Memper- Atau Memer-?

dianpra's picture

Hai nimbrung ya, kayaknya udah lama ngga ada postingan yang topiknya ringan. Nah, semoga tulisan ini cukup ringan dan bisa menambah pengetahuan.

Kalau tidak salah ... sejak koran Kompas memulai menggunakan kata "memerhatikan" sebagai ganti kata "memperhatikan", imbuhan memper- menjadi banyak diperhatikan. Ada beberapa teori diungkapkan untuk membuktikan mana yang benar -- memper- atau memer-.

Teori satu, ada yang bilang kalau sebenarnya memper- merupakan kesalahan yang berlarut-larut, artinya, sebenarnya salah tapi dipakai terus, nah akhirnya jadi benar. Benar, katanya awalan memper- itu adalah salah kaprah ... Dari sebuah blog yang kubaca, yang mengacu pada buku tata bahasa milik Gorys Keraf, konsonan bersuara tetap (k,p,t,s) itu seharusnya luluh saat mengikuti kata mem. Jika begitu, seharusnya memper-, p nya luluh menjadi memer. Jadi menurut teori ini ... kata seperti mempertahankan, memperjuangkan, mempersoalkan, mempelajari, dan masih banyak yang lainnya (pokoknya yang pakai awalan memper-) itu salah kaprah. Tapi karena sudah umum dipakai, akhirnya rasanya menjadi benar. Padahal yang benar adalah memertahankan, memerjuangkan, memersoalkan, dan memelajari.

Nah, itu teori pertama. Teori yang kedua dilihat dari sudut morfologinya. Maksudnya seperti ini, pemakaian memper- atau memer- dilihat dari jumlah tahapan sebuah kata tertentu terbentuk. Jika kata tersebut terbentuk melalui dua tahapan, awalan memper- luluh menjadi memer-. Namun jika terbentuk melalui tiga tahapan, memper- tetaplah memper-. Misal:

Dua tahap:
Memperindah terbentuk melalui dua tahap.
Tahap 1: Indah
2: Memper + Indah = Memerindah

Memperlengkapi terbentuk melalui tiga tahap.
Tahap 1: Lengkap
2: Lengkap + i = Lengkapi
3: Memper + Lengkapi = Memperlengkapi.

Sedang teori ketiga melihat pada bermakna atau tidaknya sebuah kata dasar jika berdiri sendiri dengan akhirannya. Jika kata dasar sebuah kata yang diawali dengan memper- tersebut tidak bermakna jika berdiri sendiri dengan akhirannya, maka memper- haruslah menjadi memer-. Namun sebaliknya, jika kata dasar dari kata dengan awalan memper- memiliki makna jika berdiri sendiri dengan akhirannya, maka memper- tetap menjadi memper-. Begini:

1. Memperjuangkan misalnya. Kata tersebut kata dasarnya adalah juang. Nah, kata juang tidak bisa berdiri sendiri dengan akhirannya. Kata juangkan tidak ada maknanya, bukan? Nah, maka dari itu kata memperjuangkan seharusnya adalah memerjuangkan.

2. Memperlengkapi. Kata dasar lengkap yang ada pada kata itu dapat berdiri sendiri dengan akhirannya. Tentu, kata lengkapi itu memiliki makna. Karena itu, memperlengkapi adalah bentuk yang benar, bukan memerlengkapi.

Mana yang benar dari ketiga teori di atas? Saya sendiri kurang tahu, tapi saya lebih condong ke teori yang ketiga.

Kategori: Literatur Kristen

Topic Blog: Misi

Keywords Blog: awalan, bahasa, ejaan, imbuhan, memer-, memper-

Comments

evie's picture

Boleh condong ke mana aja, asal konsisten

Sebenarnya aturan yang bermacam-macam tentang memper- maupun memer- ini sah-sah saja mau dipakai yang mana. Asalkan pihak yang menerapkan salah satu teori di atas konsisten.

Mengapa saya mengatakan sah-sah saja mau condong kemana tergantung instansinya, selama itu konsisten? Alasannya, karena memang tidak ada standar baku untuk masalah tersebut.

Kecuali kalau memang sudah ada standar baku dari lembaga yang mengatur kebakuan bahasa di Indonesia ini (apa ya nama lembaganya? Pusat Bahasa kali ya?) mengenai hal tersebut, baru kita harus condong ke standar itu. Pasti sudah dikaji dan melalui proses sebelum dibakukan, bukan?

Jadi boleh condong ke mana aja, asal konsisten.

Aku juga condong ke teori ke 3 kok karena itu yg jadi standar di kantorku ;)

yohanna's picture

felling

klo ak cukup pake felling aj, simple dan resiko ditanggung penumpang

evie's picture

Kalau felling-nya salah?

Lah, kalau fellingnya salah gimana donk, Yo?
Siapa yg harus membenarkan?

dianpra's picture

Koq pada salah nulis

Ini koq nulisnya pada salah itu ... disengaja, ngga sengaja, atau bahasa gaul?

Waktu liat yohanna nulis felling, aku kira paling salah ketik, e .... lah koq lalu evie juga nulis felling, bukannya yang bener itu feeling ....

Lah, kalau fellingnya salah gimana donk, Yo?
Siapa yg harus membenarkan?

Ya main feeling lagi, feeling yang benerin ... Tongue out

Main feeling bisa sih yo, tpi nanti pasti jatuhnya ngga konsisten deh, mending ikuti satu aturan, trus terapkan ... tapi ya up to you

 

yohanna's picture

salah kaprah

yah itulah, emang bahasa Indonesia itu
bahasa yang unik. Karena kebanyakan pake perasaan maka jadi banyak juga
yang salah kaprah, termasuk ak. Beruntunglah masih ada orang yag peduli
dan kritis terhadap masalah kebahasaan ini. Diantaranya adalah
teman-teman berdua.

Nah, teman berdua kan cenderung menggunakan teori ketiga sebagai
acuan, kalau ada yang setuju dengan teori pertama dan kedua seru nih.
Bisa jadi diskusi. Tapi ingat perbedaan itu indah. Ko kayak kampanye
politik aj yah...

Klo ak sendiri tidak terlalu mengerti masalah ini, masih pakai perasaan. Bingung mau make teori pertama, kedua atau ketiga.

To dianpra: maklumlah mas, namanya juga bukan bahasa ibu, jadi pasti
ada salahnya. Trims udah mbenerin. Itulah gunanya seorang teman klo ad
yang salah memberitahu mana yang benar, jadi bisa belajar bhs Inggris
gratis :)

dianpra's picture

Wah lebih seru lagi ....

Bener itu yo, kalo ada yang setuju sama teori yang pertama dan kedua, pasti seru, nah yang lebih seru lagi ... kalo ada orang yang ngemukain teori yang lain. Ah ... andaikan ada seorang linguist yang gabung untuk nimbrung, pasti tambah seru tuh .... wuakakak

To Yohana: Gratis WHAT?! BAYAR doong!!! (haha ... komersil ....!!!)

evie's picture

Tulisan ringan?

Dianpra menulis:

"Hai nimbrung ya, kayaknya udah lama ngga ada postingan yang topiknya ringan. Nah, semoga tulisan ini cukup ringan dan bisa menambah pengetahuan."

Dianpra, menurutku ini sih bukan topik ringan. Soalnya di kantorku aja, para editornya suka ngeributin hal ini. Sampai akhirnya sekarang ditetapkan untuk condong ke teori yang ketiga, yang kamu tuliskan di atas.

Ini sebenarnya topik berat, Bung. Karena menyangkut kecintaan kita kepada bahasa Indonesia dan demi tegaknya bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Hmmmm ... kok aku jadi ketularan seseorang ya?

Tata Bahasa Wangunne

Saya suka bahasa Indonesia sejak kecil,itu sebabnya belajar bahasa Indonesia tidak pernah menjadi baban. Ketika SMA, saya diajar oleh seorang guru bahasa yang luar biasa, dia mengajarkan, bahwa bagi manusia, bahasa itu sangat penting. Bahasa hanya dimiliki oleh manusia, bahasa adalah cara untuk mengungkapkan isi jiwa. Kita belajar bahasa supaya dapat mengungkapkan isi jiwa kita, namun kita juga belajar bahasa agar mampu menangkap dengan benar ungkapan jiwa orang lain. Tata bahasa atau aturan bahasa adalah kesepakan untuk mengunakan sesuatu untuk mengungkapkan sesuatu.

Suatu hari dia memberi nasehat, Ketika kamu tidak dapat memutuskan teori mana yang ingin digunakan untuk mengungkapkan isi jiwa kamu, maka gunakanlah teori ketiga, WANGUNE. Wangune adalah salah satu kata di dalam bahasa jawa yang sulit dipahami oleh orang yang tidak bisa bahasa jawa, karena tidak ada kata padanannya.

WANGUNE menjadi sulit diterjemahkan karena selain keindahan, kesopanan, ketepatan juga ada nilai moral di dalamnya. Mungkin kalimat ini cukup sepadan. Dalam berbahasa Indonesia, Ketika anda tidak tahu teori mana yang akan diikuti, maka gunakanlah teori ketiga, Hati nurani anda.

Aku berdosa, namun tidak berani berbuat jahat, mustahil menentang kehendakNya!
Kebaikan dirimu, tak berani kusembunyikan, kejahatan diriku, tak berani kuampuni!

Bahasa dan Kekuasaan

sebuah peraturan--dalam hal ini aturan bahasa--kadangkala memang sengaja dibikin utk memertahankan kekuasaan seseorang atau pihak tertentu.
contoh, pernah ada kewajiban soal penggunaan bahasa Ibu (bhs Indonesia) pada zaman orba. sedangkan Sumpah Pemuda semakin menjadi alasan kenapa org Indonesia wajib pake EYD. Tujuannya jelas: supaya tidak ada kebebasan (dan kebablasan) dalam bahasa. lalu semua yg serba bebas (termasuk bahasa daerah dan bahasa gaul) diberangus dgn jargon-jargon nasionalisme. dengan alasan kemajuan bangsa. Mudah-mudahan kita tak berebut dan terlalu khusyuk soal aturan, sementara makna dan tujuan dari bahasa itu sendiri dikesampingkan. Ini saatnya untuk jangan lagi terlalu sering membandingkan kata "Embeeer" dan "Bahwasannya". Sebab bahasa itu sendiri lahir bukan untuk diperseterukan.--By: Anton :).

Vendors who specialize in

Vendors who specialize in affairs broad appearance Replica Handbags do so at beneath than what such articles would advertise for to the accepted public. In adjustment to accomplish a nice accumulation off of these items, however, a banker about accept to advertise her or his broad accouterment in aggregate orders. If purchasing broad artist handbags, therefore, you will acceptable accept to buy assorted bags. To accomplish your own profit, it is important that you acquirement the accoutrements at far beneath than what you plan to resell them for. A minimum of a 50 percent bulk abridgement is ideal if purchasing broad artist handbags.There are several things that you should accede afore you buy a purse, whether it is a high-end backpack or an bargain alternative. First, accomplish abiding that the bag will fit your style, needs, and physique shape. If purchasing a abate purse, such as an atramentous clutch, analysis that the account is at atomic ample abundant to fit all of your essentials. If you are planning on advance in a purse, analysis into the brands that you are cerebration of purchasing to actuate what affectionate of assurance Replica Fendi handbags or affliction options are offered by the manufacturer.