Sebutan “Allah” untuk Yesus yang “Meragukan” - Bagian I

Keraguan yang timbul dari teks-teks yang akan dijelaskan ini adalah berkaitan dengan dua hal, yaitu jenis teks yang bervariasi dan masalah-masalah sintaksis.

1. Teks-teks yang bervariasi

(a). Galatia 2:20

“...Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”

Kata-kata penting dalam teks ini adalah “en pistei zo te tou huiou tou theou.”

Dalam berbagai versi, sebutan ini bervariasi. Ada dua variasi dominan, yaitu, ada bacaan yang menyebutkan “tou huiou tou theou” dan variasi kedua, “tou theou kai Christou.”

Beberapa versi utama dari teks ini, menyarankan “tou theou kai Christou” sebagai pengganti “tou huiou tou theou.”

Ada dua saran untuk mentranslasikan variasi teks ini, yaitu, “Iman di dalam Allah dan di dalam Kristus” atau “Iman di dalam Allah dan Kristus.” Hanya di dalam interpretasi kedua dari variasi ini, sebutan “Allah” menunjuk kepada Yesus.

Secara umum, para komentator memakai bacaan “tou huiou tou theou,” yang cenderung dipilih oleh versi-versi kritis. Tetapi, dalam translasi ini, kemungkinan editor kurang mempertimbangkan pembacaan teks “huiou tou theou” dari sudut pandang teologi; yang kemungkinan “orisinil”.

Walaupun demikian, bagaimana pun juga, frase “tou theou kai Christou” tidak pernah muncul dalam beberapa surat Paulus dan juga mencurigakan?

Karena sulitnya menentukan variasi dan versi yang lebih baik dalam teks ini, maka teks ini tidak termasuk bagian yang menyebutkan Yesus dengan sebutan Allah.

(b). Kisah Para Rasul 20:28

“... karena kamulah yang ditetapkan oleh Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri.”

Kata-kata penting yang perlu diteliti salam teks ini adalah, “ten ekklesian tou thou hen periepoiesato dia tou haimatos tou idiou.”

Ada dua masalah yang muncul, teks yang bervariasi dan masalah-masalah gramatika.

Dalam berbagai versi muncul teks yang bervariasi. Ada yang menyarankan pembacaan “Jemaat Tuhan” dan juga “Jemaat Allah”.

Ungkapan “Jemaat Allah” sangat terbukti keabsahanya karena didukung oleh teks yang valid dalam versi-versi manuskripai atau terjemahan utama. Tetapi, dalam hal ini, tidak mungkin untuk mengabaikan teks lain yang menyarankan pembacaan “Jemaat Tuhan” yang didukung juga oleh manuskripsi-mansukrispsi dan versi-versi terjemahan yang terpercaya.

Adalah sebuah kemungkinan, bahwa teks ini adalah teks kedua yang menyatakan Yesus di panggil “Allah”.

Walaupun demikian, sebuah argumentasi yang lebih maju lagi menyatakan, bahwa terjemahan “Jemaat Tuhan” tidak ganjil bila dibanding “Jemaat Allah” menurut konsep Perjanjian Baru. Dapat dipahami bahwa, terjemahan ini adalah penyesuaian teks dengan ungkapan “Jemaat Allah”. Dalam pertimbangan ini, ungkapan “Jemaan Allah” kemungkina yang asli?

Catatan, bahwa ada faktor yang menyebabkan perubahan penulisan teks dari sebutan “Allah” ke “Tuhan”, yaitu pengaruh keadaan masyarakat dan budaya pada masa itu? Jika menerima ungkapan “Jemaat Allah”, sangat masuk akal, karena teks ini mengacu kepada sebutan Yesus sebagai Allah, yaitu adanya modifikasi “...jemaat yang diperoleh dengan darah-Nya sendiri.” Dan akan lebih cocok lagi jika dalam teks ini menyatakan Yesus, ketimbang menyatakan Allah Bapa.

Namun, ada kemungkinan lain, bahwa sebutan ‘theos’ merujuk kepada Allah Bapa dan sebutan ‘idios’ ditujukan kepada Sang Anak, sehingga diterjemahkan menjadi ”…Jemaat Allah, Bapa yang diperoleh dari darah Anak-Nya sendiri.”

Saran dari penelitian gramatikal adalah, bahwa teks asli dalam Bahasa Yunani untuk kata “idios” hilang di akhir kalimat. Teks yang dapat dibaca adalah “Jemaat Allah,” seharusnya “Jemaat Anak Allah.” Tetapi, tidak berarti terjemahan teks ini secara deskriptif dipahami sebagai sebuah yang menyebutkan Yesus adalah Allah.

(c). Yohanes 1:18

“Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak tunggal Allah, yang dipangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.”

Dalam berbagai versi, istilah “Anak Tunggal Allah” ditafsirkan dalam tiga kemungkinan, yakni:

(1). “[ho] monogenes theos”. “God the only Son” atau dapat diterjemahkan “The only-beggoten God,” dan “only beggoten one” atau “God beggoten of the only one.” Didukung oleh naskah-naskah terbaik.

Beberapa hasil eksegesa mencurigai bahwa teks-teks ini merupakan suatu pengembangan teologi. Tetapi, harus dipertimbangkan juga, bahwa di sisi lain Yohanes secara jelas menyebut Yesus “Allah”.

Mungkin saja, keberatan yang nyata terhadap pembacaan ini adalah karena kesulitan memahami pengakuan bahwa “Allah menyatakan Allah dan hanya Allah yang melihat Allah.”

Namun, dapat disimpulkan bahwa sebutan “monogenes theos” di teks Yohanes 1:18 ini, umumnya diakui sebagai pernyataan deskriptif yang menegaskan tentang keilahian Kristus; “Yang Unik”, “Tunggal” dan “Satu-Satunya Allah.” Dukungan manuskrip-manuskrip utama, versi-versi dan dari kutipan bapak-bapak Gereja sangat berwibawa.

(2). “Monogenes huios,” secara literal “the Son, the only one.” Teks ini didukung oleh beberapa versi Latin, diantaranya Curetonian Syiriac dan versi Yunani terbaik, seperti Athanasius dan Chrisostom. Tiga teks lainnya dalam tulisan Yohanes yang menggunakan sebutan ‘monogenes’ adalah di Yohanes 3:16, 18 dan 1 Yohanes 4:9. Sebutan ‘monogenes’ ini dikombinasikan dengan ‘huios’. Tampak bahwa, penggabungan kedua kata ini “kemungkinan” sebagai sebuah refleksi terhadap tulisan-tulisan yang cenderung menyesuaikan diri atau kompromis.

(3). “Monogenes”, “the only Son.” Teks ini kurang mendapat dukungan dari manuskrip-manuskrip utama dan versi-versi berwibawa Perjanjian Baru. Teks ini hanya terdapat di manuskrip Tatian, tulisan Origen (salah satu), Epiphanius dan Cyril dari Aleksadria.

Beberapa ahli, mengklaim teks ini adalah asli. Tetapi karena kurang validnya dukungan dari beberapa naskah kuno, membuat terjemahan “Monogenes” ini kurang berwibawa.

Namun, sejak ditemukannya papirus Bodmer (200 M.), maka bacaan pertama lebih berbobot sebagai yang asli -- bacaan “[ho] monogenes theos”, yang menyebut Yesus adalah Allah. Tetapi, karena banyaknya variasi teks, maka sulit untuk menetapkan acuannya; apakah kepada Yesus atau kepada Allah Bapa?

Walaupun demikian, sebutan ‘monogenes’ menyingkapkan sebuah relasi antara Kristus terhadap Allah, sebagaimana Anak kepada Bapa. Lagipula, dalam tulisan-tulisan Yohanes, sebutan ‘monogenes’ dipakai hanya untuk Yesus saja.

Untuk penelitian ini, G. E. Ladd, menyimpulkan bahwa, “menurut pembacaan teks yang terbaik Yohanes menunjuk kepada Kristus sebagai satu-satunya Allah.”

Simak Sebutan “Allah” untuk Yesus yang “Meragukan” - Bagian II mengenai masalah-masalah sintaksis.
 
Demikian,

Sola Gratia,
Riwon Alfrey

Kategori: Teologi

Keywords Artikel: Eksegese, Kristologi

Topic Artikel: Teologi dan Alkitab