Bagaimana Tentang BAPTISAN? (3)

Pertentangan di Inggris

 

Pengkhotbah terkenal Charles Haddon
Spurgeon
memulai suatu badai kontroversi ketika pada 5 Juni 1864, ia menyampaikan khotbah
yang menentang pembaptisan anak kecil dari
Markus 16:15-16. karena ia dengan begitu terus terang mengkritik
Gereja Inggris, ia menyangka bahwa ini
akan menghancurkan pelayanan khotbah tertulisnya.
Justru sebaliknya yang
terjadi. Ia menjual lebih dari seperempat juta kopi dari khotbahnya.

 

Spurgeon mengutip dari Katekismus
Gereja Inggris
, untuk membuktikan ajaran
gereja itu bahwa melalui pembaptisan anak kecil maka anak itu menjadi anggota
Kristus, anak Tuhan, dan pewaris kerajaan Sorga. Ia mengutip dari liturgi
upacara itu sendiri untuk membuktikan lebih lanjut bahwa gereja benar-benar
mengajarkan anak-anak dilahirkan kembali melalui baptisan.

 

Spurgeon menjelaskan bahwa TAK ADA UPACARA LAHIRIAH YANG DAPAT MENYELAMATKAN SESEORANG. Ini
dengan mudah dapat dibuktikan oleh fakta-fakta; beribu-ribu orang yang dibaptis
sebagai anak kecil sedang menjalani hidup yang asusila dan fasik, yang
membuktikan bahwa mereka tak pernah menjadi anak Tuhan. Alkitab juga TIDAK MENGAJARKAN BAHWA SESEORANG DAPAT
BERIMAN GANTI ORANG LAIN;
orang-tua tak dapat percaya ganti anak-anaknya.
Lebih runyam lagi, bahkan orang tua itu sendiri belum dilahirkan kembali. Jadi
Spurgeon menulis, ”orang-orang berdosa
yang belum lahir baru berjanji untuk seorang bayi yang malang bahwa ia akan
memelihara semua perintah kudus Allah, yang mereka sendiri langgar secara
ceroboh setiap hari! Berapa lamakah Allah yang panjang sabar akan membiarkan
hal ini terus?”17

 

Supaya jangan ada orang yang mengatakan bahwa penyalahgunaan praktik itu
tidak merupakan alasan untuk menentangnya, Spurgeon
akan berkata bahwa praktik itu sendiri adalah suatu penyalahgunaan. Itu
menempatkan keselamatan pada dasar yang salah,
”karena dari semua dusta yang telah mnyeret berjuta-juta orang ke
Neraka, saya memandang ini sebagai yang PALING KEJAM—bahwa dalam gereja ada
orang-orang yang bersumpah bahwa baptisan menyelamatkan jiwa.”18

Ia mendorong mereka yang mungkin menyandarkan keselamatan mereka pada upacara
ini supaya ”melemparkan iman yang
beracun ini ke dalam api seperti yang diperbuat Paulus dengan ular yang memagut
tangannya.”

 

Para kritikus menanggapi dengan mengingatkan Spurgeon bahwa anak-anak kecil
dibawa kepada Kristus supaya Ia memberkati mereka. Maka Spurgeon menyampaikan suatu khotbah yang lain untuk membuktikan adanya
perbedaan besar antara membawa anak-anak kepada Kristus dan membawa mereka ke
tempat baptisan.
”Usahakanlah untuk membaca Firman itu (tentang pemberkatan
anak-anak) sebagaimana itu ditulis, dan Anda takkan menemukan air di dalam
ayat-ayat itu, tetapi hanya Yesus. Apakah air dan Kristus itu hal yang sama? Tidak, di sini terdapat perbedaan yang
luas, seluas jarak antara Roma dan Yerusalem.... antara DOKTRIN PALSU dan INJIL
Tuhan Kita Yesus Kristus.”19

 

Sejauh yang diketahuinya,
Spurgeon percaya bahwa
semua anak kecil yang
mati akan masuk Sorga.
Tetapi hal ini terjadi, bukan karena
mereka dilahirkan tanpa salah atau karena baptisan telah menghapus dosa mereka,
tetapi karena Allah dengan penuh rakhmat telah menanggungkan dosa mereka kepada
Kristus. Bagaimanapun juga, keselamatan semua anak berada dalam tangan Allah,
bukan dalam tangan manusia yang menjalankan upacara gereja

 

Apakah Baptisan
Menyelamatkan orang?

 

Apakah Alkitab mengharuskan
orang dibaptis untuk menerima keselamatan?
Ada yang mengatakan bahwa orang dewasa yang telah
percaya belum diselamatkan sampai mereka juga dibaptis. Ada suatu aliran yang
mengajarkan bahwa Allah bekerja melalui upacara ini untuk menyalurkan
keselamatan dan kasih karunia-Nya. Tiga
ayat Alkitab yang utama digunakan untuk mengajarkan doktrin ini. Yang pertama
adalah perkataan Kristus kepada Nikodemus, ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam
kerajaan Allah” (Yoh 3:5).

 

Apakah maksud Kristus? Satu kaidah penafsiran yang pokok ialah supaya kita
menempatkan diri kita di tempat orang yang kepadanya perkataan ini ditujukan,
dalam hal ini Nikodemus. Apakah ia akan menafsirkan kata air sebagai rujukan
kepada baptisan? Dengan latar belakang Yahudinya, rasanya tak mungkin ia
melakukan hal itu. Sebagai seorang ahli Perjanjian Lama, ia akan berpikir
tentang Yehezkiel 36:25, ”Aku akan
mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala
kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu.”
Di
ayat ini air mengacu kepada Roh Kudus sebagai sarana penyucian, seperti yang
ditunjukkan oleh ayat berikutnya, ”Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh
yang baru di dalam batinmu.”

 

Para ahli bahasa Yunani mengemukakan bahwa Kristus mungkin sedang
menggunakan permainan kata. Kata Yunani pneuma (diterjemahkan ”roh”)
sebenarnya adalah kata untuk ”angin”, bergantung konteksnya. Jadi, mungkin yang
dikatakan Kristus adalah, ”Jika seorang
tidak dilahirkan dari air dan angin, ia tidak dapat masuk ke dalam kerajaan
Allah.
” Beberapa ayat kemudian, dengan menggunakan kata yang sama Kristus
berkata, ”angin bertiup ke mana ia mau.” Kedua kekuatan alam yaitu air dan angin adalah lambang Roh
Kudus.

 

Bagaimanapun juga, sering kali air menggambarkan pekerjaan Roh Kudus
(seperti dalam ayat di atas). Sangat tidak masuk akal bahwa Kristus akan
menambahkan persyaratan baptisan sebagai jalan masuk ke dalam kerajaan Sorga
ketika berbicara dengan Nikodemus, tetapi tidak menyebutkannya dalam bagian
lain. Jika baptisan diperlukan untuk keselamatan, seharusnya ini dinyatakan
dengan jelas di bagian lain. Tetapi berkali-kali, hanya iman yang disebutkan
sebagai satu-satunya syarat. Bahkan, dalam pasal yang sama, percaya disebutkan sebagai satu-satunya dasar keselamatan.

 

Bagian Alkitab berikutnya adalah Kisah
Para Rasul 2:38
, ketika Petrus berbicara pada hari Pentakosta, ”Bertobatlah dan hendaklah kamu
masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk
pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.”

 

Penyebutan pertobatan dan baptisan sekaligus tidaklah berarti bahwa
kedua-duanya dibutuhkan untuk mendapat pengampunan dosa. Saya dapat
mengatakan,”Ambillah kuncimu dan jasmu dan hidupkan mesin mobil.” itu tidaklah
berarti bahwa mengambil jas seorang diperlukan untuk menghidupkan mesin mobil
meskipun disebut bersama-sama dengan mengambil kunci. Pertobatan, bukan
baptisan, yang perlu untuk pengampunan dosa.

 

Tata bahasa Yunani menguatkan penafsiran ini. Frase ”dan hendaklah kamu
masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk
pengampunan dosamu” sebenarnya ditulis dalam tanda kurung. Perintah untuk
bertobat adalah jamak, ”bertobatlah kamu,” dan demikian juga kalimat ”untuk
pengampunan dosamu (jamak).” Ini berarti bahwa perintah untuk bertobat menurut
tata bahasa sesuai dengan pengampunan dosa. Perintah untuk dibaptiskan adalah
tunggal, ”hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis,” yang
memisahkannya dari kalimat lainnya. ”Bertobatlah...untuk pengampunan dosamu” adalah
pokok utamanya. Perhatikan bahwa dalam Kisah
Para Rasul 10:43, Petrus menyebutkan iman sebagai satu-satunya persyaratan
untuk menerima pengampunan dosa.

 

Bagian ketiga terdapat dalam I
Petrus 3:21
dimana Petrus menuliskan, ”Juga kamu sekarang diselamatkan oleh
kiasannya, yaitu baptisan.” Tetapi frase ini harus ditafsirkan dengan mengingat
konteksnya. Dikatakan bahwa, baptisan menyelamatkan kita, seperti air
menyelamatkan Nuh. Bagaimanakah caranya air menyelamatkan Nuh? Air sama sekali
tidak menyelamatkannya; air adalah alat hukuman. Sebenarnya behteralah yang
menyelamatkan dia dengan membawanya mengarungi air. Nuh membangun dan memasuki
bahtera itu dengan iman.

 

Selanjutnya Petrus menjelaskan bahwa air juga tidak menyelamatkan kita.
Baptisan menyelamatkan, ia mengatakan, tetapi bukan tindakan pembasuhan
jasmaniah yang mengerjakannya, ”bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani,
melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah -- oleh
kebangkitan Yesus Kristus.” Air tidak menyelamatkan Nuh, dan air baptisan juga
tidak menyelamatkan kita. Apakah yang menyelamatkan? Permohonan hati nurani
yang baik kepada Allah. Kata permohonan dapat diterjemahkan ”jawaban.”
Orang-orang pada waktu itu dituntut untuk membuat pernyataan iman sebelum
baptisan. Iman yang mereka ungkapkan
itulah yang menyelamatkan.

 

Tetapi tunggu dulu. Kita tahu bahwa Allah menganugerahkan keselamatan
kepada orang-orang yang percaya. Bagaimanakah pernyataan iman yang diberikan
pada saat baptisan dapat menyelamatkan orang? Bukankah kesaksian seperti itu
adalah akibat dari iman yang menyelamatkan dan bukannya tindakan dari iman yang
menyelamatkan? Meneliti ayat ini dengan lebih seksama akan mengemukakan bahwa
yang dipikirkan Petrus adalah kesediaan
untuk mengakui Kristus di dalam baptisan itulah yang menyelamatkan seorang dari
hati nurani yang bersalah.
Perhatikan nasihatnya yang terdahulu, ”dengan
hati nurani yang murni” (ayat 16). Konteksnya adalah bersedia untuk menderita
karena Kristus, tanpa menghiraukan harganya. Baptisan meneguhkan di depan umum
bahwa kita telah bersatu dengan Kristus; itu menyelamatkan seseorang dari
pencobaan untuk berdiam diri tentang imannya. Petrus mengatakan bahwa itu
adalah, ”memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah.”

 

Kita merangkum persamaannya, air tidak menyelamatkan Nuh, tetapi ia dibawa
dengan selamat melaluinya karena imannya kepada Allah. Demikian pula, air tidak
menyelamatkan orang yang dibaptis; tetapi ia juga dibawa dengan selamat
melaluinya—itulah kiasan tentang kematian dan penghukuman. Ia diselamkan ke
dalamnya dan kemudian dikeluarkan lagi untuk melambangkan kematian terhadap
kehidupannya yang lama dan kebangkitan kepada hidup yang baru. Meskipun
penganiayaan dapat datang, ia mempunyai hati nurani yang baik di hadapan Allah.

 

Jika seseorang berpikir bahwa
baptisan dibutuhkan untuk keselamatan dari dosa, biarlah ia merenungkan
perkataan Paulus kepada jemaat di Korintus.
Dalam ayat itu Paulus menyebutkan semua orang
yang seingatnya telah dibaptiskannya—hanya Krispus dan gayus dan keluarga
Stefanus, kemudian ia menambahkan, ”Sebab
Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil” (I
Kor 1:17).
Jika baptisan dibutuhkan
untuk keselamatan, Paulus tentu sudah memastikan bahwa semua orang yang percaya
dibaptis. Akan tetapi ia membedakan Injil daripada tindakan baptisan.

 

Jika baptisan diperlukan
untuk keselamatan, penyamun disalib tak dapat diselamatkan, karen aia tidak
dibaptis setelah ia percaya kepada Kristus.
Namun ia memiliki jaminan dari Tuhan sendiri,
”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama
dengan Aku di dalam Firdaus” (Lukas 23:43).

 

Peraturan-peraturan dalam Perjanjian Baru seumpama cincin kawin. Orang
dapat saja menikah tanpa memiliki cincin kawin; demikian juga, orang bisa
memakai cincin kawin tanpa menikah. Meskipun baptisan mendapatkan prioritas
tinggi di dalam Perjanjian Baru, upacara itu tidak pernah dianggap sebagai
sarana keselamatan.

 

Cara
Baptisan?

 

Apakah yang harus menjadi
cara baptisan?
 Tak
perlu diragukan bahwa Perjanjian Baru agaknya mengajarkan bahwa orang-orang
percaya benar-benar dibenamkan, yakni dimasukkan ke dalam air dan dikeluarkan
lagi.
Apakah itu Yohanes Pembaptis yang membaptis di Sungai Yordan, ataupun
Filipus yang membaptis sida-sida Ethiopia, teks Alkitab memberitahu kita bahwa mereka turun ke dalam air dan kemudian
kelaur dari air.
Cara inilah yang
paling baik melukiskan penjelasan Paulus tentang baptisan Roh sebagai kematian,
penguburan, dan kebangkitan (Roma 6:1-4).

 

(Sida-sida Ethiopia dalam
Kisah Para Rasul 8:35-39,

8:35 Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya.

8:36 Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu kata sida-sida
itu: "Lihat, di situ ada air; apakah
halangannya, jika aku dibaptis?"

8:37 Sahut Filipus: "Jika tuan percaya
dengan segenap hati, boleh."
Jawabnya: "Aku
percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah."

8:38 Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia.

8:39 Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan
sida-sida itu tidak melihatnya lagi.
Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita.

 

Perhatikan yang diBold/dicetak
tebal, ada prinsip: BERITAKAN INJIL, PERCAYA, TEMPAT YG ADA AIR untuk
BAPTIS, Cara Baptis: TURUN KE DALAM AIR, KELUAR DARI AIR, Dampak: SUKACITA--
Penekanan Dede
)

 

Di katakombe-katakombe di Roma terdapat gambar-gambar yang memperlihatkan
air yang dituangkan ke atas kepala seseorang dalam tindakan baptisan. Seperti
yang disebutkan, Diadache, suatu buku pedoman tentang pemerintahan gereja yang
diterbitkan pada abad kedua, mengajarkan bahwa jika seseorang tak dapat
dibaptis dalam air yang mengalir (seperti sungai), air harus disiramkan ke atas
kepalanya. Jelaslah, dibutuhkan air
dalam jumlah yang banyak untuk membenamkan seorang dewasa,
jadi cara ini
tidak selalu dapat dikerjakan dengan mudah. Menuangkan air ke atas kepala
kadangkala (mungkin sering kali) diperlukan. Beberapa bagian gereja telah
menjalankan pemercikan air ke atas kepala, kemungkinan untuk mengelakkan
beberapa hal yang kurang menyenangkan karena menjadi basah dari kepala sampai
ke kaki.

 

Akan tetapi, acara apapun yang disepakati tidaklah sepenting dengan
pertanyaan-pertanyaan sebelumnya tentang baptisan
anak kecil dan  apakah baptisan
sebenarnya dapat menjadi sarana penyaluran kasih karunia.
Dalam perkara
seperti ini kejelasan berita Injil secara langsung dipengaruhi.

 

Sayangnya, hampir tidak ada harapan bahwa kekristenan akan sependapat
mengenai peraturan yang penting ini. Kembali pertanyaan dasarnya adalah apakah keselamatan diperoleh dengan IMAN saja
atau apakah sakramen-sakramen adalah bagian dari pengalaman pertobatan.

 

Sumber: “Bagaimana Tentang Baptisan?” dari buku Teologi
Kontemporer
(ALL ONE BODY-WHY DON’T WE AGREE?), Erwin W. Lutzer, Gandum
Mas, cetakan ketiga, 2005. Halaman
99-122.

Topic Blog: Teologi dan Alkitab

Keywords Blog: baptisan, doktrin, FUNDAMENTAL