UNCONDITIONAL ELECTION (BAG. 3)

Untuk update silahkan klik di sini atau kunjungi http://www.gbiasemarang.blogspot.com

Sembilan
hal yang menyatakan bahwa Allah tidak menetapkan segala sesuatu, dimana
hal ini sangat bertentangan dengan konsep Kalvinis yang menyatakan
bahwa Allah dalam kedaulatanNya telah menetapkan segala sesuatu.

1. Allah tidak mungkin menetapkan hal yang buruk karena hal yang buruk tidak timbul dalam hatiNya (Yeremia 19:5)

2.
Sifat Allah yang Kudus dan tidak mempermainkan manusia. Dalam Yesaya
45:19 “tidak pernah Aku berkata dengan sembunyi atau di tempat bumi
yang gelap. Tidak pernah Aku menyuruh keturunan Yakub untuk mencari Aku
dengan sia-sia! Aku, TUHAN, selalu berkata benar, selalu memberitakan
apa yang lurus” Allah tidak pernah memerintahkan manusia untuk percaya
kepadaNya, tetapi Ia sendiri telah menetapkan orang tersebut masuk
neraka. Bila hal itu benar, maka Allah membohongi manusia dan telah
menyangkal diriNya sendiri. Tentu hal ini tidak akan Allah lakukan.

3.
Adanya perbedaan antara Allah ijinkan dengan Allah tetapkan. Seperti
kasus Ayub yang Allah ijinkan bukan Allah tetapkan. Kasus Daud dalam II
Samuel 24:1 “Tuhan menghasut Daud” bad I Tawarikh 21:1 “Iblis bangkit
melawan Israel dengan membujuk Daud” ayat ini sering dipakai oleh
kalangan liberal untuk memojokkan orang kristen, bahwa Alkitab salah
tulis. Tetapi perlu diketahui, bahwa Allah sering memakai tangan ketiga
dengan mengijinkan Iblis menghasut Daud. Ada konsep Allah “mengijinkan”

4.
Adanya tanggungjawab manusia, dan Allah tidak menetapkan segala
sesuatu. Bila orang gila merusak sesuatu, maka manusia yang normal
tidak akan menuntut pertanggunganjawab atas perlakuannya. Karena ia
tidak memiliki kesadaran diri atau “gila.” Contoh lain, seseorang yang
dipaksa oleh teroris untuk meledakkan bom melalui pemicu yang ada di
tangannya. Hukum normal tidak akan menuntut orang tersebut
mempertanggungjawabkan perbuatannya karena ia dipaksa, bukan karena
keinginan hatinya. Allah tidak pernah memaksa manusia untuk berbuat
dosa dan Allah tidak pernah memaksa manusia untuk percaya.

5.
Kehendak bebas manusia. Ezra 7:13 “willing” “kerelaan” “dan yang rela
pergi ke Yerusalem, boleh turut pergi dengan engkau” manusia memiliki
kehendak untuk memilih dalam hidupnya sehari-hari, mengapa Kalvinis
mengatakan, bahwa manusia tidak bebas untuk percaya? Ini konsep yang
aneh dan tidak bisa diterima logika manusia. Yohanes 15:5 “minta apa
saja yang kamu kehendaki” Manusia memiliki kehendak untuk memilih.
Allah tidak pernah mempermainkan manusia dengan meminta supaya setia
dan percaya, tetapi Allah sendiri telah menetapkan manusia itu tidak
setia dan tidak percaya. I Korintus 9:17 “Kalau andaikata aku
melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima
upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri,
pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan
kepadaku” bisa saja Paulus melakukan tugas penginjilan itu dari
hatinya, tetapi harus diketahui bahwa Paulus diberi tugas oleh Allah
untuk penginjilan dan Paulus juga dapat melalaikan tugasnya.

6.
Doa. Doa banyak mengubah keadaan. Kalau konsep Kalvinisme ditarik dalam
aplikasi kehidupan sehari-hari, maka doa itu tidak perlu. Karena Allah
sudah tetapkan untuk apa berdoa? Berdoa sampai bercucuran darahpun
tidak akan mengubah keadaan karena toh Allah sudah tetapkan demikian.
Tetapi dalam konsep Alkitab, doa dapat mengubah banyak hal. Contoh
dalam II Raja-raja 20:1-6 ”Hizkia berdoa agar Tuhan memperpanjang
usianya dan Allah menambahkan usianya 15 tahun lagi.” Juga dalam
Ulangan 9:18-20 “Musa berdoa 40 hari 40 malam agar bangsa Israel tidak
dibinasakan oleh Allah.”

7.
Adanya kemungkinan. Bila segala sesuatu telah Allah tentukan, tentu
tidak ada lagi kata “kemungkinan” atau”barangkali” dalam Yehezkiel 12:3
“barangkali mereka akan insaf.” Hal ini sama sekali tidak membuktikan
bahwa mereka tidak akan insaf, tetapi ini membuktikan Allah memberikan
kesempatan kepada manusia untuk berbalik kepadaNya, sekalipun Allah
tahu mereka akan insaf atau tidak.

8. Adanya pemakaian istilah “Barangsiapa” yang mengindikasikan adanya kebebasan.

9.
Akal sehat manusia. Bila ada manusia yang berbuat anarkisme atau
tindakan kejahatan, maka Allah tidak mugkin melakukan atau
menetapkannya. Bertentangan dengan konsep Kalvinisme, bahwa manusia
dapat melakukan segala sesuatu karena Allah telah menentukan demikian.
Ini adalah konsep yang membunuh moralitas dan iman Kristen sejati.
Kalvinisme percaya, bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu tetapi
aplikasinya berbeda. Kalau Allah menetapkan segala sesuatu, maka dosa,
kejahatan, kebejatan, tipu muslihat, dusta, fitnah dan lain sebagainya
sudah Allah tetapkan dan ini adalah bersumber dari Allah itu sendiri.
Ini adalah konsep yang sangat jahat di dalam dunia ini karena sama saja
menjadikan Allah sebagai pembuat kejahatan.

Sistem Lapsarianisme

Lapsarianisme
berasal dari kata “lapsus”=jatuh. Ini adalah system yang dibuat oleh
kalangan Kalvinis untuk menjelaskan kronologis keputusan Allah.
Kalvinis mencoba menjelaskan urut-urutan dari keputusan Allah, walaupun
ini tidak konsisten karena mereka percaya satu keputusan Allah, tetapi
heran juga ada urut-urutannya. Apa hubungan keputusan Allah dengan
kejatuhan dalam dosa?

Supralapsarianisme

Mereka yang menganut Lapsarianisme ekstrim mengurutkannya demikian:

1. Election dan Reprobation
2. Penciptaan (creation)
3. Kejatuhan (Fall)
4. Penebusan untuk orang-orang percaya
5. Keselamatan untuk orang-orang pilihan

Kelompok
ini dikatakan Supralapsarianisme karena penetapan pemilihan dulu
setelah itu kejatuhan. Tokoh Kalvinis yang menganut posisi ini antara
lain J. Calvin dan T. Beza. Dimana mereka percaya bahwa Allah
menetapkan orang masuk surge/neraka bahkan sebelum penciptaan dan
kejatuhan. Jadi, kejatuhan adalah alas an yang ditetapkan supaya
reprobation masuk neraka.

Infralapsarianisme, mengurutkan demikian:
1. Penciptaan
2. Kejatuhan
3. Election dan Reprobation
4. Penebusan untuk orang-orang pilihan
5. Keselamatan untuk orang-orang pilihan
Menurut Infralapsarianisme, Reprobation terbagi menjadi dua:
• Preterition = Melewatkan beberapa orang waktu pemilihan (bersifat unconditional)
• Condemnation= Setelah lewat barulah penghukuman karena dosa-dosa manusia (bersifat conditional)

Preterition
= Allah sengaja melewatkan beberapa orang yang tidak dipilih setelah
itu Allah melakukan condemnation (penghukuman) kepada mereka yang
direprobasi karena dosa mereka yang tidak percaya. Preterition ini
terjadi di dalam kekekalan.

Baik
Preterition maupun Reprobotion tidak ada di dalam Alkitab dengan kata
lain konsep ini bukan konsep dari Allah, tetapi konsep jadi-jadian
pencinta John Calvin hasil dari penalaran sistematika theology mereka
saja.

Argumen Kalvinis tentang hal ini:

Allah menyelamatkan sebagian itu sudah syukur, dari pada tidak sama sekali. Untung masih ada sebagian yang diselamatkan.

1. Jikalau anda yang kebetulan dipilih anda akan mengucap syukur, tetapi jika anda tidak dipilih bagaimana?
2.
Ada Allah Yang Mahakasih dan bisa menyelamatkan semuanya kenapa Ia
tidak menyelamatkan semuanya saja. Allah memang punya hak untuk
menyelamatkan sebagian, tetapi bukankah ini bertentangan dengan
sifat-sifatNya? Contoh dalam Lukas 10 “Tentang orang Samaria yang baik
hati,” menolong orang Yahudi yang kena rampok dan dipukuli. Orang
Samaria itu menolongnya sedangkan imam dan orang Lewi hanya melewatinya
saja tanpa menolongnya. Yesus memberitahu kepada audience sikap 2 orang
yang melewati korban perampokan yang tidak baik. Bagaimana mungkin Ia
mengajarkan dan menjadikan ini contoh sekaligus Ia melanggarnya? Tentu
Allah tidak akan melakukan hal ini, kecuali allahnya Kalvinis. Allah
memang menyatakan tentang keselamatan, tetapi tidak pernah mengajarkan
reprobation.

Ayat-ayat yang mendukung reprobation menurut Kalvinis:

Yosua 11:20 “Tuhan menyebabkan hati orang-orang itu menjadi keras”
Kalvinis
tidak pernah bertanya apa yang menyebabkan Tuhan mengeraskan hati
mereka? Allah tidak akan melakukan sesuatu tanpa ada alasan dan tujuan.
Dalam konteks ini ada hal-hal yang menyebabkan Tuhan mengeraskan hati
bangsa itu (Kanaan). Bangsa Kanaan adalah bangsa yang sangat bejat dan
jahat, sehingga Allah mengeraskan hati mereka dan menyediakan hari
kebinasaan bagi mereka (Kejadian 15:16) dan dalam Imamat 18:24
“janganlah kamu menajiskan dirimu dengan semuanya itu, sebab dengan
semuanya itu bangsa-bangsa yang akan kau halaukan dari depanmu telah
menjadi najis” sudah sekian lama bangsa Kanaan dalam kondisi
kebejatannya sehingga Allah mempersiapkan bangsa Israel untuk membasmi
mereka sampai musnah. Sifat bangsa ini sangat najis dan kejam. Inilah
alasan mengapa Tuhan mengeraskan hati mereka. Kalvinis tidak pernah
berfikir sampai sejauh ini karena sudah terpatok konsep John Calvin.
Alasan Tuhan menghukum mereka karena Allah telah memberikan taurat
dalam hati setiap manusia. Roma 2:17-29 “bahwa setiap manusia ada hukum
taurat dalam hatinya yang akan menghakiminya atas segala perbuatannya
yang jahat” Dalam kitab Ibrani 3:13,15 dikatakan, “jangan ada di antara
kamu yang mengeraskan hatinya untuk kebenaran Allah” Allah katakan
jangan keraskan hatimu! Tetapi manusia itu tetap saja mengeraskan
hatinya, sehingga Allah mengeraskan hatinya (contoh kasus Firaun). Dari
hal ini kita juga menemukan bahwa penetapan penghukuman bersifat
conditional bukan unconditional.

Sublapsarianisme

Ada
yang menyamakan dengan infralapsarianisme, tetapi ada juga yang tidak
setuju. Tokoh yang berkenaan dengan hal ini adalah Moyce Amyraut, orang
yang pertama menyatakan dirinya percaya empat point Kalvinis.

Urut-urutan Sublapsarianisme
1. Penciptaan
2. Kejatuhan
3. Penebusan untuk semua
4. Election dan Reprobation
5. Keselamatan untuk orang pilihan.

Ayat-ayat yang sering digunakan oleh Kalvinis untuk mendukung konsep mereka:

1.
Amsal 16:4”Tuhan membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing,
bahkan orang fasik dibuatnya untuk hari malapetaka.” Apakah Allah telah
menetapkan manusia yang Ia ciptakan sebagian untuk binasa dan sebagian
untuk menikmati kesenangan di Surga? Ayat ini menyatakan, bahwa Allah
dalam menciptakan sesuatu memiliki tujuan tersendiri sesuai dengan
maksud dan rencanaNya, termasuk manusia.
Orang fasik bukan Allah
tentukan, tetapi mereka menjadi fasik karena itu yang ada di dalam hati
mereka, sehingga Allah sediakan hari untuk kebinasaan mereka. Semua
diciptakan Allah sama, Allah tidak menciptakan penjahat apalagi dosa.

2.
I Tesalonika 5:9 “Ada yang ditetapkan untuk dimurkai dan ada yang
ditetapkan untuk selamat” Konteks ayat ini tidak ada hubungan Surga dan
Neraka, tetapi mengenai hari murka di masa tribulasi. Ayat ini justru
mendukung Premill.

3. I Petrus 2:8 “Mereka tersandung padanya,
karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga
telah disediakan” Ayat ini tidak boleh dilepaskan dari konteks, karena
pada ayat 7 bahwa ia mahal dan mereka yang tidak percaya menjadi batu
sandungan (Yun: skandalaon). Ayat 8 Allah telah tentukan mereka karena
kondisi mereka yang tidak mau percaya.

4. II Tesalonika 2:11-12
“dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang
menyebabkan mereka percaya akan dusta, supaya dihukum semua orang yang
tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan”
Allah
mendatangkan kesesatan atas mereka? Perlu diperhatikan ayat 9, 10, 12.
Perikop ini sedang membicarakan mengenai keadaan di masa tribulasi atau
kejadian/malapetaka setelah gereja diangkat dari dunia.

Mereka harus binasa. Mengapa?

1. Mereka tidak menerima kebenaran
2. Mereka tidak mengasihi kebenaran

Itulah
sebabnya Allah mendatangkan kebinasaan bagi mereka. Jadi kebinasaan
yang Allah tetapkan bukan tanpa kondisi, tetapi kondisi mereka tidak
percaya. Bila mereka percaya tentu mereka tidak akan mengalami
kebinasaan dan mereka sudah diangkat bersama orang-orang percaya.

5.
II Petrus 2:17 “Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang
kering, seperti kabut yang dihalaukan oleh taufan; bagi mereka tersedia
tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat”

6. Yudas 4 “ada yang menyusup yang telah lama ditentukan untuk dihukum”
Perlu
diperhatikan, bahwa tidak ada penentuan dalam kekekalan dalam ayat ini.
Surat Yudas banyak berbicara mengenai orang-orang fasik yang dimulai
dari ayat 5-14, dan dalam ayat ini membuktikan mereka pantas dimurkai.
Jadi murka Allah bukan tanpa alasan atau sebab musabab, yakni kondisi
mereka yang fasik.

Allah yang berdaulat dapat menciptakan
manusia dengan kehendak bebas yang sejati atau sesuai dengan pengertian
umum, bukan seperti dalam pengertian Kalvinis. Dapatkah manusia
menentang Allah? Ya! Karena ia memiliki kehendak bebas untuk menentang
dan memuji Allah. Bila manusia menentangNya hati-hatilah karena pasti
ada konsekuensinya.

Kalvinis memiliki pandangan yang salah
mengenai kehendak bebas dan kedaulatan Allah. Apabila manusia memiliki
kehendak bebas, maka itu akan mengancam kedaulatan Allah menurut
Kalvinisme. Contoh klasik, bahwa manusia memiliki kehendak bebas, yakni
kisah Yunus yang Allah perintahkan untuk menyampaikan berita ke kota
Niniwe agar mereka bertobat, tetapi Yunus mencoba untuk menghindar.
Mungkin ia merasa tidak senang bangsa yang menindas Israel harus di
tolong agar bertobat. Dalam konsep Yunus harusnya bangsa itu
dibinasakan. Mungkin ini alasannya menghindar. Tetapi kisah ini membuktikan, bahwa manusia memiliki kebebasan untuk menentang Allah atau mengikutiNya.

Topic Blog: Misi

Keywords Blog: UNCONDITIONAL ELECTION