Hari Senin pagi, saya menulis di atas kertas permohonan maaf saya utk keluarga terutama mama, sebuah isyarat perpisahan, sebab saya sudah memutuskan untuk mengakhiri hidup saya. Racun serangga sudah tersedia di hadapan saya dan saya sudah merasa mantap dengan keputusan tsb. Namun ketika saya hendak menuliskan permohonan maaf kepada Tuhan, seketika saya ingin berjumpa dengan hamba Tuhan. Lalu racun itu saya campakkan jauh2, saya mendatangi hamba Tuhan dan menceritakan kepahitan hidup saya dengan linangan air mata. Hamba Tuhan tersebut mendoakan saya dan menumpangkan tanganNya di atas kepala saya. Hadirat Tuhan yg sudah lama tidak saya rasakan, seketika datang menghampiri saya. Saya merasa lebih lega dari sebelumnya.

Namun, kembali pada kehidupan sehari-hari, saya selalu berdoa kepada Tuhan. Saya mau diubahkan oleh Tuhan, sesuai dengan kehendakNya. Dalam doa saya, saya selalu mendoakan dia yg telah menyakiti hati saya dan mengampuni dia. Tapi kenyataanya perasaan cinta saya telah berubah menjadi dendam. Selalu ada pergolakan batin dalam diri saya. Di satu pihak saya sudah mengampuninya, namun seringkali malah saya berpikir bahwa rasa sakit hati saya harus dibalaskan, seperti pro dan kontra. Saya tidak tahu apakah kesalahan saya sehingga dia menganggap saya seperti sampah. Hal ini sangat menyiksa saya, saya jd tidak selera makan, susah tidur dan terus menjadi pemikiran saya. Air mata saya selalu terkuras ketika ingat dia. Sementara saya ingin melepaskan dia dari beban saya, dialah yg selalu hadir dalam benak saya.

Saudara-saudari yg terkasih dalam nama Yesus Kristus, pertanyaan saya :
- Di dalam doa, saya sudah mengampuninya. Dalam aplikasinya saya pun sudah mengampuninya, tp setiap kali teringat perlakuannya yg sudah menyakiti hati saya, saya terbakar amarah untuk membalaskannya. Bagaimana seharusnya supaya kehidupan saya kembali seperti saya belum memiliki perasaan dengan dia? (saya sudah lama mengenalnya, tapi baru tiga bulan ini saya punya perasaan cinta dengan dia)
- Saya tahu, saya msh berjuang utk keluar dari statement diri saya sebagai gay. Saya ingin menjalani kehidupan seperti pria yg tertarik pada wanita. Apakah saya perlu melakukan pelepasan seperti yg dianjurkan oleh hamba Tuhan tsb? Sebab waktu Senin itu dia mengundang saya hadir hari Minggu ini, 31 Oktober 2010 utk pelepasan.

Mohon doakan saya, saya sudah merasakan hadirat Tuhan setelah sepuluh tahun tidak saya rasakan. Tapi keadaan saya masih sangat tersiksa dan penuh air mata tatkala amarah saya terhadap dia yg menyakiti hati saya muncul. Saya ingin Tuhanlah yg berkuasa atas hidup saya, apa yg harus saya lakukan?

Pages: [1]
Powered by MySQL Powered by PHP Powered by SMF 1.1.8 | SMF © 2006-2008, Simple Machines LLC Valid XHTML 1.0! Valid CSS!
Page created in 0.039 seconds with 15 queries.