The Secret

The Secret

Seorang rekan saya memberikan buku ini untuk saya bedah. Sudah lama saya tidak membuka buku tentang visualisasi dan kekuatan pikiran, namun karena dimintakan pendapat, maka akhirnya saya membaca buku ini juga.

Secara garis besar, apa yang diajarkan dalam buku ini hampir sama saja dengan ajaran2 kebatinan/parapsikologi lainnya. Yakni visualisasi atau pembayangan akan sesuatu. Jika kita ingin kaya, maka visualisasikan bahwa kita memiliki uang.

Visualisasi juga diajarkan dalam beberapa aliran gereja. Ada penginjil yang mengajarkan bagaimana melakukan penyembuhan dengan visualisasi. Jadi seseorang yang sakit tidak perlu datang ke tempat penyembuhan. Cukup ambil sesuatu yang berkaitan dengan orang tersebut. Bisa foto, saputangan, dlsb. atau bisa juga cukup membayangkan orang tsb. Penginjil ini menggunakan ayat Matius 8:5-13.

Ada juga pendeta yang mengajarkan bagaimana caranya mendapatkan pembayaran atas piutang yang kita miliki dengan visualisasi. Ada juga yang mengajarkan bagaimana mengklaim permintaan kita (dibuku ini dibahas dalam bab Cara Menggunakan Rahasia)

Pertanyaannya apakah kita boleh menggunakan visualisasi? Menurut saya, kita tidak boleh menggunakannya. Karena Tuhan mengutuk jika kita bersandar pada pengertian dan kekuatan kita.

Saya pernah berdiskusi dengan seorang pastur yang mempunyai kemampuan lihat (ala sinar x) yang dapat melihat apakah seseorang patah tulangnya, ada penyakit ditubuhnya, hanya dengan melihat saja.

Ketika saya bertanya padanya apakah kemampuan tersebut diperoleh melalui proses tertentu? Dan apakah seseorang boleh menggunakan kemampuan supranaturalnya? Beliau mengatakan kemampuan itu sudah ada dan dikembangkan olehnya. Menurut beliau, mengapa tidak? Asalkan dipakai untuk kemuliaan Tuhan.

Di sinilah saya tidak sependapat. Karena saya berlatar belakang kebatinan / parapsikologi / paranormal. Kemampuan tsb. bisa kita dapatkan melalui latihan2 tertentu, antara lain pernapasan, visualisasi, meditasi, dan olah tubuh. Dulu jika saya ingin melakukan penyembuhan, maka saya melakukan visualisasi. Saya bayangkan pasien tsb. dan kemudian saya kirim energi kepadanya. Tetapi, semua itu saya sudah saya buang ketika saya menerima Yesus. Saya katakan pada Yesus bahwa saya hanya mau berserah pada-Nya. Saya mengosongkan diri saya dan menjadikan Yesus sebagai pelindung satu2nya diri saya.

Jadi setelah itu saya tidak pernah lagi melakukan visualisasi. Untuk apa?! Jika Yesus bisa melakukan semuanya. Jadi jika saya berdoa untuk kesembuhan, saya cukup katakan Yesus sembuhkanlah si anu jika itu sesuai dengan rencana dan kehendak-Mu. Cukup. Tidak ada visualisasi apa2. Katakan dengan tulus dan lupakanlah setelah itu.

Untuk meminta, saya tidak perlu berkali-kali. Cukup saya katakan pada-Nya, “Yesus, saya perlu ini. Jika itu tidak bertentangan dengan rencana dan kehendak-Mu, terjadilah.” Itulah doa yang saya katakan. Tidak macam2 atau neko2, dan tidak juga dengan sikap tertentu.

Tidak ada visualisasi dan tidak juga mengingatkan Tuhan dengan mengutip ayat2 tertentu seolah2 mengingatkan Tuhan akan perkataan-Nya dan tidak juga memaksa dengan ayat2 tertentu seolah2 Tuhan pernah berjanji memenuhi semua permintaan kita.

Menurut saya biarlah Tuhan menentukan apa yang terbaik untuk kita. Dan jika kita ada sesuatu ganjalan, katakanlah pada-Nya. Yang terjadi ialah kita seringkali kurang sabar melihat perkembangan sesuatu. Kita mau segalanya instan. Dan kita mau hidup yang penuh kemudahan dan malah cenderung meminta hidup yang berkelimpahan.

Saya ingat seorang pendeta pernah berkata begini. Apabila hidup kita lancar terus tanpa alangan sama sekali, maka seharusnya kita was-was. Jangan2 kita sudah menjadi sama atau berada di jalur setan sehingga setan sama sekali tidak mencobai kita. Jangan2 kita sudah tidak lagi di jalur Tuhan, sehingga Tuhan tidak menguji iman/kesetiaan kita pada-Nya.

Deny S Pamudji - http://jakartaberdoa.blogspot.com

Kategori: Bahan Renungan Alkitab