Pembahasan Point 1: BAPTISAN BAYI/ANAK KECIL SUNGGUH MENYESATKAN

BAPTISAN BAYI/ANAK KECIL SUNGGUH MENYESATKAN

Alkitab dengan gamblang menyatakan bahwa BAPTISAN diberikan kepada mereka yang menanggapi/percaya berita INJIL . Contoh: Kepala penjara di Filipi, kita membaca, “Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya.“ (Kisah Para Rasul 16:32). Ini menjelaskan mengapa seisi rumahnya dapat/boleh dibaptis—mereka semua telah cukup umur untuk mendengarkan Firman. Juga, Sida-sida Ethiopia dalam Kisah Para Rasul 8:35-39

8:35 Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya.
8:36 Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu kata sida-sida itu: "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?"
8:37 Sahut Filipus: "Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh." Jawabnya: "Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah."
8:38 Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia.
8:39 Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita.

Dalam PB, Baptisan segera menyusul setelah IMAN PRIBADI kepada Kristus digunakan. Dalam gereja mula-mula, TAK SATUPUN orang percaya yang tidak dibaptis. Semua orang Percaya DIBAPTIS sebagai suatu kesaksian terhadap iman mereka.

Surat Barnabas (sekitar tahun 120-130), berisi suatu pasal yang singkat tentang Baptisan Air, tetapi Hanya Baptisan Orang-orang Percaya. ”Kami turun ke dalam air penuh dengan dosa dan kecemaran, dan kami keluar dengan membawa buah dalam hati kami, ketakutan dan pengharapan dalam Yesus di dalam Roh”

Tertullianus, pemimpin gereja Afrika Utara (sekitar tahun 200), menandaskan bahwa anak-anak harus datang untuk dibaptis ketika mereka sudah DEWASA supaya mereka mengerti apa yang sedang mereka lakukan.”oleh karena itu, sesuai dengan keadaan dari watak seseorang, dan juga usianya, maka PENUNDAAN baptisan adalah LEBIH MENGUNTUNGKAN, khususnya dalam hal anak-anak kecil.” Tertullianus, yang berbicara menentang pembaptisan anak kecil, mengacu kepada orang tua baptis atau orang tua dari si Anak yang dibaptis sebagai MUDAH SEKALI membuat Janji-Janji yang GEGABAH ketika mereka mengatakan bahwa anak itu akan menjadi orang Kristen dalam kehidupannya kelak. ”Siapakah yang mengetahui apakah hal ini akan terjadi?” ia bertanya.

Jika membaca sejarah Baptisan Anak/Bayi dalam sejarah gereja, penuh dengan unsur MISTIK/SAKRAMENTAL—kalo Bayi/Anak itu mati pasti masuk surga karena sudah dibaptis, Baptisan Bayi/Anak untuk menghapus Dosa Asal dan politis (pembaptisan anak kecil menjadi mata rantai yang mempersatukan gereja dan Negara, setiap anak yang dibaptis menjadi orang Kristen dan anggota kerajaan Romawi sekaligus)

Karl Barth, teolog terkenal dari Swiss, mengakui bahwa motivasi sesungguhnya dibalik Baptisan Anak adalah KONSTANTIN-isme, yakni kesatuan gereja dan Negara. Ketika berbicara mengenai para Reformator yang berpegang pada Baptisan Anak Kecil, ia mengatakan,“Orang-orang pada waktu itu tidak mau melepaskan, karena cinta atau uang, keberadaan gereja Injili dalam bentuk corpus Christianum Konstantinian. Ketika gereja menghentikan pembaptisan anak kecil, gereja Rakyat dalam arti gereja Negara atau gereja Massa berakhir.“ Barth menjelaskan bahwa Alkitab mengajarkan gereja Kristen merupakan suatu minoritas; bila semua orang diikutsertakan didalamnya, maka akibatnya adalah kesakitan bukan kesehatan. Ia mengakhiri dengan berkata bahwa, ”sudah saatnya untuk mengumumkan bahwa suatu pencarian yang urgen untuk bentuk yang lebih baik dari praktik baptisan kita sudah lama dinanti-nantikan.”

Ulrich Zwingli, pengkhotbah dan reformator dari Zurich, mempunyai KERAGUAN YANG SERIUS tentang Pembaptisan Anak Kecil. Ia Mengaku, ”Tak ada yang lebih menyedihkan saya daripada bahwa saat ini saya harus membaptiskan anak-anak kecil karena SAYA TAHU HAL ITU SEHARUSNYA TIDAK DILAKUKAN.” Ia menyadari bahwa pembaharuan yang menyeluruh dalam gereja akan berarti menghentikan kebiasaan itu. Ia mengatakan lagi,”Saya tidak menyinggung hal baptisan, saya tidak menyebutnya benar atau salah; jika kita harus membaptis seperti YANG TELAH DITETAPKAN oleh KRISTUS, maka kita TIDAK AKAN MEMBAPTIS seorang pun sebelum Ia MENCAPAI USIA yang memperlihatkan kebijaksanaan; karena DIMANAPUN TIDAK TERTULIS bahwa Pembaptisan Anak Kecil harus dilakukan.”

Namun sayangnya, Zwingli mengubah pikiran karena alasan keadaan politik waktu itu yang kuatir kacau (timbul gejolak sosial) karena gerakan Anabaptis (kelompok Kristen yang membaptis ulang) yang SANGAT TIDAK SETUJU dengen BAPTISAN BAYI/ANAK KECIL karena pola Perjanjian Baru yaitu gereja terdiri atas orang-orang percaya yang dibaptis.

Dalam soal Baptisan Anak Kecil, Luther dan Zwingli berpihak pada Gereja Roma. Zwingli, misalnya, mengerti apabila ia sampai berpihak pada para Anabaptis, ia akan membangkitkan ketidaksenangan Negara. Ia berkata, ”Akan tetapi, jika saya sampai menghentikan praktik itu (Baptisan Bayi/Anak Kecil), maka saya khawatir saya akan kehilangan gaji tetap saya dari berkhotbah”. Tetapi terlebih penting, ia memandang para Anabaptis sebagai pengacau tatanan sosial.

Perkataan Luther agak tidak masuk akal tentang Baptisan Bayi/Anak kecil. Luther tidak menghentikan Praktik pembaptisan anak kecil. Luther juga menyetujui pemusnahan para Anabaptis. Luther terjepit ditengah-tengah topik tentang Baptisan Anak. Ia ingin berpegang pada dua doktrin yang bertentangan, yakni pembenaran oleh iman dan kepercayaan bahwa anak-anak kecil dilahirbarukan oleh Baptisan. Dalam suatu khotbah ia mengemukakan jika seseorang menganggap bahwa anak-anak kecil yang telah dibaptis itu tidak percaya, ia harus menghentikan perbuatan itu, ”supaya kita tidak lagi menghina dan menghujat kemuliaaan Allah yang mahatinggi dnegan tindakan gila-gilaan dan ketololan yang tidak beralasan.” Sungguh Ketidakkonsistenan dan Dilema bagi Luther.

Kelompok PAEDOBAPTIS (yang pro/melakukan praktik Baptisan Anak Kecil) mempunyai masalah. Beberapa anak ini ketika dewasa tidak memeluk iman Kristen, tetapi menjadi berandal. Untuk menghadapi dilema ini, upacara“masuk sidi“ ditetapkan supaya seorang anak dapat meneguhkan keputusan yang telah dibuat oleh orang tuanya. Paul K. Jewett menjelaskan bahwa perlunya praktik ini hanya dapat berarti salah satu dari dua hal: mujizat lahir baru yang dikerjakan lewat baptisan anak kecil itu DIBATALKAN ketika anak itu Dewasa/Akil Balik, atau Upacara masuk sidi“ itu adalah Pengakuan secara diam-diam bahwa anak itu sebenarnya TIDAK PERNAH DILAHIRBARUKAN.

Bagaimana dengan John Calvin? Seperti Zwingli, ia menemukan hubungan analogis antara tanda sunat dari Perjanjian Lama dan Tanda Baptisan dari Perjanjian Baru. Calvin mengakui bahwa Alkitab tidak pernah mencatat Pembaptisan seorang anak kecil.

Perbandingan Tanda SUNAT dan Tanda BAPTISAN, TIDAK TEPAT karena Perjanjian yang Baru berbeda sekali dengan perjanjian yang lama. Memang benar bahwa sunat secara rutin dijalankan dalam perjanjian Lama, baik yang beriman atau tidak. Sunat merupakan tanda dari berkat-berkat perjanjian yang hanya dapat diterima sepenuhnya oleh seorang anak apabila ia memiliki iman pribadi setelah ia cukup umur. (bagian ini belum selesai diketik)

Seperti Luther, Calvin bergumul dengan masalah bagaimana baptisan dapat berguna bagi seorang anak kecil yang tak dapat percaya. Ia mengatakan bahwa mungkin Allah sebelumnya telah melahirbarukan anak-anak kecil yang akan diselamatkan. Para kritikus mengatakan, jika hal ini benar, maka anak-anak tak akan dilahirkan “di dalam Adam“ melainkan “di dalam Kristus.“ Kesimpulan ini tidak diterima secara luas.

Calvin mengeluarkan teori yang lebih baik dari teori Mistik Baptisan Anak. Baptisan tidak mengakibatkan kelahiran kembali anak-anak kecil tetapi hanya bearti bahwa“benih-benih pertobatan terdapat di dalam anak-anak melalui pekerjaan yang rahasia dari Roh Kudus.“ Mereka dibaptis dalam iman dan pertobatan yang akan datang. Ini tidak berarti bahwa anak-anak yang tidak dibaptis harus diserahkan untuk kematian kekal jika mereka mati pada masa anak-anak. Baptisan tidak mengakibatkan kelahiran baru, tapi hanya berarti bahwa “benih-benih pertobatan“ itu ada.

Erwin W. Lutzer menyarankan Baca juga buku Paul K Jewett, Infant Baptism and the Covenant of Grace, Grand Rapids: Eerdmans, 1977. Karya ini memuat sejarah yang rinci tentang doktrin baptisan anak kecil dan menyimpulkan bahwa BAPTISAN ANAK KECIL, BERTENTANGAN dengan ajaran Perjanjian Baru. Buku ini sangat ilmiah. Buku ini menarik karena ditulis oleh seorang teolog perjanjian (Covenant Teolog), yang dididik untuk menerima Baptisan Anak Kecil. Ini merupakan bacaan yang perlu dibaca oleh barangsiapa yang menaruh minat pada doktrin yang controversial ini.

dirangkum dari buku Teologi Kontemporer, Erwin W. Lutzer, Malang: Gandum Mas, Cetakan ketiga 2005.
(ALL ONE BODY-WHY DON’T WE AGREE?)

kesimpulan: BAPTISAN BAYI/ANAK SUNGGUH MENYESATKAN dan Para Gembala/Pendeta/ Penatua/Penilik Jemaat dan Gereja yg menerapkan PAEDOBAPTIS perlu bertobat dan mengubah KESALAHAN FATAL ini.

30 KRITIK TERHADAP GEREJA DAN GEMBALA

1. Baptis Bayi/Anak adalah Tidak Alkitabiah
2. Pendeta/Penatua/ Penilik Jemaat/Gembala Wanita dan Diaken/Majelis Wanita adalah Tidak Alkitabiah
3. Sistem Kepausan adalah Tidak Alkitabiah
4. Transubtansiasi dan Konsubstansiasi adalah Tidak Alkitabiah
5. Membaptis secara Percik atau dengan Bendera adalah Tidak Alkitabiah
6. Manusia diselamatkan hanya karena IMAN bukan karena Baptisan, Iman+Perbuatan, Iman+Baptisan, Iman+ ++ lainnya. Baptisan Tidak Menyelamatkan.
7. Arianisme (Kristen Tauhid dengan Gereja Jemaat Allah Global Indonesia=Gereja JAGI) dan Saksi Jehova (Saksi-Saksi Yehuwa) yang menolak Keilahian Yesus dan Tritunggal adalah Tidak Alkitabiah
8. GSPdI (Gereja Serikat Pantekosta di Indonesia) dengan mode Sabelian (Allah 1 Pribadi dalam 3 wujud) adalah Tidak Alkitabiah
9. Sistem Gereja Universal/Katolik/ Am adalah Tidak Alkitabiah. Sistem Gereja Lokal adalah ALKITABIAH
10. Sistem Eskatologi Amilenialisme dan Postmilenialisme adalah Tidak Alkitabiah
11. Menafsirkan 6 hari Penciptaan sebagai bukan 6 hari biasa adalah Tidak Alkitabiah
12. Calvinisme dengan 5 Point TULIP-nya TIDAK ALKITABIAH
13. Predestinasi John Calvin adalah Tidak Alkitabiah
14. Gerakan Ekumene adalah Tidak Alkitabiah, Kesatuan yg Alkitabiah adalah Tidak Mengkompromikan KEBENARAN/DOKTRIN/ PENGAJARAN
15. Verbal Plenary Inspiration (VPI) dan Verbal Plenary Preservation (VPP) dalam doktrin Alkitab adalah ALKITABIAH
16. Bayi yg mati PASTI MASUK SURGA karena sudah ditebus oleh Darah Yesus
17. Sekali Selamat Tetap Selamat adalah Tidak Alkitabiah. Beriman sampai Mati/Akhir PASTI MASUK SURGA. Jaminan Keselamatan Bersifat Kondisional/ Bersyarat.
18. Kerajaan 1000 tahun, Surga dan Neraka adalah benar-benar Nyata.
19. Hanya ada dua Upacara/Ordinansi yang diperintahkan Tuhan yaitu Baptisan dan Perjamuan Tuhan
20. Pewahyuan dan Nubuat dan semua karunia yg berhubungan dengan Pewahyuan (Bahasa Roh/berbahasa Lidah, Bernubuat, dan Pengetahuan, 1 Kor 13:8-10) sudah Tidak ada sejak Wahyu 22:21 selesai ditulis. Tidak ada Firman Allah lagi di luar Alkitab yang telah Kanon (Tidak ada ekstra biblical)
21. Wanita berkhotbah di Kebaktian Umum/Ibadah Raya/Ibadah apapun/Pertemuan Jemaat yang dihadiri Jemaat Dewasa (keluarga/yang sudah menikah) adalah Tidak Alkitabiah
22. Perjanjian Baru mengajarkan bahwa orang percaya hari ini tidak terikat pada hukum Sabat, karena itu Gereja Advent yg mempertahankan hari Sabat, makanan dan minuman tertentu, Hukum Sunat adalah Tidak Alkitabiah. Pengajaran Advent mengenai hari Sabat tidak sesuai dengan pengajaran Alkitab dan merupakan bagian dari kesalahan total mereka yg tidak dapat melihat perubahan dari sistem penyembahan simbolik di PL menjadi sistem penyembahan dalam Roh dan Kebenaran dalam PB atau Ibadah Hakikat.
23. Manusia adalah suatu Pribadi ciptaan Allah yang diberi kemampuan berpikir, kesadaran diri, kehendak bebas, dan ketika jatuh dalam dosa, hanya kehilangan Kemuliaan Allah dan hubungan/komunikasi dengan pencipta. Manusia tetap mempunyai kehendak bebas.
24. Manusia yang belum diselamatkan mampu merespon terhadap berita Injil, sehingga Aktivitas penginjilan adalah KEHARUSAN. Mati secara rohani bukanlah mati seperti mayat yg tidak bisa merespon berita Injil.
25. Gereja Lokal adalah Tiang penopang dan Dasar Kebenaran (TPDK)
26. Tuhan telah menghentikan jabatan IMAM dan praktek keimamatan (pemberkatan oleh “pendeta“ pada akhir kebaktian, pemberkatan nikah, dll) untuk Jemaat perjanjian Baru.
27. Konsep Familiy Altar adalah Salah karena kita tidak lagi hidup dalam masa Keimamatan Ayah (zaman antara Adam sampai Taurat diturunkan)
28. Istilah yg benar adalah Peneguhan Nikah, bukan pemberkatan nikah. Istilah Pemberkatan nikah dipakai Gereja Roma Katolik karena mereka menempatkan pernikahan sebagai salah satu sakramen (upacara kudus) gereja. Gereja Alkitabiah hanya mengenal dua ordinansi (Upacara yg diperintahkan) yaitu Baptisan dan Perjamuan Tuhan. Dalam Gereja Alkitabiah tidak ada jabatan imam yg berwenang memberkati, itulah sebabnya tidak dibenarkan memakai istilah Pemberkatan Nikah. Upacara yg dilakukan gereja alkitabiah dalam hal pernikahan ialah mengukuhkan atau meneguhkan pernikahan 2 anggota jemaatnya di hadapan Tuhan dan di hadapan sidang jemaatNya serta berdoa memohonkan kasih karunia Tuhan untuk kehidupan rumah tangga mereka. Berkat Tuhan bagi mereka selanjutnya tentu bergantung pada sikap hati mereka kepada Tuhan, bukan pada penumpangan tangan dari imam atau pendeta yang melakukan praktek keimamatan.
29. Tidak ditemukan Penumpangan Tangan untuk PEMBERKATAN dalam Perjanjian Baru. Penumpangan Tangan untuk Pengukuhan Jabatan (Gembala, Penginjil, Guru Injil dan Diaken) sebegai bentuk Perestuan/Approve atas nama Jemaat
30. Tidak ada satu orang pun yang BERHAK membaptis seseorang ke dalam Roh Kudus selain YESUS KRISTUS. Pendeta manapun yang mencoba membaptiskan seseorang ke dalam Roh Kudus adalah SESAT dan DURHAKA (merebut wewenang Yesus)

AMSAL 23:23 Belilah kebenaran dan jangan menjualnya; demikian juga dengan hikmat, didikan dan pengertian.

Tidak ada Gereja yg Sempurna, itu benar. Ada Gereja Yang Lebih Benar, itu Benar.

www.dedewijaya. co.cc
www.dede-wijaya. co.cc
www.dedewijaya83. co.cc
http://dedewijaya. blogspot. com

Kategori: Teologi

Topic Blog: Teologi dan Alkitab

Keywords Blog: doktrin, FUNDAMENTAL

Comments

@ dede

saya cm mo tanya poin 1 dan 6 kok gak konsisten ya ? jika kita diselamatkan hanya oleh iman tidak + baptisan lalu kenapa baptisan bayi diimbuhi kata tidak alkitabiah. yang paling penting adalah entah kata lo gak alkitabiah tapi jika seseorang bertobat dan percaya pada kristus itu lebih dari seorang yg cari perhatian dari gereja spt anda!!

isi otak anda belum tentu benar karena anda menyalahkan pemikir2 besar yg melintasi sejarah dunia, tapi siapakah anda? kapan anda dibaptis? dan sudahkan anda bertobat dan percaya? bagaimana dg gereja anda sebagai TPDK? bagaimana dg orang2 disekitar anda sudahkah mereka anda injili? sekarang anda mati masih bisa ke neraka krn jika nanti malam timbul niat anda untuk berbohong saja dan besok pagi anda tertabrak mobil anda tidak layak krn sampai akhir hidup anda gagal mempertahankan iman dan kesucian!!

pemikir2 besar mempunyai tujuan tetapi yg lainnya hanya berangan angan. washington irvin

by widuri

to Widuri

Konsisten, karena Baptisan Bayi memang tidak pernah dipraktekkan dalam kehidupan Jemaat Perjanjian Baru pada zaman para Rasul. tidak penting, yg penting perhatikan setiap argumen2 yg saya sampaikan. orang yang mau ikuti Alkitab, pasti renungkan dan pikir2 lagi seperti jemaat di Gereja Berea, benar ndak sich? akhirnya mereka belajar Kitab Suci sungguh2. Mereka adalah orang Kristen yg lebih BAIK HATINYA.
Tidak setiap hal dari pemikir besar/teolog/siapapun itu PASTI BENAR SEMUA. jadi kalo BENAR saya dengan Rendah hati ikut, namun kalo ada yg SALAH, kenapa harus ikuti MANUT SEMUA KATA DIA (MANUSIA).

saya Mengagumi Luther, Calvin, Zwingli, namun apap berarti saya harus ikut semua yang mereka ajarkan. Lihat saja, Luther dengan Zwingli saja bisa berbeda sangat tajam tt Baptisan Anak dan perjamuan Tuhan.
Doktrin Keselamatan Anda bermasalah dari statemen anda,
"isi otak anda belum tentu benar karena anda menyalahkan pemikir2 besar yg melintasi sejarah dunia, tapi siapakah anda? kapan anda dibaptis? dan sudahkan anda bertobat dan percaya? bagaimana dg gereja anda sebagai TPDK? bagaimana dg orang2 disekitar anda sudahkah mereka anda injili? sekarang anda mati masih bisa ke neraka krn jika nanti malam timbul niat anda untuk berbohong saja dan besok pagi anda tertabrak mobil anda tidak layak krn sampai akhir hidup anda gagal mempertahankan iman dan kesucian!!"

saya di Jambi bergereja di Gereja Kristen Protestan Jambi (GKPJ), dibaptis di Jambi, dan sekarang di Jogja bergereja di Gereja Kristen Kalam Kudus.
sampai hari ini saya masih aktif menginjili lewat media blog, internet, diskusi antar agama dan sms2an dengan beberapa muslim.
mohon jika anda tidak setuju, berikan argumen2 anda,yg lebih ALKITABIAH, daripada anda cuma maki2, semakin dinggap tidak Intelek/Rendah Hati. GBU.

@ dede tanggapan saya

jika anda menginginkan tanggapan saya yg bertanggungjawab mengenai baptisan anak menurut alkitab demikan:

1 Kor 10:1-2 : “Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut”.

Ayat ini berkata bahwa yang dibaptis adalah nenek moyang bangsa Israel. Untuk memahami masalah baptisan anak ini lebih dalam, kita perlu membawa pemikiran kita kepada konsepsi tentang sunat dan Perjanjian Allah dalam Perjanjian Lama. Mengapa? Karena sesungguhnya dalam konsep inilah terletak dasar dari baptisan anak-anak seperti apa yang dikatakan oleh Harun Hadiwijono : “Harus diakui, bahwa tidak ada nats dalam PB yang dengan jelas memerintahkan baptisan anak. Menurut kami, yang menjadi dasar baptisan anak memang bukanlah beberapa ayat dari PB, juga bukan iman anak yang dibaptis melainkan ajaran tentang perjanjian Tuhan Allah yang diberikan kepada orang tua dan kepada anak-anaknya” (Iman KristenJakarta, BPK. Gunung Mulia, 1997 : 451).

Sekarang marilah kita menyimak apa yang dikatakan Gal 3:13-14 : “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis : “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu”. Pertanyaan pertama yang patut kita ajukan setelah membaca ayat ini adalah “apa itu berkat Abraham?” Atau “apa isi berkat Abraham itu?” Hal ini penting karena demi sampainya berkat itu kepada bangsa-bangsa lain (kita) Yesus Kristus bersedia menjadi kutuk di atas kayu salib. Yesus Kristus rela mati demi berkat itu. Mari perhatikan lagi Galatia 3:26 : “Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus” dan ayat 29: “Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah“. Di sini kita bisa melihat bahwa ketika kita percaya pada Yesus Kristus, secara rohani kita juga adalah keturunan Abraham dan dengan demikian kita berhak untuk menerima janji Allah itu. Janji apa itu? Itulah janji yang ada di dalam berkat Abraham. Sekarang marilah kita melihat isi dari janji itu dan dengan demikian kita harus kembali kepada kitab Kejadian pasal 17 di mana Allah mengadakan perjanjian dengan Abraham. Lihatlah ayat 7 : “Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmuJadi rupanya berkat Abraham yang juga diterima oleh kita yang percaya kepada Kristus Yesus yang olehnya Yesus rela menjadi kutuk di atas salib adalah sebuah berkat rohani (Beberapa kalangan merasa bahwa janji ini hanyalah sebuah janji yang bersifat nasional dan duniawi saja, namun sesungguhnya tidaklah demikian. Sifat spiritual dari perjanjian ini dibuktikan dengan cara di mana janji-janjinya ditafsirkan dalam Perjanjian Baru : Roma 4:16-18; II Kor 6:6-18; Gal 3:8,9,14,16; Ibr 8:10; 11:9,10,13) yaitu agar Allah menjadi Allah Abraham dan Allah keturunannya. Yesus rela menjadi kutuk di atas kayu salib agar Allah dapat menjadi Allah bagi Abraham dan keturunannya termasuk kita yang adalah keturunan Abraham secara rohani.

Selanjutnya untuk meneguhkan janji itu Allah memberikan suatu ordinasi yang harus dilakukaan oleh Abraham dan keturunannya yakni ordinasi sunat. Kej 17:10 berkata : “Inilah perjanjian-Ku yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat“. Sunat di sini adalah lambang dari perjanjian rohani itu serta materai kebenaran berdasarkan iman. Roma 4:11 berkata : “Dan tanda sunat itu diterimanya sebagai materai kebenaran berdasarkan iman yang ditunjukkannya, sebelum ia bersunat…” Jika sunat ini adalah materai kebenaran berdasarkan iman, maka setiap orang yang disunat dimasukkan atau terhisap ke dalam perjanjian kekal ini atas dasar iman. Sekarang persoalannya adalah bahwa yang disunat adalah anak laki-laki yang berusia delapan hari (Kej 17:12). Dengan kata lain yang disunat ini adalah bayi yang belum mengerti apa-apa tentang masalah iman dan belum bisa beriman dari dirinya sendiri. Kalau begitu mengapa ia perlu disunat? Sebab itu adalah perintah Allah. Menolak menyunatkan seorang anak hanya karena ia belum bisa beriman adalah melawan perintah Allah.

Setelah Kristus Yesus menjadi kutuk di atas kayu salib agar berkat Abraham yakni perjanjian rohani ini diterima oleh kita selaku keturunan Abraham secara rohani, maka kita perlu disunat dengan sunat Kristus yakni baptisan. Kolose 2:11-12 berkata : “Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati”. Dengan demikian di dalam Perjanjian Baru kedudukan sunat telah digantikan dengan baptisan.

Sekalipun tanda atau ordinasi sunat itu telah digantikan dengan tanda atau ordinasi baptisan, namun perlu diingat bahwa perjanjian yang ditandai itu bersifat kekal. Dengan pengertian semacam ini maka kita dapat melihat kedudukan baptisan anak-anak dalam kerangka perjanjian Allah itu. Jika dalam ordinasi sunat (yang adalah materai kebenaran berdasarkan iman) seorang bayi berumur delapan hari yang nota bene belum bisa beriman dari dirinya sendiri boleh dan bahkan harus disunat, maka bukankah hal itu dapat berlaku juga dalam ordinasi baptisan di mana seorang anak yang belum bisa beriman dari dirinya sendiri boleh bahkan harus dibaptiskan? Jika dalam ordinasi sunat seorang anak yang belum bisa beriman dari dirinya sendiri dapat disunat dan masuk ke dalam perjanjian kekal itu atas dasar kepercayaan Abraham, bukankah dalam ordinasi baptisan seorang anak yang belum bisa beriman dari dirinya sendiri dimasukkan dalam keluarga Allah atas dasar kepercayaan orang tuanya? Ingatlah bahwa ini adalah kebenaran yang bersifat kekal! Dengan melihat semua argumentasi ini maka rasanya kita tidak dapat menolak doktrin pembaptisan anak-anak begitu saja.

dan bagaimana anda mengatakan Doktrin Keselamatan saya bermasalah?  karena jika anda tak mengakui poin calvinisme mengenai tulip terutama persevered of the saint dan unconditional election adalah wajar dan konsekwensi yg logis jika saya mengatakan jika nanti malam timbul niat anda untuk berbohong saja dan besok pagi anda tertabrak mobil anda tidak layak krn sampai akhir hidup anda gagal mempertahankan iman dan kesucian!!" tentunya anda sudah membaca dan mpy referensi mengenai TULIP shg anda mengatakannya tak alkitabiah.