Siapa yang sulit?

Aku selalu ingat bahwa masa kecilku adalah masa yang cukup menyenangkan. Salah satu hal yang aku sangat aku syukuri, aku bisa melewatkan masa kanak-kanakku dengan baik. Ingin rasanya mengulang kembali.

Sampai sekarang, dunia anak-anak selalu membuat aku tertarik. Ini juga yang membuat aku tidak perlu berpikir panjang sewaktu akan diadakan seminar tentang anak, aku langsung mendaftarkan diri.

Seminar anak yang aku ikuti ini membawa topik tentang "Tidak Ada Anak yang Sulit", dengan pembicara Pdt. Julianto Simanjuntak (LK3). Melihat topiknya, tentu saja membuat aku ingin tau, apa benar tidak ada anak yang sulit? Sedangkan aku ingat, waktu aku kecil, meski mungkin termasuk anak yang nakal, tapi tetap saja banyak hal-hal pada diriku, yang membuat orangtuaku kesulitan mengatasi aku?

Orangtuaku kesulitan? Loh, jadi yang sulit sebenarnya aku atau orangtuaku?

Hal inilah yang diawal seminar dibicarakan oleh pembicara. Beliau memaparkan berbagai fakta yang terjadi dan mencoba berbagi apa yang pernah beliau alami dengan anak-anaknya, untuk membuka pikiran peserta seminar dan menyamakan persepsi bahwa sesungguhnya "Tidak Ada Anak yang Sulit" karena orangtualah yang kesulitan untuk mengatasi berbagai masalah anak-anak.

Banyak berkat yang aku dapat melalui seminar ini. Berbagai pembahasan seperti konsep anak berhutang pada orang tua, representatif Allah pada diri seorang ayah, kesulitan-kesulitan yang dialami seorang anak, dan bahasa cinta anak.

Menjadi orangtua memang tidak ada sekolah khusus yang mencetak lulusannya untuk menjadi orangtua. Melalui seminar seperti ini, bisa menjadi salah satu cara untuk membekali diri.

Kategori: Konseling Kristen

Topic Blog: Tokoh Alkitab

Keywords Blog: anak, orangtua, seminar

Comments

Seturut kehendak Bapa

Sekolah untuk jadi orangtua? Kalo ada mau juga tuh daftar. Jadi orangtua mang ga ada sekolahnya, kesadaran untuk jadi orangtua yang baik bisa jadi motivasi untuk kita mau terus belajar. Mungkin cara orangtuaku mendidikku bukanlah yang paling tepat untukku, tapi aku memaklumi kurang dan lebihnya. Emang ga gampang kok. Kesadaran akan hal inilah yang menjadi tekadku untuk mewarisi nilai yang benar bukan apa adanya yang berasal dari orangtuaku, harapannya anak-anakku akan lebih baik dari aku dan lebih seturut dengan kehendak Bapa di surga. Amin.

nyadar nyokk!

Bagus juga kalau banyak orang yang sadar yah :) So, generasi mendatang akan dididik oleh orang tua yang mau memahami anak-anaknya dan seturut dengan firman Tuhan.

Kalau mau jujur sih, memang banyak kekurangan orang tua kita dalam mendidik kita. Tapi kalau kita menyadarinya, hendaknya tidak membuat kita menjadi kecewa dan menyalahkan ortu, tapi kita mengampuni dan belajar dari itu untuk tidak mengulangnya kepada anak-anak kita kelak. Jadi hal-hal buruk itu jadi aset kita untuk semakin baik. Bukan malah sebaliknya untuk meneruskan hal yang ga baik itu pada anak-anak kita.

 

"kita berbeda dalam semua kecuali dalam cinta."