Gereja Top Ten no 7: GEREJA REFORMED INJILI INDONESIA (GRII)-Bag 1

  1. GEREJA REFORMED INJILI INDONESIA (GRII)
Gereja Reformed Injili Indonesia
adalah gereja Kristen
Protestan
yang
didirikan oleh Pendeta Stephen
Tong
. Gereja
ini bercirikan pada kuatnya pengajaran Firman (secara doktrinal)
.
Pada awalnya ia mengadakan Seminar Pembinaan Iman Kristen (SPIK) yang
dimulai pada tahun 1984. Setelah seminar ini diadakan secara teratur
selama beberapa tahun, diamati peningkatan kehadiran. Setelah itu
juga didirikan Sekolah Teologi Reformed Injili (STRI) pada tahun 1986
dan pelayanan literatur yang meliputi perpustakaan, percetakan dan
penerbit MOMENTUM yang berpusat di Surabaya yang menyediakan
buku-buku Kristen. Juga menerbitkan Majalah
MOMENTUM dan Majalah KITA (untuk anak-anak). Setelah itu barulah GRII
didirikan. Saat ini GRII memiliki cabang-cabang di Jakarta,
Bandung,
Yogyakarta,
Semarang,
Surabaya,
Malang,
Denpasar,
Palembang,
Medan,
Batam,
Singapura,
Kuala
Lumpur
, Melbourne,
Sydney,
Perth,
Taipei,
Taichung,
Guangzhou,
Beijing,
Shanghai,
Xiamen,
Hongkong,
Berlin,
Hamburg,
München,
Toronto,
Boston,
dan Los
Angeles
.
Sebelum Gerakan Ini
Pada
pertengahan abad ke 20, dunia Kekristenan baru mengalami sedikit
kelegaan dari kesulitan-kesulitan yang ditimbulkan oleh Perang Dunia
II. Daerah Eropa Timur sudah jatuh ke tangan komunisme. Daerah Eropa
Barat dilanda oleh sekularisme. Pengutusan misionaris mulai beralih
dari daratan Eropa ke Amerika Utara. Sedangkan gereja di Amerika
harus menghadapi perkembangan Liberalisme yang sangat mengancam hidup
Kekristenan tradisional.
Sementara
itu teologi-teologi yang paling baru, misalnya: Demitologisasi
berusaha menyaingi NeoOrtodoks dari sayap Barthian untuk mengecam
kepercayaan Injil. Pada saat seperti itu, gereja di Asia sedang
tertidur di dalam tahap mengabaikan teologi, meskipun gerakan rohani
yang pernah dikaruniakan oleh Tuhan sudah menghasilkan banyak buah
khususnya di Asia Tenggara dan Cina. Akibat kebaktian-kebaktian
kebangunan rohani yang dipimpin oleh John
Sung
dan Andrew
Gih
telah menghasilkan banyak buah
berupa pekerja penuh waktu yang melayani Tuhan serta timtim
penginjilan yang berkembang di sana sini sehingga telah menggugah
semangat kebangsaan di negara-negara Asia. Namun gerakan Ekumene yang
mengabaikan ortodoksi dan memperluas semangat toleransi terhadap
segala macam aliran baru, ditambah gerakan Karismatik yang telah
menggantikan gerakan Pentakosta tradisional untuk merombak struktur
pikiran gereja-gereja denominasional, telah menghasilkan
gelombang-gelombang awam yang tidak mengerti teologi namun
memberanikan diri untuk mengabarkan Injil dan mendirikan
gereja-gereja tanpa Pengakuan Iman, tanpa liturgi, bahkan tanpa
penghargaan terhadap musik-musik yang agung yang diwariskan dari
sejarah.
Pada
tahun 70 hingga 80-an, ketika kaum Injili
melihat bahaya kesimpangsiuran yang terjadi di dalam Kekristenan, di
Asia Tenggara gerakan mahasiswa mulai dibangkitkan, termasuk Gerakan
Perkantas dan Lembaga Pelayanan Mahasiswa (Campus
Crusade
). Namun kubu-kubu teologi,
yaitu tempat-tempat pendidikan hamba Tuhan sudah tidak memunyai
kekuatan yang cukup untuk mempertahankan iman kepercayaan yang
ortodoks. Itulah sebabnya terjadi gerakan mendirikan sekolah teologi
di luar jalur institusi-institusi yang konvensional. Sejarah
membuktikan sekolah-sekolah semacam ini kurang berbobot dalam
mempertahankan teologi yang benar dan pengertian Kitab Suci yang
bertanggung jawab dan benar. Itulah sebabnya banyak hamba Tuhan
lulusan sekolah-sekolah semacam ini sulit menerima tantangan zaman
apalagi menantang zaman, khususnya dalam menghadapi kaum intelektual.
Di pihak lain, kebangunan agama-agama di luar Kekristenan juga
menjadi suatu tantangan yang besar bagi iman Kristen. Semakin
banyaknya kaum cendekiawan dalam agama-agama lain dan kesadaran
mereka untuk melakukan konsolidasi juga merupakan fakta yang tidak
boleh kita abaikan. Selain itu, makin meningkatnya pendidikan serta
makin banyaknya pengaruh filsafat modern di negara-negara Asia telah
meningkatkan kemungkinan Kekristenan, dengan pimpinan yang kurang
berbobot, menjadi agama yang dianggap terbelakang dan dilecehkan oleh
generasi yang baru. Melihat situasi demikian, siapakah yang sudah
bersiap sedia untuk menerima tantangan ini serta mengisi kebutuhan
zaman pada akhir abad ke-20?
Kuantitas yang diperoleh melalui gerakan-gerakan yang berlangsung di
kalangan rakyat jelata tidak cukup untuk menjawab tantangan zaman
ini. Karena ketidakpuasan terhadap kesimpangsiuran pengajaran Kristen
masa kini dan ketidaksanggupan pihak Liberalisme maupun gerakan
Kristen yang bersayap emosional untuk mewakili Kekristenan sejati,
maka kami memikirkan perlu adanya Gerakan Reformed Injili.
Gerakan ini berada di dalam gelombang transisi dari masyarakat
agrikultural (pertanian) menuju masyarakat industrialisasi dan juga
menuju masyarakat informasi. Itulah sebabnya Gerakan ini tidak mudah
diikuti oleh orang yang belum biasa dengan kedahsyatan gelombang
transisi ini, apalagi Gerakan yang melawan arus ini berakar pada
semangat yang dirintis pada abad ke-16. Gerakan ini bermotivasi
membawa Kekristenan menuju abad ke-21. Itulah sebabnya, tidak heran,
jika gerakan ini dinilai terlalu terbelakang atau melawan arus.
TUJUAN BERDIRINYA GRII
GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman
Reformed Injili dengan tujuan menegakkan
satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang
menyampaikan khotbah ekspositoris, dan jemaat yang berkomitmen
mengabarkan Injil
. Gereja ini merupakan
bagian dari tubuh Kristus yang terdiri dari semua gereja yang
berdasarkan pada ajaran yang benar dalam melaksanakan tugasnya di
dalam dunia ini. Anggota GRII terdiri dari: Pertama,
hasil penginjilan langsung yang menerima Tuhan dan dibaptiskan ke
dalam GRII. Kedua,
dari anggota gereja di luar negeri atau luar pulau yang pindah ke
kota di mana GRII ada, lalu atas permintaan dan kerelaannya sendiri
menjadi anggota GRII melalui atestasi setelah mengikuti katekisasi.
Ketiga,
anak-anak anggota yang dijanjikan oleh orangtua yang beriman untuk
mendidik mereka berdasarkan iman Kristen. Keempat,
perpindahan anggota gereja lain dengan mengiktui prosedur yang sah.
Dari antara anggota GRII yang meyakini pentingnya Gerakan Reformed
Injili serta memiliki beban panggilan Tuhan untuk terjun dalam
gerakan ini, mereka akan diberikan kesempatan untuk mengikuti
pelayanan sehingga melalui pengamatan, latihan dan penyaringan,
sebagian menjadi pekerja-pekerja yang melayani lebih banyak orang.
Pengurus terdiri dari mereka yang sudah melewati tahap pelayanan yang
dianggap cukup matang. Setiap orang Kristen yang menyadari dan
memahami Gerakan Reformed Injili seharusnya memberi pengaruh yang
positif, baik di dalam hidup gerejawi maupun hidup bermasyarakat dan
bernegara.
MASA DEPAN GERAKAN INI
Melalui kepercayaan Reformed Injili, kami
mengharapkan semakin banyak gereja yang kembali kepada ajaran yang
benar dan semakin banyak gereja yang terjun dalam melaksanakan Amanat
Agung Tuhan Yesus Kristus. Dengan demikian, STTRII, Institut
Reformed, dan STRI yang berada di kota-kota besar di Indonesia maupun
di luar negeri, memikul kewajiban untuk mendidik orang Kristen dalam
pengenalan teologi Reformed serta memobilisasi misi penginjilan.
Sedangkan GRII diharapkan untuk membuka sebanyak mungkin MRI (Mimbar
Reformed Injili) di berbagai tempat untuk mengisi kebutuhan dan
kehausan orang Kristen akan Firman Tuhan, teologi Reformed, dan
latihan penginjilan. Kami mengharapkan teologi yang benar menjadi
kunci pencerahan bagi kebudayaan dan kehidupan di dalam dunia ini;
dan melalui penginjilan, membawa seluruh bangsa kembali kepada Tuhan
karena Tuhan berkata, ”Kamulah terang
dunia, kamulah garam dunia
.” dalam
menyongsong abad ke-21 yang ditandai dengan Gerakan
Zaman Baru
serta gerakan kebudayaan
yang berfilsafatkan Postmodernisme,
marilah kita memancarkan cahaya Firman Tuhan bagaikan mercusuar yang
menuntun semua orang yang tersesat kembali ke pangkuan Allah yang
kekal.
Proses menjadi Gereja dalam GRII:
PRII (Persekutuan Reformed Injili
Indonesia)
MRII (Mimbar Reformed Injili
Indonesia)GRII
(Gereja Reformed Injili Indonesia).
Saat ini (data 2007) ada 9 GRII di Indonesia, 1
GRII Singapore, 9 MRII di NKRI, 12 di Luar Negeri, 2 PRII di NKRI, 3
PRII di Luar Negeri (Hongkong, Kuala Lumpur, Xiamen), 20 STRI.
BEBAN DAN DOA
Kami berdoa kiranya Roh Kudus menggenapi setiap firman yang
dikhotbahkan dari mimbar ini. Kami berdoa kiranya setiap jiwa yang
mendengar Firman dari mimbar ini memperoleh iman yang sejati melalui
Firman-Nya sendiri.
Kami berdoa kiranya manusia yang taat kepada Firman-Nya boleh
mengalami keselamatan di dalam Injil-Nya dan menjadi lebih sempurna
seperti Tuhan kita.
Kami berdoa kiranya mimbar ini menggugah hati nurani umat Tuhan untuk
hidup saleh dan benar di hadapan-Nya, hidup penuh kasih dan adil di
dalam tubuh Kristus, serta bertanggung jawab sebagi saksi Injil
Kristus di dalam dunia ini.
Kiranya segala kemuliaan kembali kepada Tuhan, Pemberi Firman bagi
manusia. Damai sejahtera memerintah setiap jiwa yang dikasihi-Nya
sampai selama-lamanya.
Tuhan, berkatilah dan pimpinlah pelayanan mimbar
ini sampai kehendak-Mu terjadi. Nyatakanlah visi-Mu kepada Umat-Mu.
Panggillah hamba-hamba-Mu bagi penuaian ladang-Mu. Berkatilah bangsa
kami melalui mimbar ini. Kabulkanlah doa hamba-Mu. (Pdt. Dr. Stephen
Tong, 17 September 1989).

 

Kategori: Profil

Topic Blog: Yayasan

Keywords Blog: gereja, GRII, Reformed, STEPHEN TONG, top ten