IMAN KRISTEN DAN KEDEWASAAN
(CHRISTIAN FAITH AND MATURITY)
oleh: Denny Teguh Sutandio
KATA PENGANTAR
“Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."”
1Sam. 16:7b
Ketika Tuhan hendak memilih raja menggantikan Saul, maka Ia menyuruh nabi Samuel untuk mengurapi seorang raja baru. Ketika hendak mengurapi raja pengganti Saul itulah, Tuhan sendiri berfirman kepada Samuel agar ia tidak memilih raja untuk diurapi berdasarkan apa yang dilihat mata, mengapa? Karena Tuhan tidak melihat apa yang manusia lihat yaitu hal-hal fenomenal, tetapi Ia melihat hati manusia. Hati adalah sesuatu yang terdalam dari manusia yang sulit diuji, kecuali Tuhan yang menguji. Tetapi sayang, banyak manusia di zaman postmodern tidak menghiraukan lagi masalah hati, tetapi lebih menitikberatkan pada hal-hal fenomenal, misalnya sikap. Alhasil, tidak heran, banyak konsep, termasuk konsep kedewasaan, dibangun berdasarkan hal-hal fenomenal, tanpa melihat hal-hal esensial. Benarkah Alkitab mengajarkan bahwa kedewasaan hanya menyangkut segi fenomenal saja? Melalui makalah sederhana ini, penulis dengan hati-hati menguraikan poin-poin penting tentang kedewasaan ditinjau dari iman Kristen dan kaitannya dengan pendidikan Kristen dengan tujuan agar orang Kristen memiliki perspektif yang benar dan integratif tentang kedewasaan dan mengaplikasikannya di dalam hidup mereka.
Penulis sangat bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang oleh karena anugerah-Nya melalui pimpinan Roh Kudus, penulis mampu menyelesaikan penyusunan makalah yang mulai disusun sejak 17 November 2008. Selain itu, penulis juga menghaturkan terima kasih sebesar-besarnya kepada hamba-Nya yang setia, Pdt. Dr. Stephen Tong yang telah banyak mengajar penulis tentang iman Kristen dan theologi yang sehat (Reformed). Rasa terima kasih juga dihaturkan kepada gembala sidang gereja di mana penulis beribadah (Gereja Reformed Injili Indonesia—GRII Andhika, Surabaya), Pdt. Sutjipto Subeno, S.Th., M.Div., yang telah banyak menginspirasi dan mengajar penulis bagaimana menjadi seorang yang dewasa. Tidak lupa terima kasih pula disampaikan kepada Pdt. Billy Kristanto, Dipl.Mus., M.C.S. yang telah banyak mengajar penulis untuk terus menguji motivasi. Kepada Pdt. Yohan Candawasa, S.Th., penulis menghaturkan terima kasih karena bukunya, “Mendapatkan-Mu dalam Kehilanganku” yang penulis baca telah banyak menginspirasi dan mengoreksi banyak kelemahan penulis. Kemudian, kepada G. I. Jeffrey Siauw, S.T., M.Div., penulis juga mengucapkan terima kasih atas khotbahnya di dalam Seminar Redemptive Spirituality Series pada tanggal 20 September 2008 di Surabaya tentang pentingnya komunitas Kristen. Dan terakhir, penulis juga berterima kasih kepada Bp. Ricky Sudarsono, S.E., M.R.E., CFP® sebagai salah satu pembicara di dalam Seminar Pemuda: Etos Kerja Kristen dan Pengelolaan Finansial Keluarga pada tanggal 24-25 November 2008 yang telah mencerahkan pikiran penulis di hari pertama tentang bagaimana menjalankan mandat budaya berkenaan dengan mendidik mahasiswa/i di sebuah kampus “Kristen” di Surabaya tentang etika bisnis Kristiani.
Pada akhirnya, melalui makalah singkat ini, biarlah nama Tuhan senantiasa dipermuliakan melalui paradigma kita di dalam mengerti kedewasaan dari sudut pandang kedaulatan Allah. Amin. Soli Deo Gloria.
I. PENDAHULUAN
“Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.”
Ibrani 5:14
Surat Ibrani 5:14 mengajarkan kepada kita bahwa makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa. Perlu diketahui, penerima surat Ibrani ini adalah orang Kristen Yahudi yang telah mendengar Injil dari para rasul, tetapi herannya meskipun mereka telah mendengar Injil Kristus, iman mereka tidak bertumbuh dewasa. Mengapa bisa demikian? Karena mereka lamban dalam hal mendengarkan (ay. 11). Kata “lamban” dalam ayat 11 ini bukan mengenai cepat atau tidaknya mendengar. Kata Yunaninya nōthros bisa berarti sluggish (=lambat/lamban/tidak aktif/malas). Analytical-Literal Translation (ALT), English Standard Version (ESV), King James Version (KJV), Literal Translation of the Holy Bible (LITV), Modern King James Version (MKJV), Revised Version (RV), dan 1898 Young’s Literal Translation (YLT) menerjemahkannya dull (=bodoh/lamban). International Standard Version (ISV) dan God’s Word menerjemahkannya lazy (=malas). Dengan kata lain, mereka tidak bertumbuh dewasa secara iman, karena mereka bodoh/lamban/malas mendengarkan. Selain bodoh/malas mendengarkan, mereka juga meributkan hal-hal mendasar (Ibr. 6:1-2 dst). Dengan alasan inilah, penulis Surat Ibrani menasihatkan orang Kristen Yahudi untuk bertumbuh dewasa secara iman. Rasul Paulus juga memperhatikan masalah kedewasaan iman umat pilihan-Nya dan itu ditandai dengan perubahan pola pikir mereka sesuai dengan kehendak Allah (Rm. 12:2). Dari realitas ini, kita disadarkan akan pentingnya kedewasaan di dalam kehidupan Kristen.