SEKALI SELAMAT WALAUPUN BERUBAH IMAN AKAN TETAP SELAMAT?

Sword of Spirit's picture

EFEK WABAH

Ternyata pernyataan Laurence Vance bahwa Calvinisme adalah wabah yang melanda kekristenan bukan suatu omong kosong. Saksi Jehovah sesat, ia segera diblokir di luar kekristenan dan diberi label khusus Saksi Jehovah. Mormon (yaitu Gereja Orang Kudus di Akhir Zaman=GOKAZ) yang didirikan oleh Joseph Smith juga tidak diijinkan memasuki kekristenan. Namun Calvinisme tidak diblokir melainkan dibiarkan mewabahi seluruh kekristenan.

Nyaris tidak ada denominasi kekristenan yang lolos dari terpaan wabah ini. Ketika Calvinisme muncul, hampir tidak ada kekristenan yang sanggup menahannya. Sebagian dari kehebatannya termasuk menggunakan kekerasan, merekrut para pangeran di Eropa sehingga memihak kepada pengajaran Calvinisme dan menganiaya kelompok lain yang mencoba-coba menentangnya.

Jacobus Arminius adalah seorang theolog Belanda yang hebat. Ia pun tersingkir ketika kelompok Calvinis merekrut pangeran Belanda. Arminius adalah salah satu penentang gigih Calvinisme, selanjutnya semua orang yang menentang, bahkan hanya sekedar menjalankan akal sehat untuk mempertanyakan pengajaran Calvinisme, langsung dicap Arminianis, padahal yang bersangkutan sama sekali belum pernah mendengar tentang nama Arminius. Dan pola ini diterapkan mulai dari Eropa hingga Amerika dan tentu tidak tertinggal juga Indonesia. Kalau tidak percaya, anda boleh coba-coba. Silakan bersikap kritis terhadap Calvinisme, maka para pembelanya akan langsung mencap anda Arminianis padahal anda belum membaca selembar pun tulisan Arminius.

Ana-Baptis yang seharusnya berhaluan theologi yang menjunjung tinggi hati nurani dan kehendak bebas manusia tidak luput dari wabah Calvinisme. C.H. Spurgeon, seorang Gembala Tabernacle Baptist Metropolitan London, tidak sanggup melepaskan diri dari pengaruh ragi Calvinisme dan mengumumkan bahwa dirinya adalah two point Calvinist maksudnya ia adalah orang yang percaya dua poin dari lima poin Calvinis yang disingkat dengan TULIP. Spurgeon tidak sanggup lepas dari poin pertama (Total Depravity) yang mempercayai bahwa sejak kejatuhan manusia, maka manusia tidak sanggup memberi respon terhadap pemberitaan Injil, dan poin terakhir yaitu Perseverance of the Saint yang percaya bahwa sekali selamat sekalipun pindah agama akan tetap selamat.

C.H. Spurgeon hanyalah salah satu dari begitu banyak pengkhotbah Baptis yang percaya two point Calvinism. Mereka tidak percaya pada poin kedua yaitu unconditional election, karena memang sangat-sangat tidak masuk akal. Terlebih para misionari Baptis yang sangat giat mengarungi laut dan mendaki daratan untuk memberitakan Injil. Tetapi yang sangat mengherankan ialah, jika percaya bahwa manusia perlu mendengarkan Injil untuk percaya agar bisa diselamatkan, maka tidak mungkin mereka dalam kondisi totaly deprave seperti yang digambarkan oleh John Calvin.

Cukup banyak pengkhotbah Baptis yang menolak poin pertama juga, namun mereka masih menyangkut pada poin nomor lima dari Calvinisme, yaitu Perseverance of the Saints yang percaya bahwa Allah pasti memelihara orang-orang yang telah dipilihNya. Pada prinsipnya dasar atau fondasi dari doktrin yang mengajarkan bahwa orang yang telah sekali diselamatkan maka selanjutnya apapun yang terjadi maka pasti akan selamat adalah bahwa Allah pasti menjaga atau memelihara orang-orang pilihanNya. Ini adalah poin terakhir dari seluruh rangkaian filsafat Calvinisme.

Untuk menjawab fakta tentang orang-orang yang menyangkali iman setelah mengalami himpitan, mereka dengan ringkas menyimpulkan bahwa orang tersebut memang dari awalnya belum dilahirkan kembali, atau dengan terminologi Calvinisme-nya ialah orang-orang itu memang sejak semula bukan orang pilihan Allah.

MANUSIA ITU PRIBADI

Siapapun yang percaya bahwa manusia diciptakan sebagai pribadi yang berpikir, berperasaan, dan kehendak bebas, akan percaya bahwa itu adalah bagian dari hakekat kemanusiaan itu sendiri yang melekat pada manusia dari saat diciptakannya. Ketika seseorang menikah, ia harus sadar bahwa orang yang dinikahinya adalah seorang pribadi. Pasangannya bisa mengasihinya dan juga bisa membencinya, bisa bersikap baik kepadanya dan juga bisa bersikap buruk kepadanya. Demikian pula ketika seseorang melahirkan seorang anak, ia harus sadar bahwa yang dilahirkannya adalah seorang pribadi. Pribadi ini memiliki kehendak bebas yang akan mengasihinya dan tidak tertutup kemungkinan membenci bahkan memusuhinya. Tentu itu tidak terjadi pada saat anak itu masih bayi, melainkan setelah ia memiliki kemampuan untuk berdikari. Para pendukung Calvinisme tidak sanggup melihat manusia yang adalah pribadi (person), mereka melihat manusia sekedar robot yang tidak memiliki kehendak pribadi.

Dan perlu diketahui bahwa sejak Allah memutuskan menciptakan manusia yang demikian itu Ia tidak bisa merubahnya bukan karena Ia tidak mampu merubahnya melainkan Ia tidak bisa menyangkal diriNya (II Tim.2:13). Merubah sesuatu yang telah ditetapkanNya itu sama dengan menyangkali diriNya.

Allah pernah menunjukkan kedaulatanNya untuk merubah ciptaanNya.Ia pernah merubah Nebukadnezar sehingga raja agung itu menjadi lembu dan makan rumput (Dan.4:33). Tetapi jika Allah tidak mengembalikan hati manusia ke dalam dirinya, maka Nebukadnezar akan selamanya menjadi binatang. Jadi, jika Nebukadnezar diberi hati manusia, maka satu paket dengan hati manusianya itu ialah kebebasan berpikir dan kebebasan memutuskan segala sesuatu. Sesudah ia memiliki hati kemanusiaannya, selanjutnya kita hanya membaca bahwa ia mengakui keagungan Allah, walaupun tidak seterusnya beribadah kepadaNya. Itulah keputusan hati Nebukadnezar yang bebas.

Hati manusia yang berkehendak bebas itu adalah faktor utama dari kemanusiaan itu sendiri. Jika komponen ini ditiadakan, maka sesungguhnya sosok daging yang berdiri tegak itu bukan manusia lagi. Karena Allah yang memutuskan untuk menciptakan makhluk demikian (Kej.1:26) lengkap dengan konsekuensinya, maka Allah tidak merubahnya karena Ia tidak dapat menyangkal diriNya.

Itulah sebabnya mustahil Allah memilih seseorang untuk masuk Sorga tanpa persetujuan atau keinginannya. Jika Allah melakukan hal ini maka itu tindakan yang dapat dikatakan bahwa Allah memaksa orang masuk Sorga. Sama seperti seseorang yang menganggap Amerika tempat yang lebih nyaman dari Indonesia dan memaksa orang yang dikasihinya untuk pergi ke sana. Oleh pemerintahan duniawi tindakan demikian tentu bisa dikategorikan sebagai penculikan, sekalipun tujuannya adalah mau membawanya ke tempat yang lebih baik.

Mustahil Allah menculik orang ke Sorga dengan memilihnya di dalam kekekalan tanpa mempertimbangkan keinginan yang bersangkutan. Allah sebagai pencipta manusia, adalah pihak yang paling menghargai hak asasi manusia, karena Dialah yang memberikan hak asasi kepada manusia.

SETELAH DISELAMATKAN

Seandainya apa yang diajarkan oleh John Calvin benar, maka satu paket dengan itu ialah apapun yang terjadi, orang yang telah terpilih pasti akan selamat. Jika orang itu tidak kita temukan di Sorga, maka harus ditarik kesimpulan bahwa dia sebenarnya tidak dipilih Allah. Mustahil akan ada orang yang dipilih Allah yang tidak berakhir di Sorga. Kalau ia benar-benar dipilih, maka kegagalannya berada di Sorga itu sama sekali bukan masalah pada dirinya melainkan pada Allah yang memilihnya.

Namun itu tidak benar! Kita sudah buktikan melalui ayat-ayat Alkitab bahwa orang masuk Sorga perlu percaya, dan sebelum percaya perlu mendengarkan Injil (Rom.10:10-13). C.H.Spurgeon tidak bisa menerima poin nomor dua hingga nomor empat dari filsafat Calvinisme, namun sikapnya yang bisa menerima poin satu dan lima, itu sangat aneh. Lebih aneh lagi dengan banyak pengkhotbah dari berbagai denominasi yang tersusupi calvinisme, yang tidak bisa percaya tentang unconditional election namun bisa ngotot bahwa sekali selamat apapun yang terjadi maka yang bersangkutan pasti akan selamat. Bahkan ada pengkhotbah yang mengagetkan penulis karena berani berkata sekalipun orang yang sudah lahir baru pindah ke agama lain, ia masih tetap akan selamat.

Sekalipun kebanyakan mereka menolak dihubung-hubungkan dengan Calvinisme, namun argumentasi yang mereka pakai adalah argumentasi calvinistik, yaitu Allah yang memelihara orang tersebut tidak pernah gagal. Mereka lupa bahwa Allah memelihara orang yang percaya kepadaNya, bukan memelihara orang-orang yang sudah berubah menjadi tidak percaya kepadanya. Allah tidak berjanji akan memelihara agar orang yang telah percaya akan tetap percaya, melainkan memelihara bahkan menyelamatkan orang yang tetap percaya (Rom.9:33, 10:11).

Penulis pernah berhadapan dengan pengkhotbah yang percaya two point Calvinism. Ketika ia mendengar argumentasi penulis bahwa diperlukan sikap tetap di dalam Kristus dari pihak orang percaya untuk masuk Sorga, kontan ia menuduh penulis Arminianis. Padahal dia sendiri percaya three point Arminianism dan hanya percaya two point Calvinism. Lebih aneh lagi adalah pengkhotbah yang hanya percaya one point Calvinism (poin ke-5) dan percaya four point Arminianism, mencela orang yang percaya bahwa harus tetap tinggal di dalam iman untuk masuk Sorga sebagai Arminianis yang menurut dia tidak alkitabiah. Dia sama sekali tidak menyadari bahwa sebenarnya ia percaya empat poin Arminianime dan hanya percaya satu poin Calvinisme.

Para Calvinis sukses menghancurkan nama Jakobus Arminius. Mereka menuduh bahwa Arminius mengajarkan masuk Sorga mengandalkan usaha manusia. Sedangkan Calvinis mengandalkan anugerah Tuhan. Padahal jika kita membaca tulisan Arminius, kita akan tahu bahwa tuduhan para Calvinis ternyata fitnah. Karena Arminius hanya tidak bisa terima bahwa dalam kekekalan Allah dalam sebuah dekrit telah memilih orang tertentu masuk Sorga dan membiarkan orang tertentu masuk Neraka. Arminius mengajarkan bahwa anugerah Allah tersedia bagi semua orang dan yang menerima anugerah tersebut akan masuk Sorga.

Sesungguhnya jika orang bertanya kepada penulis, apakah penulis seorang Arminianis, tentu penulis akan menjawab tidak, karena memang tidak semua pendapat Arminius penulis setujui. Terlebih lagi ketika orang bertanya, apakah penulis seorang Calvinis, tentu penulis jawab tidak, karena hampir semua pendapat John Calvin tidak berdasarkan ayat Alkitab. Pada dasarnya Tuhan mau agar kita mengikuti Alkitab, bukan mengikuti seorang theolog. Jika memang pandangan theolog tertentu sesuai Alkitab, ya...kita setuju dengan dia karena kita adalah manusia bebas yang bisa berpikir serta memutuskan sesuatu.

Jika seseorang percaya bahwa keselamatan diperoleh melalui pemilihan yang dilakukan Allah dalam sebuah dekrit dari kekekalan lalu, maka paketnya adalah sekali orang itu terpilih, dia tidak mungkin tidak masuk Sorga. Kalau dia tidak sampai ke Sorga, itu berarti ia memang bukan orang pilihan. Kalau seorang pilihan sampai batal ke Sorga, itu bukan kegagalan dirinya, melainkan kegagalan Allah yang telah memilihnya namun tidak sanggup memelihara imannya sampai akhir. Seluruh poin kalvinistik disempurnakan dalam once saved always saved. Tanpa ditutup dengan once saved always saved semua poin Calvinis masih terbuka mengaga, bahkan bisa kehilangan makna sama sekali. Itulah sebabnya konsep once saved always saved sangat penting bagi kaum Calvinis, karena itu adalah poin puncaknya.

Sebaliknya jika seseorang percaya bahwa keselamatan diperoleh melalui menerima tawaran kasih karunia Allah, maka sudah jelas bahwa yang bersangkutan masih tetap memiliki kebebasan untuk melepaskan anugerah itu.

Konsep Calvinisme ialah seseorang ditangkap oleh seorang konglomerat untuk dijadikan anak dan tinggal bersamanya di istananya yang supermewah dengan kapal pesiarnya yang sangat mewah. Ia tidak memiliki kebebasan untuk melepaskan diri atau membatalkan statusnya.

Sebaliknya penulis lihat yang benar adalah seseorang berdosa yang miskin papa dikasihi oleh seorang yang kaya raya, dan ditawarkan untuk menjadi anaknya, mewarisi seluruh kekayaannya. Tentu kemudian ia menerima kasih itu, namun ia sama sekali tidak kehilangan kebebasanya. Secara akal sehat kita yakin tidak ada orang yang mau melepaskan kasih karunia yang sedemikian besar itu, namun sekali lagi ia tidak kehilangan kebebasannya. Bahkan penulis seringkali berkata bahwa yang melepaskan keselamatannya itu bagaikan menukarkan intannya dengan tahi anjing, namun ia tidak pernah kehilangan kebebasannya.


KESALAHFAHAMAN ATAU TUDUHAN YANG DISENGAJA?

Biasanya baik kelompok Calvinis tulen hingga one point Calvinism (poin ke-5), akan menuduh orang yang tidak percaya once saved always saved sebagai diselamatkan melalui perbuatan atau kemampuan diri sendiri. Kadang penulis dibuat heran karena, apakah mereka salah faham atau membuat tuduhan yang disengaja agar tidak kalah malu?

Kami bukan kelompok seperti kalangan Kharismatik yang percaya kalau seorang yang telah lahir baru sedang mencuri, tertangkap dan dipukul hingga mati, lalu tidak masuk Sorga. Kami percaya bahwa sekali seorang bertobat dan percaya Yesus dengan segenap hatinya maka semua dosanya (yang pertama hingga yang terakhir) sudah tertanggung pada salib Kristus. Orang ini tidak mengusahakan apapun untuk keselamatannya. Ia hanya perlu tetap dalam imannya. Namun ia bukan tertangkap, atau dijajah, ia tetap memiliki kebebasannya. Ia bisa membatalkan penanggungan dosanya atas Kristus dengan tidak mempercayaiNya lagi (Ibr.10:26,35,38).

Kami sama sekali tidak pernah percaya bahwa orang yang telah diselamatkan perlu melakukan sesuatu untuk mempertahankan keselamatannya, melainkan bahwa orang yang telah diselamatkan masih memiliki kehendak bebas, dan masih bisa melepaskan imannya. Ia tidak perlu melakukan apapun, melainkan hanya tetap tinggal di dalam kasih karunia yang telah menyelamatkannya (II Yoh.9).

Ketika seseorang bertobat dan percaya bahwa Yesus Kristus telah menggantikannya terhukum di kayu salib, maka seluruh dosanya telah tertanggung. Konsepnya bukan ditanggung satu persatu dosa, melainkan Kristus menggantikannya. Saat itu juga ia menjadi orang kudus karena Kristus mengambil alih posisinya yang berdosa dan ia diberikan posisi Kristus yang kudus (Yoh.1:12, I Kor.1:2, Ef.1:1). Naturnya juga menjadi kudus karena Roh Kudus segera masuk ke dalam hatinya (Ef.1:13). Karena belum segera masuk Sorga melainkan masih tinggal di dunia dan melakukan berbagai kegiatan maka ia masih bisa jatuh ke dalam dosa, namun ia diperintahkan untuk membangun karakter yang kudus untuk menyempurnakan kekudusannya (II Kor 7:1).

Posisi dan natur (hati) yang kudus adalah jaminannya untuk masuk Sorga, sedangkan karakter kudus yang harus dibangunnya adalah untuk bercahaya di dunia. Setiap kali ia jatuh ke dalam dosa, ia bersalah kepada Kristus yang telah menggantikannya dihukumkan, namun di hadapan Allah Bapa ia tetap orang kudus, karena ia menempati posisi Kristus.

Jadi, seandainya orang Kristen yang telah diselamatkan jatuh ke dalam dosa, itu tidak akan menyebabkan ia batal masuk Sorga, melainkan hanya akan merusak nama baik Kristus dan akan menjadi batu sandungan pada orang-orang di sekelilingnya. Mungkin orang tuanya atau anaknya, atau saudara-saudarinya, teman-temanya yang sepatutnya bisa diselamatkan menjadi tersandung karena karakternya.

Selama ia tetap di dalam iman sampai akhir hayatnya, ia pasti akan masuk Sorga. Tetapi jika ia melakukan dosa yang bersifat doktrinal (Ibr.10:26), atau Rasul Yohanes menyebut ‘dosa yang mendatangkan maut’ atau melepaskan kepercayaannya, maka tidak ada korban untuk penghapusan dosa lagi. Kristus tidak akan disalibkan sekali lagi untuk menanggung dosa-dosanya. Kristus sudah pernah menanggung dosa-dosanya dan telah dibatalkannya. Kalau ia mau kembali lagi maka itu yang dimaksud Rasul Paulus (penulis Ibrani) dengan menyalibkan Kristus kedua kali (Ibr.6:6).

Jadi, kesimpulan kita adalah, slogan kalvinistik once saved always saved adalah theologi yang salah menafsirkan ayat-ayat Alkitab. Dan ini sangat membahayakan kekristenan karena bisa menyebabkan orang Kristen tidak mewaspadai serangan penyesatan yang intensitasnya semakin tinggi menjelang kedatangan Kristus kedua kali. Orang Kristen akan kurang serius memperingatkan anggota keluarganya yang mendapat serangan ajaran sesat, bahkan merasa tidak berbahaya sekalipun anggota keluarganya pindah agama karena bisa berpikir toh nanti akan selamat juga.

Mari, rendahkan hati, terimalah pandangan yang lebih alkitabiah, sekalipun itu menyakitkan. Penulis tahu bahwa sepatu baru biasanya bisa melukai kaki. Namun jika sepatu lama telah rusak dan tidak bisa dipakai lagi, atau bertemu pengajaran yang lebih benar, akuilah itu benar. Tuhan akan memberkati kerendahan hati anda. Sebaliknya jika berkeras, maka iblis akan melihat ada peluang untuk menggiring anda ke posisi yang lebih bahaya. Camkanlah!

PEDANG ROH Edisi 55 April-Mei-Juni 2008

Kategori: Teologi