Gereja Top Ten no 9: GEREJA KRISTUS (Bag 3-Ending)

 

Sejarah 20 Gereja anggota Sinode Gereja Kristus (2 Almarhum)
Di sortir sesuai dengan tanggal resmi menjadi
anggota Sinode
(Catatan : Sejak 1969, Tata Gereja dirubah dari
sistem Kongregrasional menjadi sistem Presbiterial
Sinodal
)
 
01. GEREJA KRISTUS MANGGA BESAR(†)
 
02. GEREJA KRISTUS KETAPANG
     Gereja Kristus Ketapang
adalah kelanjutan dari usaha Pekabaran Injil yang dilayani oleh gereja
Methodist Episcopal North, Amerika Serikat yang memulai pelayanan misinya sejak 1905 dengan kedatangan Pdt. J. R.
Denyes. Namun yang berkaitan langsung dengan sejarah pertumbuhan Gereja Kristus
Ketapang adalah Worthington dan Baugham dengan mulai mengadakan kumpulan
Pekabaran lnjil di kediaman keluarge Lie Teng Ho di Kampung Muka (dihadiri tak
lebih dari 10 orang). Dari
Kampung Muka tempat kumpulan dialihkan ke Gang Batu (kini JI. Ketapang Utara)
dan selanjutnya dialihkan ke salah satu rumah di Molenvliet Oost (kini JI.
Hayam Wuruk), hingga akhirnya dipindahkan ke JI. Mangga Besar No. 9, Jakarta.
Status jemaat semula
berada langsung di bawah Methodist
Mission
dan diperintah sepenuhnya oleh seorang pendeta Methodist di bawah
pengawasan Superintendent Methodist dan diberi nama Gereja Methodist Mission.
Tahun 1926 status jemaat ditingkatkan dengan diangkatnya Majelis Gereja sendiri
dengan Pdt. A. V. Klaus sebagai ketuanya. Gereja tersebut diberi nama Gereja
Methodist Mangga Besar. Missionary Methodist terakhir yang ditugaskan mengurus
gereja tersebut adalah Pdt. H. C. Bower.
Pada tahun 1927,
Methodist Mission mengundurkan diri dari pulau Jawa untuk selanjutnya
memfokuskan pelayanan di Sumatera, sehingga mereka juga melepaskan perwaliannya
atas Gereja Mangga Besar.
Sedianya jemaat Methodist di Jawa Barat hendak
diserahkan perwaliannya ke Nederlands Zending Vereeniging (NZV) yang waktu itu
telah memberlakukan perwaliannya atas jemaat lain seperti Patekoan dan Senen.
Namun saat itu telah berkembang situasi yang mempengaruhi keputusan jemaat
Mangga Besar, yaitu dengan diselenggarakannya Konperensi Kristen Tionghoa pada
27 Nopemher 1926 di Cipaku, Bogor yang memutuskan membentuk Bond Kristen
Tionghoa (Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee Tjong Hwee)  yang pembentukannya
dipengaruhi oleh The National Christian Council in China (1922) dan kehidupannya
dipengaruhi oleh The Church  of Christ in China yang bertujuan mendorong
agar jemaat Tionghoa di Jawa Barat untuk berdikari.
Dengan latar belakang
berdikari itu, maka Gereja Methodist Mangga Besar memutuskan untuk membentuk
gereja yang berdiri sendiri dan diberi nama Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee. Pada
tanggal 11 Januari 1928 ditetapkan
berdirinya Gereja T.H.K.T.K.H Mangga Besar cq Gereja Kristus Ketapang (Jl. KH Zainul Arifin 9, Jakarta).
 
VISI DAN MISI GKK
VISI: Gereja Misioner
yang Menjadi Berkat bagi Keluarga Masyarakat Jakarta, Indonesia dan Dunia.
MISI:  Membangun
dan Menjalankan:
1. Ibadah yang Inspiratif
2. Persekutuan yang Harmonis
3. Pembinaan yang Mendewasakan
4. Pelayanan yang Holistik
5. Penginjilan
Gereja
Kristus Jemaat Mangga Besar telah memisahkan diri dari Sinode Gereja Kristus
sejak 16 Agustus 2004, dan menamakan
dirinya Sinode Gereja Kristus Yesus
(GKY).
03. GEREJA KRISTUS BOGOR
(Berdiri pada 27 Desember 1935)
Sejarah
GK Bogor dapat dibaca di Halaman Khusus HUT-70:
http://bogor.gerejakristus.org/HUT70/ atau pada nomor 73 profil
gereja di bawah.
04. GEREJA KRISTUS PURWAKARTA
     Dari keterangan yang
dapat dipercaya, berdirinya Gereja Kristus jemaat Purwakarta dimulai sekitar
tahun 1939 dengan mengadakan kegiatan
kerohanian di kota Purwakarta yang bertujuan untuk menyampaikan "Berita
Keselamatan " .
       Misi itu
dipimpin oleh Pdt. Dzao Sze Kuang
dari Gereja Chung Hua Chi Tuh Ciao Hui Gang Ketapang Jakarta, dan dibantu oleh
seorang aktivis Gereja Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee Mangga Besar Jakarta,
bernama Tan Hoi Fa. Kegiatan mereka dimulai dari kebaktian perumahan dan juga
sekolah minggu yang diadakan dirumah-rumah yang dikunjungi tersebut.
Temyata hal ini mendapat
sambutan luar biasa sehingga kegiatan ini terus berjalan sampai tahun 1946
walau harus berpindah tempat, dimulai dari sebuah rumah yang merangkap toko
sepatu milik Ny. Djan Nam di JI. Pasar Jumat (JI.Jend. Sudirman), lalu pindah
ke rumah Ibu Beijen, lalu ke kel. Lie Hok Kin. Berpindah-pindah tempat ini
dikarenakan karena banyaknya etnis Tionghoa banyak bermukim di daerah-daerah
tersebut (Pecinan).
Persekutuan ini mulai
menampakkan hasil, dilihat dari jumlah jemaat yang menjadi sekitar 20 orang
(pria dan wanita) a.l dari kel : Tan Tjoe Kim, Lie Tjeng Hong, Liem Tjin Liang
dll. Pada sekitar tahun 1946, ketika jumlah pengikut persekutuan bertambah
banyak, tempat untuk bersekutu pindah lagi ke kel. Kong Tjoei Hoa. Di tempat
ini, seluruh kegiatan berjalan dengan baik. Saat itu kegiatan masih dilayani
oleh Hamba Tuhan dan aktivis dari gereja CHCTCH Ketapang Jakarta, antara lain
Bpk. Tan Hoi Fa, Bapak Kho Im Hiong, Bapak eddy Yo Soen Houw, Bpk. The
Soen Liong, Bpk. Choo Poh Kiong, Bpk. Choo Pon Chong dan Bpk. Emile Chandra.
Sebagai puncak dari seluruh kegiatan ini adalah diselenggarakannya Sakramen
Baptisan Kudus Dewasa pertama kali di Purwakarta atas 14 orang pada tanggal 22 Juni 1952, dilayani oleh Pdt. Khoe
Lan Seng dari CHCTCH Ketapang Jakarta. Peristiwa inilah yang dipakai sebagai tonggak sejarah berdirinya Gereja Kristus
di Purwakarta
.
05. GEREJA KRISTUS PETAMBURAN
Pada tanggal 8 September
1954 jam 20.00, di rumah keluarga Khoe May Seng di JI. Pejompongan (JI. KS
Tubun) No. 2 Jakarta, diadakan pertemuan dari hati ke hati di samping bertukar
pikiran tentang permasalahan pemisahan dan pengunduran diri 54 orang anggota
Gereja CHCTCH Tanah Abang, akibat perbedaan pendapat atas kebijaksanaan
pencalonan Majelis CHCTCH Tanah Abang.
Pertemuan dihadiri oleh beberapa saudara, antara lain Tjie Hok Goan, Lim Kim
Pon, Liem Koen Bok, Khoe May Seng, Khoe Hong Lim, Khoe Sin Lim, Ong Tjong Eng,
Nio Liong Kin, Ny. Khoe Antjie Nio,
Tjoa Tek Koen, Ny. Polina Majiah dan Ny. Netty Tamsil. Pembicaraan berkisar
tentang kelanjutan penggembalaan rohani 54 orang anggota jemaat tersebut.
Kemudian diputuskan untuk mengusahakan tempat kebaktian rutin dan memiliki
seorang pengerja tetap untuk memimpin penggembalaan jemaat.
Kebaktian pertama kali
diadakan di rumah Khoe May Seng, Jl. Pejompongan No. 2, Jakarta dengan pengerja
tetap Tjoa Tek Koen, yang kemudian hari diteguhkan sebagai Guru Injil pada
bulan Januari 1954 di GerejaCHCTCH Tanah Abang. Kemudian Sakramen Perjamuan
Kudus pertama dilangsungkan pada tanggal 31 Oktober 1954, di mana sebagian
peralatan diperoleh lewat sumbangan dan lainnya dibeli di pasar.
Melalui rapat pertama
pada tanggal 8 Desember 1954 diputuskan bahwa gereja sekarang berstatus
"berdiri sendiri" dan lepas dari gereja CHCTCH Tanah Abang. Keputusan
ini sudah digumuli bersama dan dipertimbangkan matang-matang dari berbagai
sudut, termasuk masalah keuangan dan tempat peribadatan yang tetap.
Keputusan penting ini
ditindak lanjuti dengan dibentuknya panitia sementara pengurus gereja dan pada
tanggal 5 Desember 1954 melalui rapat pleno pengurus lengkap, dibentuklah 
kepengurusan Majelis I (periode 1954-1957) yang dilantik pada tanggal 10 Desember 1954 dan atas keputusan
pleno, pengurus sepakat bahwa tanggal tersebut adalah tanggal kelahiran Gereja Kristus Tiong Hoa (Chung Hua Chi
Tuh Chiao Hui) Petamburan.
06. GEREJA KRISTUS JEMBATAN HITAM
   
       Gereja Kristus Jembatan Hitam bukan berasal dari Gereja
Kristus yang berada dalam lingkungan sinodenya, tetapi berasal dari Yayasan
Anugerah Almaseh.
Sekelompok orang percaya
mengadakan persekutuan di rumah Jap Tjin Siang di JI. Pengukiran No. 39,
Jakarta Barat di awal tahun 1958. Dengan anugerah-Nya, Tuhan menambahkan terus
jumlah orang yang bersekutu sehingga dibentuklah badan hukum yang bernama
"Yayasan Gereja Almaseh" pada tanggal 17 Desember 1958 dengan susunan
pengurus sebagai berikut:
Ketua : Jap Tjin Siang;   Wakil Ketua :
Thio Tek Ho;   Sekretaris 1 : Tan Tjan Goan
Bendahara : Lie Tong Seng;   Penasehat :
Lim Tiang Goan;   Ex Officio : Pdt. The Eng Siang
Namun yayasan ini tidak
bertahan lama dan pada tanggal 2 Juli
1960
, persekutuan ini secara resmi masuk dan diterima menjadi anggota
Sinode Gereja Kristus.
07. GEREJA KRISTUS TELUKBETUNG
     Tahun 1928 / 1929, Gereja
Kristus yang sekarang berdiri di Jalan Pattimura no. 10, Bandar Lampung,
adalah  kelanjutan dari Zending Methodist yang sudah ada sebelum perang
dunia II. Kebaktian dimulai dengan menggunakan perumahan di jalan Kakap
(kampung Gudang Garam).
Tahun 1943 / 1944, saat
pendudukan Jepang, banyak pemimpin Methodist ditawan oleh pihak Jepang dan
pelayanan ibadah diteruskan oleh jemaat dengan menggunakan rumah tinggal
pribadi untuk kebaktian. Hal ini disponsori oleh Bpk. Tan Kim Tjoan,
menggunakan rumahnya di Jl. Kalimantan, Telukbetung. Hal inilah  yang
menjadi awal sejarah berdirinya gereja.
Tahun 1944, saat keadaan
aman, tempat kebaktian menggunakan kediaman Bpk. Pdt. Pattiasina dengan
kehadiran jemaat antara 10 - 15 orang yang dilayani oleh a.l. Bpk. Pdt. C. L.
Tobing, Pdt. Pattiasina, G. I. Wim Sahertian, Tan Kim Tjoan dan Ang Teck
Tjiang.
Kira-kira 1 bulan
kemudian, kebaktian dipindahkan ke Jl. Tenggiri (yang disewa oleh Bpk. Tan Kim
Tjoan),   karena Jepang menginternir orang Ambon,
termasuk Pdt. Pattiasina. Selanjutnya dalam kurun waktu 1951 / 1959, gereja
makin berkembang dan diperlukan seorang hamba Tuhan  full-time. Pada tanggal 9 September 1951, Pdt. Harjowasito membawa
seorang Guru Injil dari Jogja yaitu Lim Djin Tiang untuk melayani jemaat CHCTCH
Telukbetung dan CHCTCH Metro.
Seiring perkembangannya
di tahun 1952, jemaat yang memakai bahasa Hokian memisahkan diri dan mendirikan
Gereja Tritunggal, tapi Bpk. Tan Kim Tjoan dan Bpk. Ang Teck Tjiang tetap
mempertahankan kebaktian di Hotel Bandung. Tahun 1953, G.I. Lim Djin Tiang mengundurkan
diri dan pelayanan diisi oleh   Bpk. Tan Kim Tjoan dan Bpk. Ang Teck
Tjiang. Perjamuan kudus serta baptisan dilayani oleh pendeta dari Bogor /
Jakarta yaitu : Pdt. Khoe Lan seng dan Pdt. Ang Soen Kauw. Sebagai pengganti
G.I. Lim Djin Tiang, direkrutlah G.I. Ong Tjay Beng pada tanggal 25 
Nopember 1959.
Keinginan untuk memunyai
gedung gereja sendiri terus digumuli dan untuk itu, dibentuklah Panitia
Pembangunan Gedung Gereja pada tahun 1960 yang diketuai oleh G.I. Ong Tjay
Beng, Bendahara : Sdri. Oey Kim Siok, Penasehat : Oen Tjeng Yam. Sebagai
kelengkapan administrasi, pada tanggal 5
Juli 1961
dibentuk Yayasan Gereja Kristus Telukbetung yang bergabung dengan
Sinode Gereja Kristus.
08. GEREJA KRISTUS SUKABUMI
     Pada bulan Agustus 1967,
berdirilah sebuah Pos P.I. yang-mengadakan kegiatannya dirumah kel. Ali
Suhandi, Jl. Gunung Parang (R.E. Martadinata). Kebaktian rumah tangga yang
pertama dihadiri oleh + 30 orang yang terdiri dari 10 orang pria, 13
orang wanita dan beberapa remaja, sedangkan anak-anak ada 144 orang.
Kebaktian diadakan setiap
hari Minggu jam 07.00 pagi dan dipimpin oleh Pdt. I. Jesua. Setelah berjalan
beberapa lama, maka diajukanlah permohonan untuk menjadi anggota Sinode Gereja
Kristus dan setelah diadakan peninjauan, maka pada tanggal 14 Januari 1968, Pos P. I. tersebut diterima secara resmi sebagai
anggota Sinode Gereja Kristus dan bersamaan dengan itu pula diajukan permohonan
ijin untuk mendirikan Gereja kepada Kantor urusan Agama di Bogor.
Pada tanggal 4 Februari
1968, dibentuk majelis pertama yang terdiri dari  Pdt. I. Jesua, Sdr. Ali
Suhandi, Sdri. Thea Kurniawati, Sdr. Sam Sundayana, Ny. Tirta Tanuwijaya dan
Sdr. A. Jayalaksana.
Rohaniwan yang pernah
melayani di Gereja Kristus jemaat Sukabumi adalah :
1968-1972                   Pdt.
Ibrahim Jesua
1972-1973                   Ev.
Yolanda
1974-1981                   Pdt.
Yan Antoni
1979-1981                   Ev.
Rosiani Theja
1981-1982                   Ev.
Lucia Gunawan
1982 - Mei 1984          Ev. Esther tanoni
Juli'84 - ...                   G.I. Andreas Poedjianto
Note : Sejak tahun 1972 - 1985, Pdt. Elisa
Tjahjadi dari Gereja Kristus Bogor melayani sebagai Pendeta Konsulen di Gereja
Kristus Sukabumi. Tugas itu diserahkan kepada Pdt. Robert Wirian, juga dari Gereja Kristus Bogor, di akhir tahun
1987 karena kondisi kesehatan Pdt. Elisa Tjahjadi yang tidak memungkinkan.
09. GEREJA KRISTUS CIBINONG
Pada tanggal 27 April
1963, saudara-saudara kita yaitu :  Lie Kim Tian, Pdt. Ang soen Kauw serta
majelis jemaat Gereja Kristus Bogor mengajukan surat kepada Muspida setempat
untuk mengadakan kebaktian rumah tangga  demi terpeliharanya benih injil
yang sedang tumbuh di Cibinong.
Usulan itu akhirnya
disetujui, dan pada tanggal 2 Mei 1963 diadakan kebaktian pertama kali yang
diadakan di rumah kel. Lie Kim Tian di Cibinong. Tempat itu dikenal masyarakat
sebagai rumah hitam karena menggunakan ter (aspal) untuk catnya.
Selanjutnya, pelayanan
ditingkatkan oleh saudara kita dari Pekabaran Injil Bogor dan Bapak serta Ibu
Lie Kim Tian. Setahun kemudian hasilnya mulai tampak dan pada tanggal 27 Juni
1965, diadakan pembaptisan kedua terhadap 5 orang. Kemajuan ini bertambah
ketika setahun kemudian, tanggal 18 Desember 1966,  dilaksanakan
pembaptisan ketiga terhadap 6 orang saudara kita yang dilayani oleh Pdt. Elisa
Tjahjadi.
Dengan bertambahnya
anggota jemaat, maka pada tanggal 12 Desember 1967, Cibinong resmi menjadi Pos
Pekabaran Injil dan jemaat Gereja Kristus Bogor. Hal ini tidak berlangsung lama
sebab, setahun kemudian pengurus ini mengajukan permohonan  pendewasaan
Pos P.I.
Pada tanggal 21 Nopember 1968, Pdt. Ang soen Kauw
memimpin peresmian Pos P.I. Cibinong menjadi jemaat Gereja Kristus Cibinong
yang beralamat di Jalan Raya Jakarta Bogor Km. 42,5 - Cibinong.
10. GEREJA KRISTUS BANDUNG
Gereja Kristus Bandung lahir
dari semangat pekabaran Injil yang dirintis oleh sebuah persekutuan Gereja
Sangir Talaud (bukan GMIST) yang dimulai pada tahun 1961 di Bandung. Pada
awalnya, gereja Sangir Talaud bernaung di bawah Sinode GKP dengan tempat ibadah
di gedung GKP, jalan Kebun Jati 46. Sejak Desember 1961 memakai gedung SDK
Paulus III di Jln. Lombok 7. Dalam pertumbuhannya, pada tanggal 7 Agustus
1966  Gereja Sangir Talaud melepaskan diri dari GKP dan sejak saat itu
mengganti nama menjadi "Gereja Kristen Maranatha" yang dilayani oleh
Pdt. L. J. Janis.
      
Didorong oleh semangat kebersamaan dan jiwa persekutuan pelayanan, pada
tanggal 17 Januari 1969  Majelis Kristen Maranatha mengadakan pertemuan
formal dengan "Gereja Masehi Injili Bandung (GMIB)" yang menghasilkan
sebuah kesepakatan untuk melebur kedua jemaat ini menjadi satu dalam wadah
"Gereja Kristus Bandung". Realisasi peleburan itu dilaksanakan pada
tanggal 9 Februari 1969 sekaligus
peneguhan Majelis Gereja Kristus Bandung yang pertama.
      Pada
tanggal 12 Februari 1969, Gereja
Kristus Bandung resmi menjadi anggota Sinode Gereja Kristus dan  sekaligus
mentahbiskan Pdt. L. J. Janis
sebagai pendeta Gereja Kristus Bandung yang pertama. Dengan latar belakang
tersebut, maka tanggal 12 Februari 1969 ditetapkan sebagai awal berdirinya
Gereja Kristus Bandung sebagai salah satu jemaat di lingkungan Sinode Gereja
Kristus.
11. GEREJA KRISTUS KOTABUMI(†)
12. GEREJA KRISTUS TANJUNG KARANG
Bila kita melihat ke
belakang, maka perkembangan Gereja Kristus, khususnya jemaat Tanjung Karang,
cukup menarik untuk diikuti.
Pada tanggal 21 Desember
1962, dimulailah persekutuan rumah tangga di rumah sdr. Wong Ngat Fa (Alm.)
yang bertempat tinggal di Kotabumi, Lampung Utara. Pada tahun 1963, atas kesepakatan bersama,
seorang pendeta yang kebetulan sedang bebas tugas dari Gereja Methodist
Indonesia, diminta untuk memimpin.
Pada
tanggal 21 Nopember 1965, para pengurus yang terdiri dari sdr. Wong Ngat Fa,
Wong Khin Pin, Cen Kin Fen dan Wong Nui Lan menandatangani surat pernyataan
yang berisi penyerahan jemaat dibawah pimpinan pendeta yang bernama Pdt.
Timotiwu (Alm.).
Tahun
1966, sdr. Yap Yun Chiu (Alm.), salah seorang jemaat di Kotabumi pindah ke
Telukbetung. Dalam kesempatan tersebut, Pdt. Timotiwu membentuk persekutuan
rumah tangga yang bertempat di rumah sdr. Yap Yun Chiu tersebut di Kebon Pisang
- Pasar Kangkung, Telukbetung. Karena perkembangan pelayanan tesebut, Pdt.
Timotiwu lalu dibantu oleh Pdt. Timothy Yosua.
Tahun
1968, jemaat yang sudah ada tersebut sepakat untuk membentuk suatu gereja
dengan nama Gereja Kristen Injili
Lampung
(GKIL), dengan pejabat majelis saat itu : Sdr. Yap Yun Chiu, Lim Fay Hin (Alm.), Lie Khim
Pin dan Chen Kin Fen. Pada tanggal 7 Desember 1968 dengan prakarsa Pdt.
Timotiwu, jemaat dapat memakai tempat ibadah Gereja Bethel Injil Sepenuh
(sekarang GBI) di jalan Jatinegara, bagi jemaat yang tinggal di Telukbetung.
Jemaat yang tinggal di Tanjung Karang, melaksanakan ibadah di gedung Gereja
Protestan GPIB "Marturia".
Karena jemaat belum memunyai
peraturan tetap dan mengalami kesulitan di berbagai bidang, maka timbul 
gagasan untuk menggabungkan diri ke salah satu sinode. Saat itu yang diusulkan
adalah a.l. : Persekutuan Gereja Injili di P. Bangka, Gereja Santapan Rohani di
Jakarta dan Gereja Kristen Muria. Sementara itu dalam suatu pembicaraan antara Pdt. Timotiwu dan Pdt. Silas
Obaja, muncul pula usul untuk masuk ke Sinode Gereja Kristus. Hal ini
diteruskan ke Sinode Gereja Kristus Jakarta, yang disambut positif dengan
mengundang Pdt. Timotiwu untuk hadir sebagai peninjau dalam Konferensi Sinode
Gereja Kristus di Jakarta tahun 1968.
Pada tahun berikutnya,
pada tanggal 14 - 15 Agustus 1969,
dalam Konferensi Sinode Gereja Kristus di Telukbetung, Gereja Kristen Injili
Lampung secara resmi diterima sebagai anggota Sinode Gereja Kristus.
Pada tahun 1973, jemaat
Kotabumi membubarkan diri setelah ditinggal oleh Pdt. Timothy Yosua yang
melayani di sana.
13. GEREJA KRISTUS TARUNA
Sejarah gereja ini
dimulai pada pertengahan tahun 1960, ketika mertua Sdr. Sauw meninggal dunia.
Pada saat Upacara Penguburan, hadir tiga bersaudara Pdt. Khoe Lan Seng, Sdr.
Nio Tjoei Eng dan Sdr. The Soen Liong. Ketiga Saudara ini digerakkan hatinya
oleh Tuhan untuk membuat Pos P.I. di rumah kel. Souw, dimulai dari anak Sekolah
Minggu yang terus berkembang.
Pada tahun 1962, ada
beberapa orang dewasa mengikuti katekisasi yang dipimpin oleh Sdr. The Soen
Liong, dan pada bulan Juli 1962, telah dibaptis sebanyak 17 orang. Hamba Tuhan
yang mulai melayani di sini sejak awal 1961 hingga Desember 1963 adalah Sdr.
The Soen Liong, Sdr. Yusak Wahidin, Sdr. Liem Oen Tjoe dan Sdr. Auw Tjung
Tjing.
Pada awal bulan Januari
1964 s.d. akhir 1965, sdr. S.Ch.E. Sudopo telah diutus oleh Majelis gereja
Kristus Ketapang sebagai Guru Injil, meneruskan pekerjaan Pos P.I. Taruna (
S.B.K ). Pendeta H. F. Tan dari GK. Ketapang membentuk panitia yang sah pada
tanggal 3 September 1967 s.d. 1969.
Kira - kira bulan
September 1966, rumah yang dipakai Pos P.I. Taruna dibeli oleh Gereja Kristus
Ketapang. Pengurusnya adalah Sdr. Kian Wie, Sdr. Phoei Koei Liang dan Sdr.
Jusak Wahidin.  Pembangunan gedung gereja dimulai bulan September 1968,
didukung oleh Gereja Kristus Ketapang dan dibantu oleh para pendeta, majelis
serta dermawan dari GK. Ketapang. Sdr. Freddy Natanael dan Sdr. Jusak Wahidin
ditunjuk sebagai Panitia Pembangunan, sedangkan sdr. Souw Ek Hoat ditunjuk
sebagai Pelaksana.
     
Pembangunan Gereja selesai pada tanggal 27 Desember 1968 dan diresmikan oleh Pdt. H. F. Tan yang
dilanjutkan dengan perayaan Natal tahun 1968 - jumlah anggota saat itu 67
orang. Pada tanggal 23 Juli 1970, majelis jemaat GK. Ketapang mengganti panitia
lama karena masa jabatannya sudah habis. Panitia baru ditugaskan untuk
mendewasakan Pos P.I. menjadi Gereja penuh. Jumlah jemaat pada saat itu sudah
mencapai 79 orang.
Atas keinginan anggota
jemaat serta persetujuan dari Pendeta, Majelis Gereja Kristus Ketapang dan
Sinode, akhirnya Pos PI Taruna diresmikan menjadi Gereja penuh dan diberi nama Gereja Kristus Jemaat Taruna pada
tanggal 27 Januari 1972.
14. GEREJA KRISTUS KEBAYORAN BARU
Sejarah Gereja Kristus
Kebayoran Baru dimulai dengan pembentukan sekolah Minggu untuk anak-anak,
gagasan seorang anggota Komisi Pelawatan Sekolah Minggu Gereja Kristus di tahun
50-an, yaitu Ny. Kong Tek Seng, yang menyediakan rumahnya di Jalan Bulungan
untuk dijadikan tempat.
Itulah momentum pertama
pembentukan Sekolah Minggu Permata Kecil (6 Juni tahun 1963). Namun karena ada
masalah intern dalam keluarga Kong, maka pada Minggu berikutnya, mereka
menyerahkan buku-buku nyanyian dan kursi-kursi kepada lbu Vilma Gunadi yang
bertempat di ruko jln. Melawai VI / 17-19. Di ruang atas ruko inilah lahir
gereja rumah tangga pada tanggal 16 Juni 1963.
Kebaktian ini dihadiri oleh sdr. Oey Peng An, Kong
Tek Seng dan Tn.& Ny. Alfred Gunadi, yang kemudian menjadi Pos P.I.
Kebayoran Baru dan diakui secara resmi sebagai Pos P.I. Gereja Kristus
Ketapang.
- 31 Desember 1963, PGK didirikan oleh sdr. Samuel
H.T. bersamaan dengan terbitnya Majalah Suluh Kristus.
- 25 Agustus 1966, Paduan suara
Nafiri berdiri dibawah pimpinan Sdr. Pouw Liam Sien.
- 1966-1968 / 1968-1970, Ketua
Pos P.I. Kebayoran Baru dipimpin oleh Ny. Vilma Gunadi.
- 1970-1972 / 1972-1974, Ketua Pos
P.I. dipimpin sdr. Andi Prakarsa S.H. , Sekretariat oleh Ir. Samuel H.
Tirtamiharja. (pernah pula dibantu oleh Pdt. Kumala Setiabrata S.Th.)
- April 1974, untuk kali pertama
diadakan pengumpulan uang untuk pembangunan Gereja.
- 22 Oktober 1976, diajukan
perubahan status Pos P.I. menjadi Gereja Penuh ke GK. Ketapang.
- 26 November 1976, pertemuan
panitia pos dengan majelis GKK yang diketuai oleh Drs. Soen Liang Tek.
- 28 Desember 1976, Gereja
Kristus Ketapang menyetujui pendewasaan Pos P.I. Gereja Kristus Kebayoran Baru
dan memberitahukannya pada sinode.
- 28 Maret 1977, panitia
pendewasaan Pos P.I. Kebayoran Baru diundang untuk menemui BPH Sinode yang
terdiri dari Pdt. Elisa Tjahjadi, Pdt. Jose Abdi, Drs. Widarbo Indrawan dan
Sdr. Fu Sin Tjang.
- 11 April 1977, BPH Sinode
Gereja Kristus menyetujui pendewasaan Pos P.I. menjadi gereja penuh dengan
syarat harus terdaftar 25 anggota dan majelis dari Gereja Kristus. Akhirnya,
Pada tanggal 16 Juni 1977,
dilaksanakan Pelantikan Pendewasaan Pos P.I. ini menjadi Gereja Kristus
Kebayoran Baru (Urutan ke 14 pada saat itu), oleh Pdt. Elisa Tjahjadi dari
Sinode dan Drs. Soen Liang Tek dari Gereja Kristus Ketapang.
15. GEREJA KRISTUS TELUK NAGA
   
Berawal di tahun 1967
ketika Ny. Nio Tjoei Eng
Alm.,  ibunda Tn. No Siong Liang Alm., seorang anggota jemaat Gereja
Kristus Ketapang yang merindukan kerabat dan keluarganya di desa Pangkalan -
Kampung Melayu juga mengenal dan mendapat kasih karunia keselamatan surgawi
(Kis. Rasul 16:31). Maka diajaklah seorang hamba Tuhan yang bersahaja, yaitu
Bpk. Frans Zohar untuk beranjak dari kota besar Jakarta menuju ke sebuah desa
kecil untuk mencari dan memenangkan jiwa-jiwa di sana.
Tiba di desa, di rumah
Keluarga besar Ny. Lim San Nio Alm. (ibunda Ny. Nio Tjoei Eng), Tn. Yap Djok
Kian Alm. (kakak) serta Tn. Yap Kim Soen (keponakan) yang sampai sekarang
sebagai saudara dekat kami, dimulailah kumpulan-kumpulan ibadah keluarga, mulai
dari 1 kali sebulan hingga kemudian pada setiap hari Sabat Tuhan.  Anak
cucu keluarga ini mulai berkumpul, kemudian para tetangga dekat sampai
terbentuklah kebaktian kanak-kanak waktu itu (Sekolah Minggu saat ini).
Dari sinilah mulai
terpatri sebuah kesetiaan dari seorang hamba Tuhan, Pdt. Em. Frans Zohar untuk melayani
dengan hati dan ketulusan hingga pada hari ini saudara kami membaca catatan ini
(1968-1978). Pelayanan selanjutnya diteruskan oleh Guru injil (Pntk) Max Killis
pada tahun 1978 hingga 1986, dan sejak tahun 1986 pelayanan diteruskan oleh
Pdt. Jusak H. Mulyatan sampai tahun 1995.
Anggota
jemaat berlatar belakang dari etnis Tionghoa (99%) dan yang lainnya merupakan
pendatang dari Sumatera, Sulawesi, Jawa dan Nusa Tenggara Timur. Masyarakat di
sekitarnya adalah etnis Betawi (pribumi) dan kebanyakan beragama Islam serta
etnis Tionghoa (keturunan) yang kebanyakan beragama Budha. Ada beberapa orang
dari etnis Betawi yang sudah percaya karena pernikahan. Jemaat ini didewasakan
bertepatan dengan peresmian gedung gereja yang baru pada tanggai 1 April 1990.
Jemaat
ini dinyatakan resmi menjadi anggota ke - 15 dalam jajaran Sinode Gereja
Kristus pada saat berlangsungnya Konferensi Sinode Gereja Kristus tanggal 22 - 24 Agustus 1991 di Wisma Kinasih,
Caringin - Bogor.
16. GEREJA KRISTUS TAMAN KOTA
Pada tanggal 31
Maret 1991
, sebuah Pos P.I. asuhan GK. Ketapang lainnya, yaitu P.I. Taman
Kota, didewasakan menjadi Jemaat Gereja Kristus Taman Kota.
17. GEREJA KRISTUS KEBAYORAN LAMA
     Gereja Kristus Kebayoran
Lama dimulai dengan pekabaran Injil yang mayoritas pendengarnya adalah
saudara-saudara Tionghoa yang berdomisili di Kebayoran Lama. Pada umumnya,
mereka adalah pemeluk agama Kong Hu Tju. Sekitar 7 orang dari mereka secara
rutin datang dan mendengarkan pemberitaan Firman Tuhan setiap hari Minggu di
salah satu rumah yang terletak di Jalan Kebayoran baru No. 93, Jakarta Selatan.
Peristiwa ini sudah
dimulai sebelum Perang Dunia kedua, yaitu sekitar tahun 1939. Pada tahun 1941,
Pos P.I. Kebayoran Lama diasuh oleh Gereja Kristen Tanah Abang Jakarta dan saat
pecah Perang Dunia kedua, Perkabaran Injil di Kebayoran lama sempat terhenti
pada saat itu, karena banyak penduduk yang mengungsi dan baru kembali setelah
perang selesai, dimana kemudian Pekabaran Injil baru dilakukan lagi,
disampaikan oleh Ds. H. F. Tan dan Ds. Tjoe Tek Koen.
Tahun 1954, pengasuhan
Pos P.I. Kebayoran Lama dipegang oleh Gereja Kristus Petamburan dan pada
tanggal 15 Maret 1955, Pos P.I. Kebayoran Lama resmi dibawah asuhan Gereja
Kristus Petamburan Jakarta Pusat.
Setelah mengalami
berbagai macam perjalanan, maka pada bulan September 1963, diadakan rapat
antara Majelis Gereja Kristus Petamburan dengan pengurus Pos P.I. Kebayoran
Lama untuk membahas pendewasaan Pos menjadi Jemaat Dewasa.
Pada tanggal 15 Desember 1963, Pos P.I. Kebayoran
Lama secara resmi menjadi Jemaat yang dewasa, dan pada tanggal 6 Februari 1993, Gedung Gereja
Kebayoran Lama ditahbiskan, sekaligus merayakan ulang tahun Gereja Kristus
Kebayoran Lama yang ketiga puluh.
18. GEREJA KRISTUS SARUA PERMAI
Bermula dari kerinduan
untuk bersekutu dan beribadah kepada Tutian, beberapa orang percaya di komplek
Sarua Permai mengadakan Kebaktian Natal bersama pada bulan Desember 1985.
Seusai kebaktian mereka berbicara dari hati ke hati dan bertukar pikiran
tentang bagaimana mereka dapat beribadah secara tetap dan ada Gereja yang
menaungi mereka.
     Pertemuan
berikutnya diadakan di rumah Keluarga Rio Amoz untuk membicarakan maksud
tersebut. Yang hadir pada waktu itu antara lain : Kel. Oedin Sudirman Salim,
Kel. Buce, Kel. Rio Amoz, Ibu Erliana Sembiring, Ibu Ginting dan Ibu Elsye
Hendro. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan yakni pengadaan kebaktian
di bawah naungan Gereja Kristus Petamburan. Untuk itu, Ibu Sembiring, yang
merupakan anggota Majelis Gereja Kristus Petamburan, menyediakan rumahnya untuk
dipakai sebagai tempat kebaktian.
Disertai kesehatian dan
kesungguhan serta pergumulan dalam doa, diadakanlah kebaktian pertama kali di
rumah Ibu Pnt. Erliana
Sembiring di JI. Musi-A50 No. 7 pada hari Minggu tanggal 26 Januari pukul 17.00
WIB. Kebaktian dipimpin oleh Bapak Pdt. Alex Maleakhi. Jemaat yang pertama kali
hadir dalam kebaktian tersebut antara lain Kel. Oedin Sudirman Salim, Kel. Rio
Amoz, Kel. Buce Boba, Kel. John Lawalata, Kel. Usman, Bpk. Siahaan, Ibu Erliana
Sembiring, Ibu Ginting, Ibu Elsye Hendro dan Sdri Balle.
Setelah berjalan beberapa
bulan, pada bulan Maret 1986, jemaat memutuskan mengontrak rumah milik bapak
Sudarmo, anggota Gereja Katolik di Jl. Sarua Permai Raya Blok A45/11 untuk
kebaktian. Mulai tanggal 2 Maret, kebaktian Sekolah Minggu secara tetap
diadakan pada jam 08.00, sedangkan kebaktian dewasa tetap pada jam 09.00. Pada
bulan itu juga terbentuk kepengurusan dengan jumlah 5 orang anggota, yaitu :
Bpk. Oedin Sudirman Salim (ketua), Bpk. Thompson Hutagaol, Bpk. Buce Boba, Bpk.
Rio Amoz, Bpk. John Lawalata dan Ibu Elsye Hendro.
Secara bergantian, kebaktian di Sarua dilayani oleh
Pdt. Alex Maleakhi dan Bpk. Ruben Tagi, Pdt. Liting Napitupulu (Alm.), Bpk.
Donny Manuhutu dan Sdr. Hotbin Siregar (membantu di pemuda) melalui berbagai
pergumulan menjelang pendewasaan Pos Pekabaran Injil Sarua menjadi Jemaat
Gereja Kristus Sarua Permai (GKSP). Pada tanggal 24 April 1994, Pos P.I. Sarua mendapat pengakuan dari Sinode Gereja
Kristus sebagai jemaat yang berdiri sendiri / dewasa.
19. GEREJA KRISTUS PAMULANG
Gereja Kristus Jemaat
Pamulang dimulai dari pelayanan untuk Sekolah Minggu pada bulan September
1985,  bertempat di rumah keluarga Parmenas Iskandar, di  Pamulang
Permai I Blok A-29/6, setiap hari Minggu jam 16.00 WIB. Pada awalnya, Sekolah
Minggu ini dipimpin oleh tenaga pengajar Ibu Malia Iskandar (Alm.), dibantu
oleh guru-guru Sekolah Minggu Gereja Kristus Petamburan.
      Untuk
peningkatan Iebih lanjut, diadakan persekutuan keluarga setiap hari Rabu jam
19.00, yang dimulai pada tanggal 6 Nopember 1985 dan dipimpin oleh Bpk. Pdt.
Alex Maleakhi. Persekutuan keluarga ini berjalan sampai tanggal 3 September
1986, kemudia diadakan persekutuan setiap hari Minggu jam 09.00 WIB.
     Pada
tanggal 7 September 1986, diadakan Kebaktian Minggu yang pertama, dipimpin oleh
Bpk. Pdt. Litting Napitupulu S. Th. (Alm.) dan dihadiri oleh 16 orang.
Kebaktian selanjutnya dihadiri oleh 15-25 orang. Untuk menampung lebih banyak
jemaat, mulai tanggal 2 Nopember 1986, Kebaktian Minggu dialihkan ke rumah
Keluarga Bpk. Paulus Santoso  yang akhirnya dibeli untuk tempat beribadah
(Pamulang Permai I Blok A-24 / 23).
Untuk peningkatan
layanan, sejak tanggal 15 Pebruari 1987 Majelis Jemaat Gereja Kristus
Petamburan meningkatkan status Persekutuan Pamulang menjadi Pos P.I. Gereja
Kristus Petamburan. Pada tanggal 1 Maret 1993 diadakan pergantian Pendeta dari
Pdt. Lifting Napitupulu S. Th kepada Pnt. Kh. Indria LSW. S. Th. Selanjutnya
Pos P.I. Gereja Kristus ini melaksanakan ibadah setiap hari Minggu jam 09.00
WIB dan jumlah jemaat mulai bertambah hingga dapat memenuhi ketentuan Tata
Sinode Gereja Kristus untuk didewasakan dan sah menjadi jemaat  yang
mandiri. Pada tanggal 14 Nopember 1998,
Sinode Gereja Kristus mendewasakan Jemaat Pos P.I. Petamburan ini menjadi
Jemaat mandiri dan hingga kini disebut sebagai Gereja Kristus Jemaat Pamulang
(GKJP).
20. GEREJA KRISTUS GUNUNG PUTRI
    
Pada tahun 1988, PT. Ferry
Sonnevile and Co. bekerja sama dengan BTN membangun perumahan di desa Karangan,
Kecamatan Gunung Putri. Komplek perumahan tersebut diberi nama "GUNUNG
PUTRI PERMAI" (KPGPP).
Setelah pembangunan tersebut, terjadi perpindahan
penduduk dari berbagai daerah ke tempat pemukiman  baru itu. Ada
keluarga-keluarga Kristen yang juga menempati rumah-rumah di Komplek Perumahan
Gunung Putri Permai. Oleh sebab itu, diadakanlah Persekutuan Oikumene yang
terdiri dari gabungan beberapa gereja, antara lain umat dari Gereja Katolik,
Protestan (GPIB, G. Kristus), Pantekosta dan Adven.
Kegiatan Persekutuan
Oikumene diadakan bukan pada hari Minggu, sebab pada hari itu jemaat beribadah
di gereja masing-masing. Bagi anggota jemaat Gereja Kristus, mereka beribadah
di Gereja Kristus Jemaat Cibinong yang berjarak 5 Km. dari Gunung Putri. Jemaat
sering kali mengalami kesulitan mendapatkan kendaraan umum ke Cibinong pada
hari Minggu pagi karena, pada waktu itu belum banyak kendaraan umum seperti
sekarang. Oleh sebab itu, atas usulan dari jemaat di Gunung Putri, Majelis
Jemaat Gereja Kristus Jemaat Cibinong memutuskan membeli sebuah rumah tipe 21
yang berlokasi di JI. Nanas VI Blok E8 No. 13, dimana terdapat kelebihan tanah
seluas 5 x 10 m. Bangunan rumah tersebut menjadi rumah pastori yang ditempati
oleh G.I. Edward Ladasi, sedangkan diatas sisa kelebihan tanah tersebut
dibangun bangunan sederhana untuk tempat beribadah.
Kebaktian 1 sekaligus
peresmian Pos P.I. dilakukan pada tanggal 12 Pebruari 1989 oleh Pdt. Rudi
Wirian dan dihadiri oleh Bpk. H. Mulyadi Naseri, wakil dari desa Karanggan.
Jemaat dan simpatisan yang hadir pada waktu ibadah pembukaan itu sebanyak 10
orang, antara lain : Kel. Sihadi, Kel. Suryanto, Kel. Sisworo, Kel. Suharyanto,
Ibu Onny Pratiwi dan beberapa orang pemuda pemudi. Pada minggu-minggu
selanjutnya, jumlah jemaat makin meningkat, sehingga Majelis Jemaat GKJC
memutuskan untuk membeli 4 buah rumah secara kredit, berlokasi di JI. Nanas VI Blok E7 No. 1 - 4, tepat di depan
rumah pastori / tempat ibadah sementara. Rumah-rumah tersebut direnovasi
menjadi tempat ibadah dan konsistori serta satu kamar untuk koster gereja.
Pos P.I. ini terus
bertumbuh dan berkembang. Setelah memenuhi ketentuan Tata Gereja Kristus, pada
tanggal 30 Juni 2003, Pos P.I. Gereja Kristus Jemaat Cibinong ini didewasakan
menjadi Gereja Kristus Jemaat Gunung Putri dan disahkan dalam Konferensi Sinode
Gereja Kristus pada tanggal 4 Agustus
2003
di Gunung Geulis, Bogor.
21. GEREJA KRISTUS CIAMPEA-LEUWILIANG
Jl. Pasar Ciampea no. 3 Bogor 16620
Telp.: (0251) 621 433 http://ciampea.gerejakristus.org    
Alamat Sinode GEREJA KRISTUS
Jalan Patra Raya No. 1-I, Duri Kepa JAKARTA BARAT
11510
Telp. 911.0536 Fax. 563.4118 E-mail:
sinodegk@cbn.net.id
Ketum : Pdt Stanley, STh, MA, 
Sekum : Pdt Devy Thio, STh

Sumber: www.gerejakristus.org

-------------------------------------------------------------------

Update Terbaru Situs Kristiani di www.webkristiani.co.cc

Kategori: Profil