Menjadi Seperti Biji Gandum Yang Jatuh dan Mati

(Yeremia 31:31-34, Mazmur 119:9-16, Ibrani 5:5-10, Yohanes 12:20-33)

"Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus.", kata beberapa orang Yunani kepada murid Yesus. Beberapa orang Yunani ini rupanya memiliki jiwa yang haus akan kebenaran dan mereka ingin bertemu Yesus! Betapa keinginan ini acapkali terabaikan oleh orang yang bergereja akhir-akhir ini. Kadang orang melihat siapa pengkotbah dan siapa “pengisi acara” dalam sebuah kebaktian, ketimbang bertemu dengan Yesus. Begitu juga pelayan-Nya. Kadang lupa bahwa jemaat memilki kerinduan seperti orang Yunani ini, yang harus ditanggapi dengan seksama.

Yesus menanggapi begini: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa. Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini. Bapa, muliakanlah nama-Mu!" (Yoh 12:21-28). Yesus menanggapi keingintahuan beberapa orang Yunani itu dengan mengungkapkan “siapa Dia”, “apa yang akan dilakukan-Nya”, dan “apa yang diharapkan-Nya” dari semua orang, dan ini bukan hanya untuk bangsa-Nya sendiri saja tetapi juga bagi banyak bangsa, khususnya gereja-Nya di mana Ia adalah Kepala.

Dalam tanggapan-Nya itu Yesus telah memilih dan juga mengajarkan mereka untuk mematikan ambisi dan keinginan pribadi sehingga mereka dapat berbuah bagi Allah. Hanya pada saat orang “siap” untuk mati, maka segala sesuatu yang baik hadir. Inilah hati sebagai hamba! Inilah kemuliaan yang dihadirkan oleh Anak Manusia melaui salib-Nya. Tidak hanya itu, bagi Yesus hidup yang benar-benar hidup ialah “hidup” yang siap kehilangan apa yang “nyaman” dalam “hidup” agar orang lain beroleh “hidup”. Yesus memperhatikan “isi” hidup dan bukan asal “napas”. “Isi” hidup Yesus ialah pengorbanan untuk sebuah perubahan yang berujung kepada kekekalan. Berikutnya, Yesus menyatakan bahwa dengan melayanilah orang akan mendapatkan kemuliaan (Ibr 5:5-10). Orang bisa saja mencari dan mendapat kemuliaan dengan kekuasaan, harta dan kekerasan. Tetapi yang didapatkan adalah kemuliaan yang hambar tanpa cinta kasih. Kemuliaan semu. Kemuliaan yang didapat karena melayani, adalah kemuliaan yang sejati, karena muncul dari kasih dan ketulusan. Tidak mudah bagi Yesus untuk memilih dan menjalani ketiga hal itu. Yesus menggumulinya dengan sungguh sebagai Anak Manusia, hingga pada akhirnya Ia memutuskan untuk taat melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa-Nya. Apa yang membuat Yesus yakin dan teguh? Suara dari sorga meneguhkan-Nya!

Kini, Kekuatan yang Allah berikan buat Yesus, juga Allah berikan untuk setiap orang. Saat Allah mengutus kita, Ia tidak mengutus kita tanpa peta dan tuntunan (Yer 31:31-34). Saat Ia memberi tugas kepada kita Ia tidak membiarkan kita menjalani-Nya dalam kelemahan kekuatan diri kita sendiri. Kadang justru kita menjadi lemah pada saat kita enggan untuk mendengar suara-Nya yang menyapa kita (Mzm 119:9-16).

mari mampir ke: http://www.essyeisen.com/