Gereja Top Ten no 9: GEREJA KRISTUS (Bag 2)

GEREJA KRISTUS DARI MASA KE MASA 
Oleh Pdt. Stanley Tjahjadi
Gereja Kristus hadir di Indonesia sebagai hasil atau buah usaha badan pekabaran injil (zending) yang dilakukan oleh Board of Foreign Mission (BFM) dari The Methodist Episcopal Church yang didirikan di Amerika Serikat tahun 1819. BFM melakukan pelayanan khusus kepada orang Tionghoa. Misionaris BFM yang pertama melayani di Jakarta sejak 1905, adalah J.R. Denyes.
   
Perjalanan berdirinya Gereja Kristus di Indonesia, dimulai dengan sejarah berdirinya jemaat Ketapang (kini di JI. Zainul Arifin No 9, Jakarta) yang diawali ketika dua orang misionaris dari Methodist Mission, yakni Worthington dan Baughman merintis diadakannya kumpulan pekabaran injil (kumpulan atau persekutuan rumah tangga) di rumah sdr Lee Teng Ho di Kampung Muka. Dalam persekutuan itu, yang biasa hadir tetap tidak lebih dari 10 orang. Dari Kampung Muka, persekutuan rumah tangga itu mengalami beberapa kali perpindahan tempat, sampai menempati sebuah rumah di Jalan Prinsenlaan (kini JI. Mangga Besar) No. 9.
Yang unik dari persekutuan yang sedang bertumbuh ini adalah kehadiran dari Lee Bersaudara (Lee Teng Po, Lee Teng Ho, Lee Teng San (ayah dari pdt Clement Suleeman -Lee Sian Hui dan Opa dari Pdt Ferdy Suleernan) dan Lie Kim Tian. Lee Bersaudara rajin membantu pelayanan "jemaat" ini dengan memberi pikiran, tenaga dan waktu mereka sehingga pelayanan jemaat sangat bergantung pada mereka, Oleh sebab itu, jemaat ini sering disebut sebagal Gereja Lee Bersaudara.
Status jemaat ini semula masih berada langsung di bawah Methodist Mission dan diberi nama Gereja Methodist Mission. Pada tahun 1926, status jemaat ini ditingkatkan dan diberi nama Gereja Methodist Mangga-Besar dan  diangkat pula majelis jernaat yang diketuai oleh pdt. A.V Klaus.
Dari sejak awal, para tokoh jemaat Methodist Mangga-Besar ini melihat pentingnya untuk mempersatukan gereja-gereja Tionghoa yang ada di Jawa. Tidak mengherankan jika para tokoh jemaat Methodist Mangga Besar ini berperan aktif dalam panitia penyelenggaraan Konferensi Kristen Tionghoa pada tanggal 23-27 Nopember 1926 di Cipaku, Bogor.
Dalam Konferensi itu diputuskan untuk mendirikan Bond Kristen Tionghoa (BKT) atau Tiong Hoa Kie Tok Kauw Tjong Hwee (THKTKTH), yang secara resmi didirikan pada tanggal 23 Juni 1927 dalam Konferensi THKTKTH ke 2 yang berlangsung pada tanggal 22-27 Juni 1927 di Cirebon.
Perlu diketahui bahwa pendirian BKT atau THKTKTH ini dipengaruhi oleh pendirian The National Christian Council in China pada tahun 1922. Dalam BKT kedua itu, dua orang tokoh jemaat Methodist Mangga Besar terpilih dalam kepengurusan yakni Pouw Peng Hong sebagai ketua dan Khoe Lan Seng sebagai sekretaris 1.
Dalam tahun 1927, selain peristiwa diresmikannya BKT atau THKTKTH di Cirebon, terjadi pula peristiwa penting lainnya, yakni keputusan BFM mengundurkan diri dari pulau Jawa dengan alasan agar dapat memusatkan misinya di Sumatera. Sehubungan dengan pengunduran diri BFM ini, maka jemaat-jemaat Methodist asuhan BFM yang ada di Jakarta dan Jawa Barat hendak diserahkan kepada Nederlandsche Zendings Vereeniging (NZV) dan yang ada di Jawa Timur kepada Nederlandsche Zendings Genootschap (NZG).
PERIODE 1928 - 1958
Berlatar belakang semangat untuk mandiri, dan juga terpengaruh dengan dibentuknya Chung Hua Chi Tun Chiao Hui (CHCTCH) atau The Chinese Church of Christ (CCC) di Tiongkok (Cina) pada tahun 1927, yang merupakan kesatuan dari gereja-gereja Presbiterial dan gereja-gereja Kongregasional di Tiongkok, maka Gereja Methodist Mangga Besar memutuskan untuk membentuk gereja yang berdiri sendiri dengan nama Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee (THKTKH) Mangga Besar pada tanggal 1 Januari 1928.
Namun demikian, karena Gereja baru ini belum memunyai pendeta sendiri, maka diadakan perjanjian dengan pihak NZV untuk membantu THKTKH Mangga Besar dalam hal tugas kependetaan, khususnya pelayanan sakramen dan pastoral. Pendeta pertama yang diperbantukan adalah pdt F. W. Hoppe sebagai pemimpin rohani dan advisor, sedangkan Pouw Peng Hong diangkat sebagai gembala Jemaat yang tidak ditahbiskan.
Pada Rapat Majelis THKTKH Mangga Besar yang pertama pada tanggal 11 Januari 1928, diadakan serah terima wakil dari Methodist Mission, pdt. Bower kepada pihak THKTKH Mangga Besar.
Upaya untuk mempersatukan gereja-gereja Tionghoa di Jawa masih dilakukan melalui badan BKT atau THKTKTH. Namun setelah Konferensi BKT atau THKTKTH yang ke 3, tanggal 31 Agustus 2 September 1928 di Indramayu, badan tersebut tidak memunyai kegiatan lagi dan masih bertahan hingga tahun 1934 karena secara resmi belum dibubarkan.
Setelah upaya untuk mempersatukan gereja-gerejaTionghoa melalui BKT atau THKTKTH tidak berhasil, maka beberapa tokohnya mempersiapkan pembentukan CHCTCH untuk meneruskan cita-cita BKT atau THKTKTH. Pada tanggal 13-15 Juli 1934 di Cirebon, diadakan Konferensi Pembentukan CHCTCH di Indonesia. Pada dasarnya, para peserta konferensi menyetujui dibentuknya CHCTCH di Indonesia, walaupun sebenarnya para peserta ''terpecah" dalam dua kelompok : kelompok yang berorientasi ke Tiongkok serta memperlihatkan anti zending (wakil-wakil jemaat yang berlatar belakang Methodist) dan kelompok yang tidak setuju dengan hal tersebut (wakil-wakil dari jemaat berlatar belakang Hervormd dan Gereformeerd).
Pada tanggal 14 Juli 1935 diadakan perpisahan dengan Pdt A. J. Bliek, wakil dari NZV, dan sebagai penggantinya ditunjuk Pdt. Bergstede, yang ternyata tidak dapat bekerja sama dengan Majelis jemaat, sehingga hubungan dengan pihak NZV tidak dilanjutkan lagi.
Dalam rapat majelis THKTKH Mangga Besar pada tangal 3 Agustus 1935,  diputuskan untuk menerima penggabungan dengan THKTKH Tanah Abang (ex jemaat Methodist Tanah Abang). Adapun ketua dari majelis gabungan itu adalah Khoe Lan Seng (dari Tanah Abang) dan sekretaris adalah Oen Teck Chew (dari Mangga Besar). Gabungan kedua jemaat ini berlangsung hingga tahun 1948.
Sementara itu, saudara-saudara kristen di Bogor dalam suratnya tertanggal 5 Desember 1935 kepada Majelis THKTKH Mangga Besar, menyatakan ingin membuka cabang THKTKH di Bogor. Dalam rapat Majelis THKTKH Mangga Besar tanggal 12 Desember, dibentuk komite THKTKH Bogor yang diketuai oleh Lee Teng San. Komite tersebut diberi wewenang untuk mengurus segala keperluan THKTKH Bogor yang diresmikan pada tanggal 27 Desember 1935.
Sebagai tindak lanjut dari konferensi 1 tahun 1934 di Cirebon, maka pada konferensi II tanggal 31 Mei - 1 Juni 1936 di Bandung, dibentuklah secara resmi CHCTCH (Gereja Serikat Kristen Tionghoa) di Indonesia. Pada konferensi itu, wakil dari jemaat Mangga Besar, Oen Teck Chew terpilih sebagai penulis CHCTCH di Indonesia. Di tahun berikutnya, tanggal 26-28 Maret 1937 diselenggarakan konferensi CHCTCH ke 3 di Purworejo. Salah satu keputusan penting dari konferensi tersebut bagi jemaat-jemaat di jawa Barat adalah agar jemaat- jemaat membentuk Khoe Hwee (klasis)-nya sendiri yang dilengkapi oleh peraturan atau tata-gerejanya. Setelah konferensi ke-3, keberadaan CHCTCH di Indonesia tidak ada kelanjutannya lagi.
Pada tanggal 12 Nopember 1938 di Jakarta, terbentuklah sebuah Gereja Tionghoa yang diberi nama Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee-Khoe Hwee (klasis) Djawa Barat (THKTKH-KHDB), sebuah gereja yang jemaat-jemaatnya adalah gabungan jemaat-jemaat asuhan NZV dan BFM, termasuk pula jemaat Mangga Besar-Tanah Abang dan Bogor. Dalam persidangan ini, diterima dan disahkan tata gereja THKTKH-KHDB yang bercorak presbiterial sinodal.
Karena ada ketegangan perbedaan denominasi dan pengaruh nasionalisme Tiongkok di antara anggota- anggotanya, maka pada tanggal 24 April 1939 jemaat Mangga Besar-Tanah Abang menyatakan keluar dari THKTKH-KHDB. Tidak lama kemudian jemaat Bogor mengikuti jejak jemaat Mangga Besar-Tanah Abang untuk keluar dari THKTKH-KHDB.
Sejak keluar dari THKTKH-KHDB, Gereja THKTKH Mangga Besar memperoleh pengakuan dari Pemerintah sebagai Badan Hukum Kerkgenootschap dengan keputusan Gubernur Jenderal No C7 (Staatblad No. 298) pada tanggal tanggal 12 Juni 1939. Kemudian ketiga Jemaat ini (Mangga Besar-Tanah Abang & Bogor) pada tanggal 13 Nopember 1939 mengganti nama Gereja dari THKTKH menjadi Chung Hwa Chi Tuh Chiao Hui (CHCTCH). Mereka juga menyatakan diri sebagai golongan gereja Tionghoa merdeka. Tanggal 16 Nopember 1940, lokasi Gereja CHCTCH Mangga Besar pindah ke JI Ketapang No.9 (Sekarang: JI KH. Zainul Arifin).
Pada tanggal 3 Juni 1945, didewasakan CHCTCH Kuo Yu Thang yang dirintis dari persekutuan anggota CHCTCH Mangga Besar (Ketapang) yang berbahasa Tionghoa. (Gereja ini kemudian dikenal sebagai Gereja Kristus Jemaat Mangga Besar - GKJMB). Gereja baru ini langsung bergabung dengan Sinode CHCTCH.
Tahun 1949, Gereja Methodist Teluk Betung bergabung dengan CHCTCH (Mangga Besar/ Ketapang, Tanah Abang, Bogor dan Kuo Yu Thang) menjadi Gereja CHCTCH Teluk Betung dan membentuk Sinode CHCTCH Chu Hui - Jakarta. Pada tahun yang sama, CHCTCH Chu Hui Jakarta ini bergabung Dewan Gereja-gereja Kristen Tionghoa di Indonesia (DGKTI).
Pada waktu itu dalam wadah DGKTI tergabung 72 Jemaat Tionghoa dari seluruh Indonesia. Namun DGKTI tidak berumur panjang. Cita-cita untuk mewujudkan gereja-gereja Tionghoa di Indonesia dalam suatu organisasi gereja tunggal kembali mengalami kegagalan.
Selanjutnya, Sinode CHCTCH ikut berperan dalam merintis pembentukan Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI) pada tanggal 25 Mei 1950. Perlu dicatat bahwa dalam salah satu kepengurusan awal DGI, pernah terpilih bendahara yang berasal dari CHCTCH Ketapang. Pada tanggal 22 juni 1952, didewasakan CHCTCH Purwakarta yang merupakan hasil penginjilan CHCTCH Ketapang.
Tahun 1954 merupakan ''lembaran hitam' bagi perjalanan Gereja Kristus, karena pada Maret 1954 terjadi konflik di kalangan pimpinan jemaat Ketapang yang berasal dari penglihatan seorang pendeta jemaat Ketapang tentang kedatangan Tuhan Yesus. Jemaat pun menjadi terpecah. Peristiwa 1954 ini sampai melibatkan aparat pemerintah dan DGI untuk mendamaikannya. Dampak dari peristiwa ini adalah, 3 Jemaat CHCTCH  (Tanah Abang, jatinegera dan Tangerang) menyatakan diri keluar dari CHCTCH dan kemudian bergabung dengan THKTKH - KHDB (Sekarang Sinode GKI wilayah Barat). Sebagian dari anggota jemaat Tanah Abang yang tetap memilih bergabung dengan CHCTCH, merintis jemaat baru, CHCTCH Petamburan yang didewasakan pada tanggal 5 Desember 1954.
Dalam Konferensi Sinode CHCTCH di Kuo Yu Tang, tahun 1958 (Dalam buku HUT ke-50 GKJMB tercatat sebagai tgl 22 Nopember 1959?) nama CHCTCH berubah menjadi Gereja Kristus. Perubahan nama ini diakui oleh Departemen Agama R.I. dengan surat keputusan No H/II/29I8 tanggal 11 Mei 1963.
PERIODE 1959 - SEKARANG
Ketika merubah nama menjadi Gereja Kristus, jemaat- jemaat dewasa yang bergabung dengan Sinode Gereja Kristus pada waktu itu ada 6 jemaat : Ketapang, Bogor, Mangga Besar (GKJMB), Teluk Betung, Purwakarta dan Petamburan.
Sejak itu, bergabung jemaat Gereja Kristus Jembatan Hitam pada 2 Juli 1960 (berasal dari Gereja Almasih). Lalu tahun 1960 juga didewasakan Gereja Kristus Cicurug (asuhan dari GK Bogor - namun tahun 1967 jemaat ini menyatakan diri keluar dan bergabung dengan Sinode GKI Jabar). Pada 15 Desember 1963 didewasakan Gereja Kristus Kebayoran Lama yang merupakan jemaat asuhan GK Petamburan. Pada tahun 1968 jumlah jemaat Sinode GK bertambah 2 lagi : jemaat Gereja Kristus Sukabumi, bergabung pada tgl 14 Januari 1968 dan pendewasaan Gereja Kristus Cibinong (asuhan GK Bogor) pada tgl 21 Nopember 1968. Pada tgl 12 Februari 1969, Gereja Kristus Bandung yang dirintis oleh persekutuan Gereja Sangir Talaud, resmi menjadi jemaat Sinode Gereja Kristus.
Pada Konferensi di Teluk Betung tanggal 14-15 Agustus 1969, diterima dua jemaat pindahan dari Gereja Kristen Injili Lampung, yaitu Gereja Kristus Tanjung Karang dan Gereja Kristus Kotabumi. Namun jemaat Kotabumi membubarkan diri pada tahun 1973 sejak ditinggal oleh pendeta Timothy Yosua yang melayani di sana. Perlu dicatat pula bahwa dalam Konferensi Sinode GK 1969 terjadi perubahan Tata Gereja dari sistem Kongresional menjadi sistem Presbiterial Sinodal. Tanggal 27 Januari 1972, Pos PI Taruna asuhan GK Ketapang resmi didewasakan menjadi jemaat Gereja Kristus Taruna. Kemudian pada tgl 16 Juni 1977, Pos PI Kebayoran Baru yang juga merupakan asuhan GK Ketapang, didewasakan menjadi jemaat Gereja Kristus Kebayoran Baru.
Setelah selang waktu yang cukup lama (13 tahun), jemaat Gereja Kristus bertambah ketika Pos PI Teluk Naga,  asuhan GK Ketapang didewasakan pada tgl I April 1990 dan diresmikan menjadi jemaat Gereja Kristus Teluk Naga pada Konferensi Sinode GK 1991 di Wisma Kinasih Caringin - Bogor. Tgl 31 Maret 1991, Pos PI asuhan GK Ketapang lainnya yakni Taman Kota, didewasakan menjadi Jemaat Gereja Kristus Taman Kota.
Setelah itu, dua pos PI dari GK Petamburan didewasakan, yakni Gereja Kristus Sarua Permai pada tgl 24 April 1994 dan Gereja Kristus Pamulang pada tgl 14 Nopember 1998. Jemaat yang paling muda yakni Gereja Kristus Gunung Putri (asuhan GK Cibinong) didewasakan pada tgl 30 Juni 2003 dan diterima resmi menjadi jemaat GK pada Konferensi Sinode GK 4-6 Agustus 2003 di Wisma Anugerah -Gunung Geulis, Bogor
Pada Konferensi Sinode GK di Wisma Anugerah - Gunung Geulis, Bogor itu, diadakan pemungutan suara berkenaan dengan rencana pemisahan diri jemaat GKJMB untuk memakai Badan Hukum sendiri. Keputusan Konferensi adalah 53 suara tidak setuju, 22 setuju dan 1 abstain. Sejak konferensi tersebut, jemaat GKJMB tidak lagi terlibat aktif sehingga pada Konferensi Luar Biasa di GK Ketapang tgl 16 Agustus 2004, diputuskan GKJMB tetap menjadi jemaat Gereja Kristus dengan status anggota non aktif sehingga hak dan kewajibannya juga dibekukan. GKJMB secara sepihak telah memproklamasikan sinode sendiri dengan nama Sinode Gereja Kristus Yesus (GKY).
Dalam sejarah perjalanan Sinode GK, untuk pertama kalinya GK ditunjuk menjadi tuan / nyonya rumah Persidangan MPL PGI yang berlangsung pada tanggal 25-27 Nopember 2004 di Pondok Remaja PGI, Cipayung -  Bogor.
Lalu dalam Sidang Raya PGI ke XIV di Wisma Kinasih Bogor, Pdt Kumala Setiabrata M.Th. terpilih menjadi Bendahara Umum MPH PGI periode 2004-2009. Pada tanggal 27 Maret 2005, untuk pertama kalinya pula diadakan Paskah Bersama Sinode GK yang diselenggarakan di Gedung Hall C PRJ, Kemayoran - Jakarta.
Saat ini, jumlah jemaat yang bergabung dalam Sinode GK adalah 18 jemaat. Disamping itu, ada 17 pos PI yang belum dewasa (GK Ketapang 7 pos, GK Bogor 2 pos, GK Petamburan 3 pos, GK Teluk Naga 3 pos, GK Taruna 1 pos dan GK Kebayoran Lama 1 pos).


 

Kategori: Profil