Sekolah minggu

Dari In-Christ Wiki, Wiki Kristen Indonesia
Revisi per 03:23, 28 Agustus 2010; Kia 4jc (Bicara | kontrib)
(beda) ←Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Langsung ke: navigasi, cari

Sekolah minggu adalah sekolah sederhana yang biasanya diadakan di gereja-gereja yang bertujuan mengajarkan kepada anak-anak agar mereka mengerti tentang Firman Tuhan.

Daftar isi

Sejarah Sekolah Minggu

Menurut sejarah, konsep Sekolah Minggu berawal dari Inggris di tahun 1780 dibawah seorang guru bernama Robert Raikes. Pada awalnya, Sekolah Minggu adalah merupakan sebuah sekolah sederhana untuk anak-anak miskin belajar menulis dan membaca, sehingga mereka bisa mengerti apa yang tertulis didalam Alkitab. Pelajaran tersebut juga termasuk menghafal ayat-ayat tertentu dan lagu-lagu rohani. Konsep ini ternyata sangat berhasil dan diikuti oleh banyak gereja. Kemudian suatu gerakan pendidikan muncul akibat dari Sekolah Minggu ini. Orang-orang semakin ingin belajar untuk membaca dan menulis.

Di Amerika, seorang Uskup dari gereja Methodist bernama Francis Asbury (1745-1816) menerapkan konsep dari Robert Raikes tersebut.

Sebagai seorang misionaris pada tahun 1771 di Amerika, ia mulai menginjil dengan metoda "Circuit Rider" yang dipelajarinya dari John Wesley. Pada tahun 1786, di Virginia, untuk pertama kalinya sebuah Sekolah Minggu yang modern dimulai.

Perkembangan Sekolah Minggu kemudian menjadi lebih pesat dengan adanya dukungan dari Lembaga Pendidikan Kristiani Dunia (The World Council of Christian Education), sebuah institusi internasional yang didirikan pada tahun 1947. Institusi ini juga yang mempromosikan berbagai pelatihan dan kurikulum pengajaran Sekolah Minggu.

Dasar-Dasar Pelayanan Sekolah Minggu Anak

Berikut ini dasar Alkitab dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru mengenai pelayanan sekolah minggu. [1]

  • Pelayanan Anak Masa Perjanjian Lama (Ulangan 6:4-7)
    • Pembinaan rohani anak dilakukan sepenuhnya dalam keluarga (Ulangan 6:4-7).
    • Pada zaman pembungan Babilonia, orang tua wajib mengirimkan anak-anaknya yang berusia di bawah lima tahun ke sinagoge untuk dididik oleh guru-guru sukarelawan yang mahir dalam kitab Taurat. Anak-anak dikelompokkan dengan jumlah maksimum 25 orang dan dibimbing untuk aktif berpikir dan bertanya, sedangkan guru menjadi fasilitator yang selalu siap sedia menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.
  • Pelayanan Anak Masa Perjanjian Baru (1 Timotius 3:15)
    • Ketika orang-orang Yahudi yang dibuang di Babilonia diizinkan pulang ke Palestina, mereka meneruskan tradisi membuka tempat ibadah sinagoge ini di Palestina sampai masa Perjanjian Baru.
    • Tradisi mendidik anak-anak secara ketat terus berlangsung sampai pada masa rasul-rasul (1 Timotius 3:15) dan gereja mula-mula. Namun, tempat untuk mendidik anak perlahan-lahan tidak lagi dipusatkan di sinagoge tetapi di gereja, tempat jemaat Tuhan berkumpul.

Perkembangan Sekolah Minggu di Indonesia

Dari para misionaris yang pergi melayani ke negara-negara Asia, akhirnya pelayanan anak melalui Sekolah Minggu juga hadir di Indonesia.

Berikut beberapa dugaan perkembangan pelayanan sekolah minggu di Indonesia. Masih dugaan karena memang tidak ada catatan resminya bagaimana sekolah minggu di Indonesia mulai berkembang.[2]

  1. Ada inisiatif pribadi membuka pelayanan anak dan menggunakan hari Minggu, seperti yang disebarkan para misionaris. Ada beberapa catatan surat pribadi, sebelum Indonesia merdeka, bahwa anak-anak dikumpulkan di rumah tangga-rumah tangga.
  2. Biasanya anak-anak ikut dalam kebaktian gereja bersama orang tuanya dikumpulkan untuk ibadah sendiri.
  3. Pada abad ke-19 sekolah minggu berkembang di Eropa dan Amerika. Akibatnya juga terasa di Indonesia terutama di daerah Zending-Zending.
  4. Permulaan abad 20 Zending-Zending mendirikan sekolah untuk anak-anak dan kebaktian Anak. Ada beberapa buku pedoman mengajar PAK anak yang diterbitkan oleh para missionaris/Zending.
  5. Dari Dewan Gereja Indonesia (sekarang PGI) dibentuk "Seksi Sekolah Minggu sementara" dan disahkan pada tahun 1953.

MEBIG

MEBIG merupakan singkatan dari Memory, Bible, Game[3], pertama kali ditemukan oleh Pdt. Masatoshi "Gonbei" Uchikoshi dari Gereja Ai Ling, Sapporo, Hokkaido, Jepang sekitar 1985.[4] Pada saat itu masalah yang dirasakan adalah gereja mengabaikan pelayanan terhadap anak, gereja tidak menyenangkan bagi anak dan anak-anak tidak dilatih untuk melayani. Dan ternyata masalah ini juga merupakan masalah pada banyak gereja[4]. Selama program ini diterapkan dalam gereja, gereja bertumbuh 10 kali lipat. Melihat hal ini, gereja-gereja di negara lain seperti Korea, Taiwan, Hong Kong, dan Indonesia mulai mengikuti model belajar ini yang diterapkan dalam pelayanan Sekolah minggu.[5]. Di Indonesia, MEBIG diperkenalkan oleh Sudi Ariyanto, yang kemudian menamai lembaganya dengan nama MEBIG Indonesia.[6]

Lihat Pula

Referensi

Pranala luar

Tunas Isai.gif
Peralatan pribadi