Natal dan Krisis "Eko"

Bagi saya Perayaan dan Peringatan Natal Yesus Kristus adalah sebuah
"titik mengaso" dan "mengisi perlengkapan" dalam ziarah hidup ini.
(orang zaman dahulu menyebutnya"pos pengumben"). Pada titik itu, memori
saya kembali diisi dengan kenyataan bahwa Allah itu peduli dan
kepedulian-Nya itu habis-habisan (all-out).
Dia yang serba maha, mau menjadi serba terbatas, agar yang serba
terbatas itu menikmati secercah pengharapan untuk menikmati kedamaian
dan kesejahteraan.

Allah konsisten untuk berbagi Diri dalam
membarui dunia ini. Di seputar kelahiran Yesus Kristus sebagaimana
dikisahkan Injil-Injil, saya menjumpai orang-orang dari beragam status
sosial, pemikiran, kuasa, melebur dan berpadu untuk menjadikan dunia
lebih baik.

Para malaikat (makhluk ilahi), Para Majus (mistikus
dan filsuf), Para gembala (jelata), Para rohaniwan/wati (Zakharia,
Elisabet, Simeon, Hana), sampai individu-individu awam berdarah
bangsawan dari klan Daud (Yusuf dan Maria) menjadi aktor-aktris yang
karena tindakan mereka kelak dunia tercerahi. Memang dalam ingatan itu
ada juga para antagonis (Herodes dan antek-anteknya). Mereka memberikan
impresi pencekalan akan upaya-upaya pembaruan dan pencerahan dari Allah.

Mengingat
kembali drama kehidupan mereka membuat saya merenungkan krisis yang
ramai akhir-akhir ini, yaitu krisis yang serba "eko". Krisis Ekonomi
Global dan Krisis Ekosistem Global. Dunia yang kini menjadi "kecil"
(kemudahan transportasi, komunikasi) ternyata membuat banyak orang
lebih membentengi diri untuk mencari dan memenuhi kepuasan diri
sendiri. Orang tidak ramah kepada lingkungan hidup (flora, fauna dan
tata atur alamiah alam). Orang terus saja mencari keuntungan, kekayaan
tanpa memperhatikan keseimbangan ekonomi dunia. Negara kaya lebih
banyak menggunakan akal budi ketimbang nurani.

Natal Yesus
Kristus membuat saya tersadar betapa berita kelepasan dari Allah tetap
aktual. Damai Sejahtera dapat diraih, dinikmati, oleh banyak orang,
pada saat mereka mau berbagi diri untuk menjadikan dunia ini lebih
baik. Para aktor-aktris pada waktu kelahiran Yesus adalah orang-orang
dari beragam status sosial, pemikiran, kuasa dan kepentingan. Namun
mereka mau dicerahi oleh kuasa ilahi untuk mempersilahkan Yesus Kristus
hadir di Bumi.

Bagi saya, mempersilahkan Yesus Kristus hadir di
Bumi (me-natal-kan Yesus Kristus) saat ini berarti, mempersilahkan akal
budi, nurani dan segenap keberadaan diri untuk mencontoh sikap dan
karya Yesus Kristus dalam dunia. Para pengiman dan pengikut Kristus
ialah mereka yang mau berbagi diri dan taat mendengar sapaan ilahi
untuk membarui bumi ketimbang merusak bumi dan tatanan kehidupan di
dalamnya. Krisis "Eko" terjadi karena banyak orang tidak mau tinggal
dalam satu atap (eko dari kara oikos,
yang artinya rumah). Untuk mengakhiri krisis "eko" tidak ada tindakan
lain selain mau berbagi diri dan berkorban karena kita pada dasarnya
tinggal dalam satu atap di Bumi ini.

Pada saat itu diamini, Natal Yesus Kristus sungguh berarti dan hakiki.

Kategori: Misi

Comments

Natal & Krisis "eko"

Puji Tuhan

selamat natal

Semoga renungan ttg natal tidak berhenti di bulan desember. selamat natal. selamat berkarya.

Setuju.

Natal adalah semangat dan kuasa. Lebih dari sekadar even belaka. Terima kasih, selamat berkarya juga setyo.

 

"Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa." (Kata-kata Saulus, seorang ahli agama Yahudi yang menjadi Kristen)