BAB I

PENDAHULUAN

Apologetika merupakan bidang studi yang penting dan perlu dipelajari oleh setiap orang percaya, secara khusus untuk mahasiswa teologi. Pemahaman yang benar tentang bagaimana berapologetika secara Alkitabiah akan sangat menentukan tercapainya pemberitaan injil secara benar, walaupun tentunya apologetika tidak begitu saja dapat disamakan dengan penginjilan, namun penginjilan yang benar sangat dipengaruhi oleh pemahaman apologetika yang benar.

Proklamasi iman atas keselamatan yang kita terima (penginjilan) tidak dapat lepas dari pertanggungjawaban mengapa kita percaya atas apa yang telah kita beritakan (apologetika). Jikalau kedua hal tersebut dipahami dengan baik oleh orang percaya, maka untuk dapat merubuhkan tembok-tembok yang dibangun oleh orang tidak percaya dan membuka kesempatan untuk pemberitaan injil dapat dikerjakan dengan baik. Usaha untuk membawa manusia yang berada dalam kegelapan dan memindahkannya kepada terang Allah memerlukan pemahaman yang benar akan kedua hal diatas. Pada waktu orang bertanya, mengapa saya harus percaya kepada berita injil? Pada saat itulah pemahaman akan apologetika dibutuhkan untuk memberi jawab atas pertanyaan tersebut. Apabila kita tidak mampu untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita tidak akan mampu merobohkan benteng-benteng keangkuhan yang dibangun oleh orang tidak percaya.

Tanggung jawab yang begitu penting dalam mempelajari apologetika tragisnya sering kali terhambat oleh kesalahan dalam menafsirkan Alkitab. Walaupun hal itu sebenarnya tidak perlu terjadi jika metode penafsiran Alkitab secara benar dipelajari dengan baik. Salah satu ayat Alkitab yang ditafsirkan secara sempit untuk menolak mempelajari apologetika adalah Matius 10:19, “Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kuatir akan bagaimana dan apa yang harus kamu katakana, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu saat itu juga” sedang dalam King James diterjemahkan, “… tidak perlu dipikirkan bagaimana atau apa yang harus dikatakan…” Ayat tesebut kemudian ditafsirkan: Bahwa setiap orang percaya hanya perlu bersandar dengan kuasa Roh Kudus dalam membela iman (mempertanggung jawabkan iman percayanya). Mereka yang berpandangan demikian berkesimpulan, untuk apa mempelajari apologetika jika Tuhan sendiri memerintahkan orang percaya agar dalam pertanggungjawaban iman harus mutlak bersandar pada kuasa roh kudus. Lebih jauh lagi mereka berkata bahwa orang yang belajar apologetika adalah orang yang tidak beriman, karena mereka mengandalkan akal budi manusia dan tidak bergantung mutlak pada Roh Kudus.

Akibat penafsiran yang salah terhadap Alkitab tentang apologetika, akhirnya pada waktu orang percaya memberi jawab terhadap orang tidak percaya atas keyakinan imannya, seringkali mereka jatuh pada dua titik ekstrim. Pertama, Orang percaya berusaha menjelaskan iman percayanya dengan mencari kesamaan-kesamaan yang ada pada orang tidak percaya (point of contact) secara tidak hati-hati. Mereka berusaha melihat kesamaan-kesamaan yang ada namun tidak kritis melihat bahwa kesamaan tersebut sebenarnya tidak memiliki hubungan dengan apa yang dipercayainya, akibatnya jatuh pada sinkretisme. Menganggap babwa kesamaan-kesamaan tersebut menunjukan bahwa Alkitab dan kitab-kitab agama lain mempunyai kesinambungan.

Kedua, Orang percaya tidak lagi memiliki penghormatan kepada orang tidak percaya, dengan kesombongan berusaha untuk menghancurkan semua pandangan orang tidak percaya, karena bagi mereka tidak ada kebenaran secuilpun diluar kehidupan orang percaya. Akibatnya orang tidak percaya merasa tidak perlu belajar apapun dengan orang tidak percaya sehingga tidak ada lagi hubungan persahabatan. Kecurigaan antara keduanya rnenguasai setiap dialog yang dilakukan. Hubungan yang harmonis dalam kehidupan masyarakat, secara khusus dalam masyarakat yang pluralis menjadi masalah yang amat langka.

Berdasarkan hal di atas jelaslah bahwa usaha untuk mempelajari apologetika merupakan hal yang sangat penting. Terlebih dalam situasi bangsa Indonesia yang sedang mengarah pada disintegrasi saat ini. Amanat agung yang diberikan oleh pribadi yang agung, seharusnya dikerjakan dengan serius dan persiapan yang matang. Pemberitaan injil bukanlah membuang mutiara kepad babi, karena itu kita bukan hanya harus mengerti siapa yang menjadi obyek pemberitaan injil, tetapi juga harus memahami bagaimana membuka pintu bagi pekabaran injil, sehingga proklamasi injil dapat dilakukan.

BAB II

Pengertian dan Pentingnya Apologetika

Untuk melihat lebih dalam mengapa kita perlu mempelajari apologetika, maka lebih dahulu perlu dipelajari mengenai pengertian apologetika secara lebih mendalam serta kepentingannya bagi orang percaya mempelajari apologetika, dengan demikian diharapkan pemahaman ini akan lebih memotivasi kita untuk terus memperdalam pemahaman berapologetika secara Alkitabiah.

A.    Pengentian Apologetika

Istilah apologetika secara sekilas seolah-olah seperti kata apology, Apologize”(dalam bahasa Inggris) yang berarti meminta maaf. Namun sebenarnya tidak demikian. Orang yang berapologetika tidak berarti meminta maaf karena orang yang tidak bersalah tidak perlu meminta maaf. Pada waktu orang percaya menjelaskan kepada orang lain tentang iman percayaanya, ia tidak perlu meminta maaf karena apa yang disampaikan adalah kebenaran. Usaha untuk membawa orang dari kegelapan kepada terang merupakan kabar baik, sesuatu yang menguntungkan bagi yang menerimanya. Apalagi perintah tersebut diberikan oleh Allah yang agung yang adalah pemilik dari semua yang ada. Hal tersebut juga bukan pelanggaran hak-hak azasi manusia sehingga orang Kristen harus meminta maat, justru orang percaya yang tidak menyampaikan berita injil secara tepat dan benar adalah pelanggar dari hak azasi manusia karena semua mahkluk di bumi ini berhak untuk mendengarkan berita injil.

Istilah Apologetika yang menjadi studi bagi penyelidikan kita sebenarnya berasal dari bahasa Yunani “apologia” yang berarti pembelaan/pertanggungjawaban iman. Pengertian istilah yang tepat bagi kekristenan adalah pertanggungjawaban iman. Kita tidak sedang membela iman dalam arti seakan akan ada yang salah dari isi iman yang kita percaya, tetapi pada hakekatnya hanya kebenaran yang kita percayalah yang dijelaskan, jadi kebenaran pada hakekatnya memang tidak perlu dibela, karena ia dapat membela dirinya sendiri, orang percaya hanya menunjuk pada kebenaran yang ia percayai.

Lebih jauh lagi apologetika bagi orang percaya bukan hanya pertanggungjawaban iman, tetapi secara bersamaan menyatakan bahwa iman yang dipercayanya adalah benar dan harus diterima secara universal. Karena itu dalam hal ini jelaslah, bahwa apologetika membuka jendela bagi pekabaran Injil. Apabila apologetika hanyalah usaha untuk menghancurkan pandangan orang lain tanpa tujuan untuk membawa orang yang berada dalam kegelapan kepada terang Allah itu bukanlah apologetika yang Alkitabiah.

B.     Kepentingan mempelajari Apologetika

Jika kita mempelajari Alkitab, secara khusus apa yang dijelaskan dalam kitab 1 Petrus 3:15, setidaknya ada tiga alasan penting mengapa kita mempelajari apologetika Antara lain:

1. Mengekspresikan Hati Kristus dan mengembangkan World View Kristen

Mengenai pentingnya apologetika dalam mengekspresikan hati Kristus dan secara bersamaan memberi sumbangan bagi pengembangan world view Kristen, Alkitab dalam kitab Petrus menjelaskan seperti berikut “Tetapi kuduskanslah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan, dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungjawaban kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawaban dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat.”

Yang dimaksud dengan istilah “kuduskanlah Kristus” adalah bahwa orang percaya harus hidup dalam Kristus, hidup dalam kekudusan Kristus bukan orang percaya yang menyebabkan Yesus Kudus. Pada hakekatnya Yesus adalah Kudus dan Ia lah yang mampu membuat manusia hidup. Kudus. Pada waktu orang percaya mendedikasikan hidupnya kepada Kristus yang adalah Tuhan, hal tersebut akan memberikan kontribusi bagi world View Kristen dalam hidupnya.

Secara otomatis akan menolong orang percaya untuk memahami apa yang Yesus katakan dalam Alkitab. Tanpa world View yang benar maka kita akan salah dalam menginterpretasikan kehendak Allah dalam Alkitab. Peristiwa Dialog antara Yesus dengan Nikodemus yang belum mengalami pembaharuan World View merupakan contoh yang amat gamblang pentingnya world View Kristen dalam kehidupan orang percaya. Hal tersebut dimulai pada waktu orang percaya men-Tuhan-kan Kristus dalam hidupnya dan akan mempengaruhi banyak hal dalam kehidupannya.

Apologetika yang Alkitabiah hanya dapat dilakukan oleh orang yang berada didalam Kristus, tanpa itu dia tidak akan dapat mengekspresikan hati Kristus kepada orang lain, karena Kristus tidak menyatakan dirinya kepadanya. Jadi apabila orang percaya ingin berapologetika maka tidak bisa tidak. Ia harus mendedikasikan hidupnya kepada Kristus, sehingga Kristus yang adalah kebenaran, memberikan kebenaranNya kepada orang percaya, sehingga ia mampu memahami mengapa ia percaya kepada kebenaran. Jadi apologetika adalah bagi kemuliaan Kristus bukan bagi orang percaya.

2. Ekspresi Kasih kepada Orang Tidak Percaya

Apologetika bukan hanya untuk kemuliaan Kristus atau ketuhanan Kristus, tetapi juga demi orang lain. Apologetika merupakan ekspresi kasih kepada orang yang tidak percaya. Orang percaya dengan kerinduan yang dalam terbeban untuk menjadi alat Tuhan dalam menyelamatkan manusia yang sedang berada dalam murka Allah. Apologetika menjadi sarana penginjilan, cara untuk menjawab agar dapat membawa orang yang tidak percaya kepada Krstus.

Apologetika bukanlah cara untuk menyerang atau menjatuhkan orang lain, apalagi membuat orang lain malu karena kalah berdebat. Pada waktu Petrus berkhotbah didepan orang banyak yang melecehkannya, ia tidak menyerang orang banyak yang menganggapnya mabuk. Petrus menjelaskan mengapa peristiwa tersebut terjadi dalam kehidupan para murid. Murid-murid tidak mabuk karena pada waktu itu hari masih pagi, umumnnya pada waktuh itu orang mabuk pada waktu malam. Kemudian setelah dia menjelaskan mengapa peristiwa itu terjadi, Petrus tidak menyerang mereka, tetapi bertanya, mengapa mereka tidak percaya?. Hati Petrus terpusat pada tujuan untuk membawa orang tidak percaya kepada Kristus, itulah hati apologetika.

3. Dasar Bagi Bangunan yang Kokoh

Apologetika pada hakekatnya akan menjawab pertanyaan yang timbul dalam kehidupan orang percaya. Pada waktu orang percaya mendapat jawab atas setiap pertanyaan yang muncul dalam hidupnya, maka pemahamannya akan kebenaran semakin mendalam. Dan apabila orang percaya terus menerus mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang muncul dalam hidupnya, maka pemahamannya semakin mendalam. Pemahaman yang semakin mendalam ini akan memberikan kekuatan iman dan keyakinan iman, jadi jelaslah bahwa selain  bagi kemuliaan Kristus dan orang lain, apologetika sangat berguna untuk membangun orang Kristen dalam iman kepada Kristus.